Berita Klaten Terbaru
Kisah Pilu Anak di Klaten, Jadi Yatim Piatu: Orang Tua Meninggal karena Covid-19
Dua orang anak di Klaten menjadi yatim piatu lantaran orang tuanya meninggal akibat Covid-19. Mereka adalah Alif Mukhamad Qomarudin dan Dyah Nur.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Ryantono Puji Santoso
Tiga orang anak yang menjadi yatim piatu akibat Covid-19 di Kota Solo, kini mendapat perhatian dari Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Ketiga anak itu adalah Early Oryza Nesta Sarjono (16), Efelyn Dora Lifinia (14), dan Rio Andreas Steny (12).
Mereka kini tinggal bersama paman dan bibinya di Kampung Jegon RT 03 RW 02, Kelurahan Pajang, Laweyan.
Gibran mengungkapkan bahwa dirinya akan memberikan bantuan biaya agar ketiganya dapat bersekolah hingga selesai.
"Yang terpenting ketiganya bisa sekolah hingga selesai," katanya pada Rabu (28/7/2021).
Mengenai bantuan kepada tiga anak tersebut, Gibran mengutus sendiri ajudannya untuk memastikan mengenai ketiga anak itu, dan mendata langsung kebutuhannya.
"Sekarang mereka tinggal di rumah paman yang beralamatkan di Kelurahan Pajang, dan saya sudah mengonfirmasi ke lurahnya," ujarnya.
Baca juga: Stok Oksigen di Rumah Sakit di Kota Solo Bikin Spot Jantung: Habiskan Puluhan Ton Perhari
Baca juga: Meski Tak Mudah, Gelandang Persis Solo Sandi Sute Kini Bangga, Cita-Cita Almarhum Ayahnya Terwujud
Baca juga: Perjuangan Sandi Sute, Gelandang Persis Solo : Pernah Cuma Makan Roti Saat Seleksi di Kalimantan
Baca juga: Kisah Pilu Tiga kakak-adik asal Solo, Jadi Yatim Piatu Setelah Sang Ayah Meninggal Terpapar Covid-19
Menurut Lurah Pajang, Priadi, pihaknya sudah menerima instruksi dari Gibran untuk memerhatikan ketiga anak tersebut.
"Kami juga membantu ketiga anak itu, dari proses pemindahan catatan sipil dari sebelumnya di Kampung Tipes, Kelurahan Serengan dan kini dipindahkan ke Kelurahan Pajang," jelasnya.
"Agar sama dengan alamat domisili paman dan bibinya," terangnya.
Kepada TribunSolo.com ketiga anak tersebut mengakui telah dijanjikan bantuan berupa uang saku untuk sekolah dan biaya pendidikan.
"Kemarin dari ajudan sudah disuruh untuk buka rekening BNI dan nanti uangnya akan ditransfer lewat situ," kata Efelyn Dora, sang putri kedua.
Indahnya Toleransi
Meski sang paman dan bibi beragama Islam, mereka tetap diterima dengan baik dan bisa menjalankan keyakinan dan cita-cita mereka.
Hal itu diungkapkan oleh Efelyn Dora (14), kepada TribunSolo.com pada Rabu (28/7/2021).
"Saya mendapat amanah dari ayah sebelum meninggal untuk dapat menjadi pelayan gereja," katanya.
Baca juga: Progres Pembebasan Lahan Tol Solo-Jogja di Boyolali Masih Minim, Baru 39 Persen dari 1.053 Bidang
Baca juga: Gegara Tak Pakai Helm di Jalan, Dua Oknum Satpam di Solo Viral: Kini Disanksi Push Up dan Tilang
Efelyn yang bercita-cita menjadi pemusik juga mendapat dukungan dari paman dan bibinya untuk meneruskan karir.
"Saya mendapat dukungan dari keluarga dan juga kerabat lainnya," terangnya.
Meski berbeda agama dengan keluarga paman dan bibinya tempat dia dan saudaranya tinggal saat ini, Efelyn diberi kebebasan untuk menjalankan apa yang diyakini.
"Saya tetap beribadah seperti biasa, namun karena ini pandemi terpaksa melalui zoom," jelasnya.
Paman dan bibinya sendiri bernama Suroso dan Hardjanti.
"Ibu Hardjanti itu bude saya atau kakak dari bapak," ungkapnya. (*)