Berita Wonogiri Terbaru
Pengurus Ponpes Hanacaraka Wonogiri Ungkap Kondisi Harmoko: Sudah Sakit Sejak 4 Tahun Lalu
Menteri Penerangan era orde baru, Harmoko mengembuskan nafas terakhir di usia 82 tahun Minggu (4/7/2021).
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Menteri Penerangan era orde baru, Harmoko mengembuskan nafas terakhir di usia 82 tahun pada Minggu (4/7/2021).
Harmoko meninggal dunia, sesaat setelah tiba di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Pengurus Ponpes Hanacaraka Wonogiri, Ahans Mahabie mengatakan, sebelum meninggal dunia, kondisi Harmoko memang sudah sakit.
Baca juga: Menteri Penerangan Era Orde Baru Harmoko Meninggal, Ternyata Punya Ponpes di Wonogiri
Baca juga: Kabar Duka: Menteri Penerangan Era Orde Baru Harmoko Meninggal Dunia, Ini Profilnya
"Keadaan beliau 4 tahun ini sudah drop, jadi kurang lebih 4 tahun," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (5/7/2021).
Harmoko terakhir kali berkunjung ke Ponpes yang didirikannya tersebut, pada Agustus tahun 2020 lalu.
"Terakhir kesini Agustus tahun yang lalu, keadaannya juga drop, nggak bisa bicara, dan duduk di atas kursi roda," ujarnya.
Baca juga: Rumah Mantan Menteri Penerangan Harmoko di Jakarta Selatan Dimasuki Orang Tak Dikenal
Namun, sakitnya tak bisa kalahkan tekadnya untuk melihat secara langsung, pondok pesantren yang didirikannya.
"Namun, beliau masih ngotot mau kesini, ingin melihat bagaiamana perkembangan pondok pesantren, kegiatan budayanya seperti apa," jelasnya.
Sebelum meninggal, di sela-sela terapi penyakitnya, Harmoko masih menyempatkan untuk video call pengurus pondok pesantren.
"3 hari lalu, sempat video call juga, ketika beliau terapi, terus sempat dada-dada (melambaikan tangan), ternyata tadi malam dipanggil yang Maha Kuasa," pungkasnya.
Dirikan Ponpes di Wonogiri
Menteri Penerangan era orde baru, Harmoko, meninggal dunia pada Minggu (4/7/2021) sekitar pukul 20.22 WIB.
Selain dikenal sebagai politikus, Harmoko juga diketahui memiliki pondok pesantren (Ponpes) di Kabupaten Wonogiri.
Namanya Pondok Pesantren Hanacaraka, berlokasi di Dusun Segawe, RT 2 RW 7, Desa Purwosari, Kecamatan / Kabupaten Wonogiri.
Baca juga: Sosok Harmoko, Menteri Penerangan era Orde Baru yang Minta Soeharto Lengser dari Jabatan
Baca juga: Rumah Mantan Menteri Penerangan Harmoko di Jakarta Selatan Dimasuki Orang Tak Dikenal
Ponpes yang memadukan budaya dan agama tersebut, diresmikan pada 2011 silam.
Pengurus Ponpes Hanacaraka, Ahans Mahabie mengungkap sosok Harmoko sebagai pendiri pondok pesantren tersebut.
"Beliau adalah orang yang getol dalam hal budaya dan kemanusiaan khususnya, beliau memang sengaja mendirikan sebuah lembaga dakwah, dalam lingkup ponpes yang dakwahnya belajar dari Sunan Kalijaga," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (5/7/2021).
Baca juga: Rumah Mantan Menteri Penerangan Harmoko di Jakarta Selatan Dimasuki Orang Tak Dikenal
Menurutnya, Harmoko ingin menyamakan persepsi antara budaya dan agama, sehingga dapat seimbang.
"Karena bagaimanapun kata beliau, budaya itu nggak perlu ditinggalkan, karena itu sebagai identitas kita warga Indonesia," ujarnya.
Konsep penyatuan agama dan budaya tersebut, juga diterapkan di sistem pembelajaran pondok pesantren.
Baca juga: Pencuri Ambil Uang dan Perhiasan dari dalam Lemari di Rumah Mantan Menteri Harmoko
"Sistem pembelajaran kita kolaborasi, jadi ada muatan lokal dan murni, contohnya belajar Al Quran dengan media budaya, memahami tajwid dengan nyanyian-nyanyian budaya Jawa," jelasnya.
"Bahkan, disini diwajibkan mulai SD sudah belajar karawitan dan pedalangan," tambahnya.
Kini, Ponpes yang didirikan Harmoko terus mengalami perkembangan, dengan total santri saat ini mencapai 360 orang.
Meninggalnya Harmoko, membuat pengurus dan keluarga besar PonPes Hanacaraka merasa kehilangan.
"Ya sangat kehilangan sekali, bagaimanapun juga beliau Bapak kami, yang memotivasi kami yang muda-muda ini, jangan pernah berhenti berdakwah," pungkasnya.
Tentang Harmoko
Kabar duka datang dari tokoh nasional Indonesia.
Mantan Menteri Penerangan era Orde Baru, Harmoko, meninggal pada Minggu 4 Juli 2021.
Berita meninggalnya Harmoko ini beredar di linimasa media sosial.
Baca juga: Fakta Meninggalnya Jane Shalimar: dari Kronologi hingga Pesan Terakhir Almarhumah Sebelum Berpulang
"Innalillahi wa innailaihi rojiun telah meninggal dunia Bapak H. Harmoko bin Asmoprawiro pada hari Minggu 4 Juli jam 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doanya insya Allah beliau husnul khotimah. Aamiin," demikian pesan yang diperoleh Tribunnews.com, Minggu (4/7/2021).

