Keluarga Perantauan asal Sragen di Kutai Barat Gugur Karena Covid-19, Sisakan Bocah 10 Tahun
Bocah kelas 3 SD berinisial V (10) asal Kampung Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat menjalani isolasi mandiri di rumahnya setelah orangtuanya me
Namun oleh petugas medis, Kino diminta untuk isolasi mandiri di rumah.
"Tapi setelah di rumah sakit diperiksa hasil swab positif (Covid-19) tepat 11 Juli. Oleh petugas medis, diberi obat, vitamin, suruh isolasi di rumah," terang Margono.
Setelah tahu suaminya positif, Lina yang hamil 5 bulan menjalani tes swab PCR di Puskesmas.
Ia juga diminta untuk isolasi di RS Harapan Insan Sendawar untuk mengaja kesehatan bayi karena berisiko.
Namun kondisi Lina yang memiliki riwayat asma terus memburuk.
Kino yang awalnya dirawat di rumah kondisinya juga turun hingga dilarikan ke RS.
"Di rumah suaminya juga makin drop. Akhirnya dijemput pihak Rumah Sakit Harapan Insan Sendawar biar perawatan di sana," beber Margono.
Sementara Vino juga menjalani pemeriksaan dan dinyatakan positif, hanya isolasi di rumah karena tak bergejala sakit.
"Di saat itulah mereka terpisah. Vino di rumah, ayah dan ibunya di rumah sakit hingga meninggal."
"Ibunya meninggal 19 Juli. Ayahnya 20 Juli," kata Margono.
Selama karantina mandiri di rumah, Vino ditemani tetangga dan kerabatnya.
Rekan ayahnya tidur di depan pintu beratapkan tenda.
Sementara Vino tidur beralasan bentangan ambal dan kasur di ruang tengah depan televisi.
Margono mengatakan saat kematian ayah dan ibunya, Vino tidak ikut menyaksikan penguburan Covid-19, karena sedang menjalani isolasi.
"Kami sampaikan ke dia ayah dan ibunya sudah meninggal. Respon dia menangis. Kata dia, kok bisa meninggal, ayah dan ibu kan masih muda," tutur Margono meniru.
"Tapi setelah itu terhibur lagi, banyak keluarga, saudara beri dia makanan, di rumah ramai banyak yang nemani," sambung Margono. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Bocah Kelas 3 SD Isoman Sendiri di Rumah, Ayah, Ibu, dan Calon Adiknya Telah Gugur Karena Covid-19