Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Misteri Buaya di Sungai Boyolali : Katanya Sudah Ditangkap, Tapi Warga Tidak Diberitahu, Kini Cemas

Keberadaan buaya cukup besar di Tempuran Kali Pepe, Kabupaten Boyolali yang menghebohkan warga masih menjadi misteri.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Dok Suripto
Penampakan buaya besar di Tempuran Kali Pepe yang tak jauh dari kawasan wisata Tlatar di Dukuh Gombol, Desa Kebonbimo, Kecamatan/Kabupaten Boyolali, Jumat (2/7/2021). 

Karena pada dasarnya pihaknya pecinta hewan, kemudian buaya tersebut ditukarkannya dengan uang.

"Kemudian saya tukar uang, waktu tahun 2001 itu saya bayar Rp 1 juta," ujarnya.

Kemudian, karena purna tugas, akhirnya Warsidin memelihara buaya tersebut di rumahnya di Sambungmacan.

Baca juga: Merapi Bergemuruh Kembali, Musuk Boyolali Diguyur Hujan Abu Vulkanik, Tapi Warga Tak Pergi Mengungsi

Baca juga: Viral Mahasiswi Rela Hidup di Hutan Selama 10 Bulan demi Meneliti Monyet, Begini Kisahnya

Kemudian, ia rawat dengan penuh kasih sayang hingga besar.

"Lama kelamaan saya senang, waktu itu juga dengar kabar berita, di kebun binatang Surabaya, ada buaya yang meninggal, apakah kurang makan?," jelasnya.

Warsidin ingin menantang dirinya, apakah dirinya mampu merawat buaya.

"Saya pelihara, saya kasih makan tertib dan teratur, akhirnya bisa hidup selama 20 tahun," kata dia.

Bahkan, Warsidin pun rela merogoh kocek dalam, untuk membelikan makan buaya, yakni beberapa ekor ayam.

"Ya namanya senang, dibuat untuk dibelikan berapapun (ayam) kan ya senang, terakhir itu saya beli 6 ekor ayam besar-besar yang sudah mati," jelasnya.

Menurutnya, pelihara buaya hal yang paling mudah untuk dilakukan.

Bahkan, selama ini tidak berpengaruh ke lingkungan sekitar, karena dikandang dengan ketat.

"Yang penting itu makannya teratur, kandangnya juga harus kuat, saya buat kandangnya itu ukuran 3 x 2,5 meter, kuat itu pakai seng," terangnya.

Karena dikasih makan ayam mati, pihaknya hanya mengeluarkan uang sebanyak Rp 80.000 perbulan.

"Kalau makannya setengah bulan sekali, bisa dikasih 3-4 ekor, dalam sebulan ya kira-kira bisa habis Rp 80 ribu," tambahnya.

Alasan Dilepas

Warsidin mengaku, dirinya rela melepas buaya kenangannya karena pihaknya sudah tua.

"Pertama gini, saya sudah tua, ibu juga sudah tua, jadinya mulai was-was," kata dia.

Kemudian, selain itu banyak burung dara tetangga yang datang ke kandang buaya untuk minum.

"Ada burung dara yang suka minum di bagian kolam buaya, kan buaya suka sama burung dara, dia ikut lompat-lompat," ujarnya.

"Takutnya merusak kandang, terus keluar, kalau tahunya siang nggak papa, kalau malam, kan berbahaya," tambahnya.

Meski berat melepaskan buaya kesayangan, Warsidin mengaku ikhlas demi keselamatan bersama.

Baca juga: Kronologi Tenaga Kesehatan di Garut Dipukul Keluarga Pasien Gara-gara Kelamaan Pakai APD

Baca juga: Nasib Dadang Buaya, Sosok yang Garang saat Serang Kantor Polisi dan TNI, Kini Berdiri Pun Tak Bisa

"Saya sayang betul itu, saya rawat dari kecil hingga besar, teratur makannya, sekarang katanya dibawa ke Semarang," ujarnya.

Bahkan besarnya buaya, membuat proses evakuasi berjalan dengan cukup lama.

Bahkan, memakan waktu selama 1,5 jam.

Proses evakuasi dibantu oleh petugas dari BKSDA, kepolisian dan koramil terdekat.

"Kalau mereka punya teorinya sendiri, tampar dikasih kolong, kemudian dia masukkan ke mulutnya, kemudian buaya terguling-guling, hingga semua badannya terikat," jelasnya.

Kemudian, buaya dimasukkan kedalam truk yang diangkat oleh 9 orang. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved