Olimpiade Tokyo 2020
Kevin Cordon, Lawan Anthony Ginting Raih Perunggu Olimpiade Tokyo 2020 : Pernah Lawan Taufik Hidayat
Perjuangan kontingen Indonesia untuk menambah pundi - pundi medali di Olimpiade Tokyo 2020 masih berlanjut.
TRIBUNSOLO.COM - Perjuangan kontingen Indonesia untuk menambah pundi - pundi medali di Olimpiade Tokyo 2020 masih berlanjut.
Setelah Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil mempersembahkan medali emas di sektor ganda putri, ada sektor lain yang berpeluang mempersembahkan tambahan medali.
Ya, sektor tunggal putra bulutangkis Olimpiade Tokyo 2020. Indonesia masih memiliki tunggal putra Anthony Sinusuka Ginting.
Ginting berhadapan dengan tunggal putra Guatemala, Kevin Cordon dalam laga perebutan medali perunggu.
Olimpiade Tokyo 2020, terhitung menjadi panggung pertama mereka berlaga.
Cordon memiliki catatan lumayan apik bila melawan kontingen Indonesia. Ia berhasil menggondol 3 kemenangan dari 5 laga resmi BWF.
Baca juga: Greysia Polii & Apriyani Rahayu Bakal jadi Juragan Bakso Usai Raih Emas Olimpiade, Hadiah Sosok Ini
Baca juga: Inilah Wajah Ayah Paling Bahagia di Dunia Hari ini, Anaknya Rebut Emas Olimpiade untuk Indonesia
Menariknya, Cordon pernah bersua dengan legenda bulu tangkis Indonesia sekaligus idola Ginting, Taufik Hidayat.
Dilansir dari BWF, mereka sempat bersua di Yonex All England Open Badminton Championship 2012.
Kala itu, Cordon harus mengakui keunggulan Taufik yang menang straight game dengan skor 23 - 25, 17 - 21.
Kekalahan yang didera Cordon bukan hanya dari Taufik Hidayat. Mantan pesepakbola itu terakhir kali bersua perwakilan Indonesia di Austrian Open 2021.
Kala itu, Cordon bertanding melawan Panji Ahmad Maulana dan takluk straight game dengan skor 14 - 21, 24 - 26.
Di atas kertas, Ginting masih memiliki kans besar mengamankan medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020.
Terlebih, Ginting memiliki ranking jauh di atas Cordon. Ginting saat ini bertengger di ranking 5 BWF, sementara Cordon nangkring di ranking 59 BWF.
Selain itu, smash - smash keras nan tajam bisa menjadi kekuatan Ginting menghadapi Cordon.
Emas Pertama Indonesia
Sebelumnya, pasangan ganda putri Badminton Indonesia Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil meraih medali emas pada Olimpiade Tokyo.
Greysia Pollii/Apriyani Rahayu mendapatkan mendali emas setelah mengalahkan pasangan China Chen Qingchen/Jia Yifan dengan angka 21-19 dan 21-15.
Kemenangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga menjadi raihan emas pertama dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Pada babak pertama berjalan cukup alot ganda Indonesia dibayangi terus oleh China hingga 20-19.
Pasangan China sempat protes kepada juri bahwa itu masuk, bukan bola ke luar tetapi juri menyanggahnya sehingga memberikan angka 21-19 bagi kemenangan Indonesia dalam 28 menit.
"Jangan terpancing mereka ya. Mereka memang ingin bermain panjang supaya kalian terpancing smash lalu di situlah mereka masuk," nasihat sang pelatih Indonesia di babak pertama.
Teriakan Apriyani "uwaiiii" yang cukup menggelegar semakin meningkatkan semangat pasangan Indonesia tersebut.

Kadang teriakan Apriyani disambut pihak terkait Indonesia seperti pers dan ofisial yang ikut menonton pertandingan ini dengan teriakan "Indonesia" memberi semangat juga.
Bahkan di akhir babak pertama dengan bernyanyi lagu Indonesia.
Di babak kedua pemain China sempat tertinggal 7-2 dari pasangan Indonesia.
Pihak pelatih China pun menasihati agar bermain lebih hati-hati dan jangan buru-buru.
Hasilnya pemain China berhasil bermain lebih baik dengan penempatan bola tipis di tepi garis kiri dan kanan menambah angka bagi mereka sehingga 6-6.
Di pihak Indonesia tampaknya Apriyani mulai "panas" dengan smash nya tak memberi ampun lagi kepada pasangan China sehingga terus melaju mengumpukan angka hingga 11-7.
Bahkan bola pertama di depan langsung di smash Apriyani dan tak bisa dibalas lagi oleh pasangan China sehingga menjadi 12-8.
Baca juga: Greysia - Apriyani Menang dan Rebut Emas, Publik Heran Raket Pemain China Sampai Bengkok
Kesalahan pasangan China banyak menyangkut di net, bola smash dari Indonesia dan hal itu rupanya dimanfaatkan sekali oleh pasangan Indonesia untuk memancing China membalas pendek supaya menyangkut di net.
Pihak Indonesia pun dengan smart banyak memanfaatkan bola ke luar dari pasangan China, baik ke luar garis kanan kiri bahkan tidak sampai ke pihak Indonesia yang ada di depan net (ke luar).
Drop shot Apriyani di depan net juga sangat apik, apalagi tepat di antara kedua pasangan China sehingga berdampak tak ada satu pun yang mengambilnya dan kemenangan tambah satu angka bagi Indonesia.
Pasangan China tak berkutik lagi dan tertahan di angka 10 ketika Indonesia sudah mencapai angka 19.
Namun China dengan sabar bisa menambah angka satu per satu sehingga bisa mencapai angka 15 dan dikunci Indonesia dengan kemanangan 21-15 dalam waktu 25 menit.

Ini adalah medali emas pertama dan satu-satunya bagi Indonesia dalam Olimpiade Tokyo yang akan ditutup 8 Agustus mendatang.
Kemenangan ini spontan membuat Greysia Polii/Apriyani Rahayu loncat kegirangan dan berpelukan di lapangan.
Mereka menangis terharu sekaligus gembira di pelukan sang pelatih. (*)