Berita Sragen Terbaru
Kisah Warga Nekat Dengar Lagu Sinden di Dukuh Singomodo Sragen, Juru Kunci Sebut Orangnya Hilang
Dukuh Singomodo, Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen terkenal dengan pantangan membunyikan lantunan sinden di wilayahnya.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Sampai di area parkir makam, sopir tersebut memutar radio dengan saluran hiburan tayub, yang biasanya diiringi oleh Sinden.
Dengan ketidaktahuannya, kemudian ia mendengarkan lantunan tayub di dalam mobilnya.
"Sempat diperingatkan oleh warga, kalau tidak boleh mendengarkan sinden, kemudian mereka pulang dan melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur," ujarnya.
"Sampai di Mantingan, Ngawi keempat ban travel tersebut kempes, kemudian mereka mencari tukang tambal ban, dan ketemu di Banaran, Sragen," tambahnya.
Saat dicek oleh tukang tambal ban, ternyata tidak ada kebocoran pada ban travel tersebut.
Dengan rentetan kejadian tersebut, Slamet berharap siapapun yang datang ke Singomodo, untuk mengikuti adat dan kepercayaan yang ada.
Sejarah Dukuh Singomodo
Ada satu dukuh di Kabupaten Sragen yang terbilang cukup unik.
Dimana dalam satu wilayah di dukuh tersebut, dilarang mendengarkan atau membunyikan lagu yang dilantunkan oleh sinden.
Dukuh tersebut ialah Dukuh Singomodo, Desa Kandang Sapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen.
Baca juga: Sosok Dalang Ki Manteb Soedarsono Dimata Pesindennya, Tidak Pernah Marah dan Capek
Baca juga: Fakta Meninggalnya Ki Seno Nugroho: Sinden Nyanyikan Gending saat Layatan, 2 Wayang Ikut Dikuburkan
Di dukuh tersebut, juga terdapat makam Syekh Muhammad Nasher, atau yang terkenal disebut Mbah Singomodo, yang merupakan salah satu prajurit Keraton Surakarta.
Terdapat sejarah panjang, mengapa Eyang Nasher, panggilan sehari-hari Syekh Muhammad Nasir membuat larangan tersebut.
Juru kunci makam Mbah Singomodo, Mbah Slamet mengatakan, setelah keluar dari Keraton Surakarta Hadiningrat, Eyang Nasher dan kelima sahabatnya menyusuri Sungai Bengawan Solo.
Baca juga: Cerita Pilu Sinden di Ponorogo Sibuk Isi Acara hingga Kondisi Drop, Meninggal Usai Positif Covid-19
Singkat cerita, sampailah rombongan tersebut di sebuah desa di tepi Sungai Bengawan Solo, yang saat ini menjadi Dukuh Singomodo.
Berjalannya waktu, Eyang Nasher ingin membangun sebuah masjid bersama kelima sahabatnya, untuk menyebarkan agama Islam.