Kevin Cordon, Mantan Pesepakbola yang Lolos Semifinal Bulutangkis, Ternyata Pelatihnya Asal Solo
Sosok Kevin Cordon baru-baru ini menjadi sorotan setelah menorehkan kejutan di cabor bulutangkis Olimpiade Tokyo 2021.
TRIBUNSOLO.COM - Sosok Kevin Cordon baru-baru ini menjadi sorotan setelah menorehkan kejutan di cabor bulutangkis Olimpiade Tokyo 2021.
Pebulutangkis asal Guatemala ini hanya memastikan diri tampil di empat besar Olimpiade Tokyo 2021.
Baca juga: Pria asal Solo Antar Guatemala Ukir Sejarah Bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020, BWF Ikut Bangga
Kepastian Kevin melaju ke semfinal tentu menjadi perhatian tersendiri bagi pecinta bulutangkis.
Tak banyak yang tahu atau bahkan sudah mendengar sosok Kevin Cordon, dalam dunia bulu tangkis.
Sebelumnya, ia berhasil mengalahkan pemain asal Korea Selatan, Heo Kwanghee, Sabtu (31/7/2021) pagi WIB.
Ia menang dengan skor 21-13 dan 21-18.
Dilansir dari Kompas.com, Kevin Cordon saat ini duduk di posisi ke-59 dunia dan tengah tampil di Olimpiade keempatnya. Sebelumnya, ia tak pernah melangkah melebihi babak 16 besar.
Tokyo 2020 cepat menjadi turnamen yang pebulu tangkis berusia 34 tahun ini tak akan lupakan.
Menariknya, ada sosok pelatih asal Indonesia di belakang kesuksesan Kevin Cordon.
Hal ini diungkapkan Bambang Roedyanto, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri PP PBSI Bambang Roedyanto ketika Kevin Cordon melangkah ke perempat final.
"Kevin Cordon menjadi pemain pertama dari PanAm Continental ke Quarterfinal. dia dilatih pelatih dari Indonesia. Kalau tidak salah namanya Khadafi," tulis pria yang akrab disapa Koh Rudy tersebut.
Baca juga: Viral Atlet Israel Rusak Tempat Tidur Kardus Olimpiade Tokyo, Ternyata Ini Sosoknya, Kini Minta Maaf
Pelatihnya asal Solo.
Beberapa pengamat badminton Tanah Air mengutarakan bahwa sosok pelatih Cordon sebenarnya bernama Muamar Qadafi, seorang pelatih asal Solo.
Di situs resmi Olimpiade sendiri, tertera nama pelatih Cordon adalah Jose Maria Solis yang sesama berasal dari Guatemala dan sudah menukanginya sejak 2004.
Akan tetapi, penelusuran Kompas.com pun menemukan bahwa Solis bekerja dengan Qadafi sedari 2017 untuk melatih Kevin dan juga Nikte Sotomayor, pemain tunggal putri Guatemala.
Keduanya merupakan wakil-wakil Guatemala di cabang bulu tangkis dari total 22 atlet yang dikirim negara tersebut ke Tokyo 2020.
"Sebagai pelatih, saya bahagia para pelatih bisa meraih mimpi mereka," tutur Qadafi seperti dikutip dari situs olahraga Guatemala Archysport yang mengutip Komite Olimpiade Guatemala (COG) pada awal Juli.
"Terima kasih kepada dukungan Komite Olimpiade, Federasi Badminton dan rekan saya Jose Maria Solis atas dukungan mereka."
"Kami terus bersiap untuk menunjukkan yang terbaik di Olimpiade."
Kevin Cordon dan Nikte Sotomayer pun memuji kinerja Muamar Qadafi yang sejak awal sudah bertekad untuk membawa mereka ke Olimpiade.
Profil Kevin Cordon
Kevin Cordon lahir di Zacapa, Guatemala pada 28 November 1986.
Ia rupanya belum menggemari dunia tepok bulu angsa sejak kecil.
Ia kecemplung di dunia badminton saat dirinya berumur 11 tahun.
"Saya mulai bermain badminton saat berusia 11 tahun," ungkap Kevin Cordon dikutip dari laman BWF.
Baca juga: Jadwal Atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo, Hari Ini Ada 5 Pertandingan, Zohri Bertanding Sore Ini
Meninggalkan dunia sepakbola demi bulu tangkis.
Selain itu, ada alasan tersendiri mengapa Kevin memilih menekuni olahraga bulutangkis ini.
Menurutnya, bermain badminton adalah salah satu cara terbaik dan tercepat untuk bisa tampil di Olimpiade.
Padahal sebelum mengenal badminton, ia adalah seorang pesepak bola di Guatemala.
Ia berubah pikiran saat menghadiri turnamen badminton di kota tempat tinggalnya.
Atlet berusia 34 tahun ini memandang olahraga tersebut juga memiliki resiko kecil untuk mengalami cedera.
Untuk itu, ia tak menunda lagi untuk meninggalkan dunia sepak bola dan masuk ke lingkungan bulutangkis.
"Saya mengenal badminton dengan tidak sengaja," ujar Kevin Cordon.
"Saya pergi ke pertandingan bulutangkis lokal dan mulai bermain."
"Tiga bulan kemudian saya memenangkan turnamen pertama saya."
"Saya sebenarnya bermain sepak bola juga, tetapi badminton adalah pintu yang terbuka bagi saya dan sekaligus menghindari cedera," lanjutnya.
Setelah kecemplung di dunia tersebut, ia mendedikasikan dirinya untuk tampil dengan baik.
Impiannya pun berubah seiring profesinya sebagai seorang pebulutangkis.
Ia sangat ingin tampil di ajang Olimpiade mewakili negaranya.
"Impian saya adalah bersaing di level Olimpiade," sambungnya.
(Tribunnews.com/Guruh)