Dikutip dari Wikipedia, Harmoko lahir di Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939.
Ia adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru, dan Ketua MPR pada masa pemerintahan BJ Habibie.
Dia pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Wartawan Indonesia, dan kemudian menjadi Menteri Penerangan di bawah pemerintahan Soeharto.
Biodata Harmoko
Harmoko adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat Menteri Penerangan, Ketua MPR, Ketua DPR, dan Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar).
Harmoko juga dikenal sebagai jurnalis, mengetuai Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Dia pernah menjadi wartawan Harian Merdeka, Harian Angkatan Bersenjata, Harian API, dan Majalah Merdiko.
Pada 1970, Harmoko dan teman-temanya mendirikan harian Pos Kota.[1]
Kehidupan dan Pendidikan
Harun Muhammad Kohar atau lebih dikenal dengan nama Harmoko lahir di Nganjuk pada 7 Februari 1939 dari pasangan Asmoprawiro dan Soeriptinah.
Harmoko adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara.
Sejak kecil Harmoko sudah diajarkan membantu orangtuanya, misalnya menyapu halaman rumah.
Selesai menyapu, Harmoko baru pergi ke Sekolah Rakyat (SR).
Dia baru boleh bermain setelah selesai sekolah.
Setelah lulus Sekolah Rakyat, Harmoko meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama.
Dia kemudian melanjutkan ke SMA dan lulus pada 1960-an.
Menjadi wartawan
Harmoko berkarier sebagai wartawan karena terinspirasi ayahnya.
Ayahnya gemar membaca dan sering membelikan Harmoko buku bacaan.
Sewaktu kecil, Harmoko sering mencuri bacaan dari koran dan media massa lain yang dibaca ayahnya.
Harmoko mulai bercita-cita menjadi seorang wartawan ketika dia di kelas tiga Sekolah Rakyat.[3]
Selain itu, dia juga bercita-cita mendirikan korannya sendiri.
Harmoko terlibat aktif di Himpunan Budaya Surakarta dan mengikuti pendidikan jurnalistik.
Calon Menteri Penerangan ini memulai kariernya di dunia jurnalistik sebagai kolektor koran.
Dia kemudian menjadi wartawan di berbagai media, antara lain mingguan Berita Merdeka (1960-1962), Harian Merdeka (1962-1965), harian Angkatan Bersenjata, harian API, mingguan berbahasa Jawa Merdiko, mingguan Fajar dan Trisakti pada 1965.
Harmoko menjadi penanggung jawab redaksi Harian Merdeka pada 1965-1968.
Pada 1968-1969 menjabat pimpinan redaksi Mimbar Kita.
Harmoko turut mendirikan Pos Kota pada 16 April 1970 bersama teman-temannya.
Puncaknya, Harmoko pernah menjadi Ketua Cabang Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jakarta pada 1970-1972 dan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1973-1983.[4]
Karier sebagai Politikus
Ketika menjadi Ketua PWI, Harmoko bertemu Presiden Soeharto dan diminta menjabat sebagai pemimpin Departemen Penerangan.
Harmoko mulai menjabat sebagai Menteri Penerangan pada 1983.
Dia terus mengemban jabatan ini selama tiga periode hingga 1997.
Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto kala itu. Bahkan, Ia juga pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.
Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto ke rakyat.
Dia dikenal sebagai pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi menyampaikan informasi dari pemerintah ke rakyat.
Ketika menjabat sebagai Menteri Penerangan, Harmoko dapat dikatakan sebagai satu di antara orang kepercayaan Soeharto.
Soeharto tertarik dengan kemampuan Harmoko dan mengangkatnya sebagai Ketua Umum Golongan Karya (Golkar) pada 1993.
Soeharto memilih Harmoko karena dia berasal dari kalangan sipil.
Saat itu rakyat sudah tidak percaya pada ABRI dan ada tuntutan reformasi dalam tubuh Golkar.
Pilihan ini tepat, Harmoko piawai melakukan komunikasi politik.
Pada 1997, di bawah kepemimpinan Harmoko, Golkar berhasil meraih suara 74,3 persen, angka tertinggi dari pemilu-pemilu sebelumnya.
Soeharto kemudian menjadikan Harmoko sebagai Ketua DPR dan MPR mulai 1997.
Presiden Soeharto pada masa menjelang pemilihan 1998, sudah berniat mundur, tetapi Harmoko mendukungnya untuk kembali melanjutkan pemerintahan.
Namun, pada 18 Mei 1998, Harmoko tiba-tiba meminta Soeharto supaya mundur.
Hal ini menyebabkan ketegangan antara Harmoko dengan keluarga Soeharto.
Setelah reformasi terjadi, Harmoko mulai vakum dari dunia politik dan kembali ke dunia tulis-menulis yang dulu digelutinya.
Karya
Maling Teriak Maling (2011).
Zaman Edan (2010).
Ada Bom Waktu (2008).
Peran Indonesia Dalam AIPO (1999).
Globalisasi, Era Informasi dan Kesiapan SDM Indonesia (1998).
Naik Haji Hanya Untuk Ibadah (1994).
Komunikasi Sambung Rasa
Siapa Presiden 2014
Nasihat Harmoko Untuk Anak-Anak Dan Cucu-cucu
Non-Aligned Movement In The Era Of Globalization
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: BREAKING NEWS: Menteri Penerangan Era Orde Baru Harmoko Meninggal Dunia dan TribunnewsWiki.com dengan judul: Harmoko