Kisah Peraih Perunggu Olimpiade Tokyo, Rela Lelang Medalinya Demi Disumbangkan Bantu Biaya Operasi
Kisahnya bermula saat Maria Andrejczyk mendengar ada seorang bayi yang menderita masalah jantung dan membutuhkan biaya untuk operasi.
TRIBUNSOLO.COM - Olimpiade Tokyo 2020 memberikan kesan tersendiri bagi Maria Andrejczyk.
Ia merupakan seorang atlet lempar lembing asal Polandia yang berhasil medali perunggu.
Baca juga: PSG Lawan Brest Malam Ini, Lionel Messi Bakal Debut Perdana ? Begini Penjelasan Pelatih
Perbuatan mulia dilakukan Maria yang memilih melelang medali perunggunya untuk beramal.
Dilansir dari TribunNews, Kisahnya bermula saat Maria Andrejczyk mendengar ada seorang bayi yang menderita masalah jantung dan membutuhkan biaya untuk operasi.
Seminggu lalu, Maria memutuskan melelang medali perunggunya untuk disumbangkan kepada Miłosz, bayi berusia 8 bulan untuk operasi bagian jantungnya yang membutuhkan biaya sekitar 140.000 dolar AS.
Medali perunggu Maria Andrejczyk akhirnya terjual sekitar 14 juta yen atau sekitar 140.000 dolar AS.
Dari sumbangan ini sehingga sang bayi bisa dibawa ke AS dan dioperasi di AS.
Pembeli medali perunggu Maria Andrejczyk adalah seorang kaya raya, juga asal Polandia.
Bayi Miłosz yang menderita masalah jantung dan vena yang kompleks meliputi Total Anomali Pulmonary Venous Connection (TAPVC).
Dalam istilah awam, ini berarti disfungsi total pembuluh darah paru-parunya.
Saat ini, satu-satunya harapannya adalah operasi di AS.
Baca juga: Keluarga Kylian Mbappe Kepergok Beli Rumah di Madrid, Transfer ke Real Madrid Bukan Isapan Jempol ?
Pembeli kembalikan medali
Namun Kamis (19/8/2021) kemarin, sang pembeli menyerahkan kembali medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 kepada Maria pemilik aslinya.
Maria Andrejczyk sangat terharu dan dia tak menyangka akhirnya menerima kembali medalinya serta mengucapkan terima kasih kepada pengusaha Polandia tersebut.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.
Perjuangan Atlet Sprint Demi Tampil di Olimpiade, Rela Kerja di Supermarket karena Tak Ada Sponsor
Olimpiade Tokyo 2020 telah selesai pada 8 Agustus 2021.
Meski telah usai gelaran ini menyisakan kisah dari para atlet yang tak banyak diketahui.
Baca juga: Jadwal Liga 1 Mundur ke 27 Agustus, Begini Penjelasan Menpora Soal Jadwal Liga 2
Seperti halnya yang dialami Atlet sprint asal Australia, Riley Day.
Dilansir dari Kompas.com, Ia ternyata tak memiliki sponsor untuk berangkat ke Tokyo Jepang.
Kondisi ini membuat dia bekerja di supermarket untuk mengumpulkan uang berangkat ke Olimpiade Tokyo 2020.
Ia bekerja di Woolworths, perusahaan supermarket Australia dengan banyak cabang.
Kisah Riley Day mencuat setelah sukses menembus semifinal sprint 200 meter putri.
Dalam babak selanjutnya akhirnya gagal melaju ke final karena finis di urutan empat.
Di ajang itu Day mencatatkan waktu 22,56 detik, sedangkan pemenang semifinal adalah bintang Jamaika, Shelly-Ann Fraser-Pryce, dengan 22,13 detik.
Baca juga: Kelakuan Atlet Australia di Olimpiade Tokyo 2020 Tuai Sorotan, Rusak Kamar hingga Ribut di Pesawat
Keseharian Riley Day
Melansir The Sun pada Kamis (5/8/2021), Day dalam kesehariannya bekerja sebagai pegawai di supermarket Woolworths.
Atlet berusia 21 tahun itu tidak memiliki sponsor, sehingga dia bekerja untuk mengumpulkan uang guna berangkat ke Olimpiade.
Para pendukung sempat menawarkan bantuan mencari sponsor, tetapi wanita asal Queensland tersebut menolaknya.
Dia tetap kukuh untuk melanjutkan pekerjaannya di supermarker.
Untuk diketahui, Riley Day juga menyambi kuliah jurusan bisnis manajemen olahraga di Universitas Griffith.
Sebelum Day bertanding di Olimpiade, Woolworths memberi ucapan penyemangat untuknya.
"Anggota tim kami sendiri, Riley Day, dengan bangga mewakili Australia di Olimpiade Tokyo. Kami akan mendukungnya dalam lari cepat 200 meter hari ini.
"Riley adalah anggota tim yang dipuja di toko Beaudesert kami di Queensland regional dan dikenal karena bekerja ekstra untuk pelanggan kami.
"Selama 18 bulan terakhir, dia membantu warga lokal John berusia 90 tahun, yang tunanetra, untuk belanja mingguan. Dia bahkan mengingat daftar belanjaannya dan meneleponnya pada Minggu jika tidak datang ke toko."
"Saat pemudi 21 tahun yang ambisius berjuluk Beaudesert Bullet ini tidak mengurus stok barang atau membantu pelanggan kami, dia berlatih keras di trek, setidaknya tiga jam sehari, enam hari seminggu."
"Kami bangga melihat salah satu anggota tim kami mewakili Australia di panggung dunia. Semoga berhasil Riley, kami tidak sabar untuk melihat Anda di lintasan!"
(TribunNews/Kompas)