Berita Karanganyar Terbaru
Wisata Petik Stroberi Jadi Alternatif Wisata di Tawangmangu, PPKM Omzet Malah Meningkat
Memetik buah stroberi langsung dari kebunnya mungkin bisa jadi alternatif liburan masyarakat di tengah Pandemi Covid-19.
Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Tri Widodo
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Memetik buah stroberi langsung dari kebunnya mungkin bisa jadi alternatif liburan masyarakat di tengah Pandemi Covid-19.
Selain berada di alam terbuka, jaga jarak dengan pengunjung lain juga bisa dilakukan mengingat kebun stroberi yang ada di kawasan Skipan Tawangmangu Karanganyar cukup luas.
Baca juga: Pengelola Hotel dan Wisata Karanganyar Diminta Bentuk Satgas Covid-19: Biar Wisata Tetap Jalan
Baca juga: Tarif Menikmati Wisata Petik Buah Strawberry di Tawangmangu Karanganyar
Apalagi, saat ini berwisata dengan menikmati buah langsung dari pohonnya lagi digandrungi.
Sehingga banyak wisatawan berbondong-bondong datang ke lokasi petik buah stroberi ini, baik dari wilayah Karanganyar atau dari luar Kota.
Pesona hamparan kebun stroberi membawa para wisatawan untuk menikmati sensasi petik dan makan secara langsung di kebun stroberi ini.

Wisata Petik buah stroberi di Tawangmangu Karanganyar, jadi daya tarik wisatawan dari luar Kota.
Seperti hal nya, Pengunjung Wisata Petik Stroberi, Rofiani (25) warga Kota Solo mengaku datang bersama keluarganya.
"Sama anak dan suami, refreshing petik buah stroberi. Udah lama enggak keluar," ujarnya kepada Tribunsolo.com, Sabtu (4/9/2021).
Rofiani menambahkan sensasi petik buah Stroberi ini yang dirinya cari bersama keluarga.
"Jarang-jarang ada kayak gini, bisanya beli di kotak-kotak itu. Tapi kalau disini bisa ngerasain petik buah sendiri biar anak seneng juga," ujarnya.
Baca juga: PPKM Level 3, Tempat Wisata dan Olahraga di Sragen Sudah Diizinkan Buka: Ini Aturannya
Pantuan dilapangan Tribunsolo.com, banyak wisatawan yang datang bersama keluarga, pasangan, teman hingga keluarga.
Mereka terlihat senang dan menikmati wisata petik buah stroberi ini.
Sebab tidak ada biaya tiket masuk, cukup membayar hasil petik buah stroberi itu.
Alternatif Wisatawan
Masyarakat tak perlu khawatir dengan biaya ketika saat mau berwisata petik buah stroberi milik Yekti ini.
Pengunjung juga tak perlu membayar biaya masuk saat memasuki wisata petik Stroberi yang ada di kawasan Sekipan, Tawangmangu ini.
"Wisatawan tinggal datang, ambil keranjang gunting saat petik Stroberi. Setelah petik baru di timbang itu yang nanti dihargai," ujarnya kepada Tribunsolo.com, Sabtu (4/9/2021).
Harganya juga cukup terjangkau. Perkilogram Stroberi cukup membayar Rp 100 ribu saja.
"Per-Ons nya Rp 10 ribu, jadi kalau 1 kilogram Rp 100 ribu. Bebas pilih dan durasi waktu juga tidak ada," ujarnya.
Baca juga: Kawasan Wisata Tawangmangu Sering Dihantam Longsor dan Banjir, Berdampak Pariwisata Lesu
Karena tidak ada batasan waktu, para wisatawan terlihat menikmati setiap memetik buah stroberi.
Mereka terlihat berfoto-foto, saling bercengkrama dan memetik buah stroberi secara hati-hati serta bersemangat.
Pengunjung Meningkat
Penerapan Pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Karanganyar tak selalu berdampak buruk.
Kebun Stroberi di Kawasan Sekipan Tawangmangu ini salah satu yang ketiban untung.
Menurut Yekti pengelola, saat penerapan PPKM di Karanganyar, tingkat pengunjung di kawasan Kebun Stroberi ini meningkat.
"Malah makin banyak, mungkin karena objek wisata pada tutup. Jadi wisatawan beralih ke sini," ujarnya.
Banyaknya obyek wisata yang tutup menjadikan wisata yang dia kelola ketiban untung.
Setiap harinya bisa meraup untung jutaan rupiah.
"Kalau hari Sabtu-Minggu bisa dapat Rp 5 juta, hari biasa Rp 3 jutaan," ungkapnya.
Kendati demikian, Yekti mengaku omset itu tidak bertahan lama.
Karena pemasukan tergantung cuaca dan musim dari buah stroberi itu sendiri.
"Kalau enggak hujan terus, buahnya banyak. Sebaliknya hujan terus banyak yang busuk jadi enggak banyak hasil petiknya," ujarnya.
Baca juga: Hore! PPKM Sragen Jadi Level 3, Pembukaan Tempat Wisata dan Sekolah Tatap Muka di Depan Mata
Yekti mengaku lahat yang dia gunakan juga bukan miliknya sendiri.
"Kita nyewa lahan ini, satu petaknya Rp 2 Juta, pertahun. Jadi lumayan bantu pemasukan sama pengeluaran minim dihitung sama bibit dan lain-lain dibanding di tanam sayur-mayur yang harganya bisa anjlok sewaktu-waktu," tutupnya. (*)