Viral
Geger Beras Bansos PPKM Mirip Gumpalan Batu, Perum Bulog Ungkap Penyebabnya
Sebuah video yang menampilkan beras yang menggumpal mirip batu ramai dibicarakan di media sosial.
TRIBUNSOLO.COM - Sebuah video yang menampilkan beras yang menggumpal mirip batu ramai dibicarakan di media sosial.
Beras tersebut adalah bantuan sosial PPKM atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat.
Baca juga: Viral Pemilik Warteg Bagikan 2T ke Masyarakat di Masa PPKM, Ternyata Ini yang Sebenarnya Dibagikan
Dalam video yang beredar beras tersebut menggumpal hingga seperti batu.
Bantuan sosial beras yang tidak layak itu terjadi di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang, Banten.
Kesaksian warga
Dilansir dari Kompas.com , salah satu warga yang menerima beras tersebut adalah Uki, warga Kelurahan Pandeglang, Pandeglang yang menerima beras tersebut pada Selasa (3/8/2021).
Beras yang diterima olehnya sebanyak satu karung berukuran 10 kilogram.
Saat dibuka, dia kaget lantaran kondisi berasnya tidak bagus.
"Warnanya kuning agak kebiruan dan menggumpal keras, saya kecewa," kata Uki ditemui di rumahnya, Kamis (5/8/2021).
Dia mengatakan, beras itu berasal dari Bulog. Hal tersebut diketahui dari tulisan yang tertera di kemasan karung yakni 'Beras Bulog Medium 10 Kg'. Beras itu diperuntukkan untuk warga yang terdampak PPKM.
Penjelasan Bupati Pandeglang
Dilansir dari Kompas.com, Bupati Pandeglang Irna Narulita angkat bicara terkait temuan beras bantuan sosial di wilayahnya yang disebut mirip gumpalan batu.
Irna mengatakan beras tersebut memang ada, namun hanya sedikit jika dibandingkan dengan ribuan ton bansos yang sudah didistribusikan dalam kondisi bagus.
"Saya turut prihatin, tadi Pak Menko PMK beri apresiasi, dari sekian yang sudah didistribusikan, 90 persen, gak ada masalah, cuma nol koma nol sekian digit (yang rusak)," kata Irna di Gudang Bulog Pandeglang, Jumat (6/8/2021).
Irna bilang, beras yang rusak itu pun, sudah langsung diganti dengan cepat dengan beras yang baru.
Bahkan dia bilang, masyarakat yang menerima beras rusak itu tidak mempermasalahkan karena langsung diganti.
Irna juga mengatakan, pihaknya selalu melakukan kroscek sebelum bansos didistribusikan ke masyarakat.
"Kita kroscek bersama sebelum sampai kepada penerima manfaat, dan hampir 130 tibu KK yang mendapatkan bantuan," kata Irna.
Kendati demikian, Irna mengatakan, kejadian ini menjadi pelajaran bersama dan lebih mengetatkan pengecekan untuk BST, BPNT, PKH dan program bansos lainnya sebelum dibagikan ke masyarakat.
Kita saling koreksi, dikawal semua pihak baik Polsek, Koramil, Kecamatan dan Desa, agar program PPKM ini harus dapat dinikmati masyarakat dan semoga kedepan tidak terjadi lagi," kata dia.
Baca juga: Viral Lagi RSUD Dr Moewardi Solo, Pasien Covid-19 Sempat Membludak, Kini 3 Tenda Darurat Dibongkar
Penyebab Beras Batu
Dilansir dari Kompas TV, Kepala Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Lebak-Pandeglang Muhammad Wahyudi mengatakan temuan beras tidak layak di Lebak dan Pandeglang berasal dari Bulog.
Beras tidak layak di Lebak itu sudah diganti sedangkan di Pandeglang masih dalam proses.
Ia pun sudah menerima laporan terkait beras batu itu.
Kata dia, Bulog menjadi penyedia komoditi dalam pemberian bantuan beras PPKM tersebut.
Untuk wilayah Lebak dan Pandeglang, total ada 3.600 ton beras yang disalurkan.
Ia mengklaim sebagian besar beras yang sudah disalurkan dalam kondisi baik.
Sejumlah karung beras yang tidak layak lantaran terkena air hujan selama perjalanan.
"Berasnya kebasahan dalam perjalanan," kata Wahyudin melalui pesan WhatsApp, Kamis.
Dia mengatakan sudah turun langsung ke lapangan untuk mengecek kondisi beras dan melakukan pergantian untuk beras yang tidak layak tersebut.
"Sudah kami cek dan sudah diganti yang basah, ada tujuh karung yang rusak, tapi kami retur 27 karung antisipasi jika ada laporan rusak yang lainnya," kata dia.
Dia menambahkan, jika ada temuan beras tidak layak tersebut kembali, warga bisa melaporkan ke kantor desa atau kelurahan setempat di mana beras didistribusikan.
Nantinya pihak desa berkoordinasi dengan Bulog untuk pergantian beras baru.
"Bisa dikembalikan ke desa, seperti di Lebak Parahiang sudah kita ganti dengan beras yang baru," kata dia.
(Kompas.com/KompasTV)
