Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sebagian Solo Raya Sudah Hujan, Kenapa Ada Wilayah yang Belum Hujan? Simak Penjelasan BMKG

Periode musim hujan di Indonesia pada tahun ini, menurut BMKG, lebih maju dibandingkan dengan rerata periode musim penghujan sebelumnya.

Editor: Hanang Yuwono
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
ILUSTRASI Hujan deras dan angin kencang yang melanda Kota Solo dan sekitarnya. 

TRIBUNSOLO.COM - Sebagian wilayah Indonesia kini sudah memasuki musim hujan.

Hal itu karena periode musim hujan di Indonesia tiba lebih awal.

Beberapa hari belakangan ini, hujan sudah mengguyur sejumlah daerah.

Baca juga: Bacaan Doa Ketika Hujan, Lengkap Doa Setelah Hujan Atau Doa Minta Hujan dan Artinya

Baca juga: Diguyur Hujan, Viaduk Gilingan Solo Terendam Banjir: Bikin Macet, hingga Ada Motor yang Mogok

Namun ternyata masih ada wilayah yang mengalami kekeringan atau belum hujan.

Mengapa hal ini terjadi dan apa yang menyebabkan seringnya hujan akhir-akhir ini?

Suasana jalanan di lokasi wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar yang diguyur hujan pada libur Isra Mi'raj, Kamis (11/3/2021).
Suasana jalanan di lokasi wisata Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar yang diguyur hujan pada libur Isra Mi'raj, Kamis (11/3/2021). (TribunSolo.com/Muhammad Irfan Al Amin)

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Guswanto dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa saat ini, sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki periode musim hujan 2021/2022.

Periode musim hujan di Indonesia pada tahun ini, menurut Guswanto, lebih maju dibandingkan dengan rerata periode musim penghujan sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis BMKG dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen ZOM mengawali musim hujan di bulan September ini.

Adapun, wilayah yang sudah merasakan curah hujan di musim hujan kali ini adalah Sumatera bagian tengah dan sebagian Kalimantan. Sehingga, masyarakat tersebut akan sering mendapati hujan dibandingkan daerah lainnya di bulan ini.

Sementara itu, ada sekitar 39,1 persen wilayah yang akan mengalami awal musim hujan pada Oktober 2021.

Wilayah di Indonesia yang akan mengalami musim hujan lebih awal pada Oktober 2021 adalah Sumatera bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Bali

Sedangkan, untuk 28,7 persen wilayah yang meliputi Lampung, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, dan Sulawesi akan memasuki awal musim hujan pada November 2021.

"Memang jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis awal musim hujan pada periode 1981-2020, maka awal musim hujan 2021/2022 di Indonesia diprakirakan maju pada 157 ZOM (sekitar 45,9 persen)," kata Guswanto.

Hanya sekitar 38,6 persen atau 132 ZOM saja yang periode musim hujannya memiliki rerata klimatologis yang sama dengan sebelum-sebelumnya. Namun, sekitar 15,5 persen atau 53 ZOM lainnya mengalami kemunduran periode musim penghujan.

Mengenai sifat hujan itu sendiri, Guswanto menjelaskan bahwa sebagian besarnya memiliki rerata klimatologis yang normal.

"Sifat hujan selama musim hujan 2021/2022 diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 244 ZOM (sekitar 71,4 persen)," jelasnya.

Akan tetapi, untuk sejumlah 88 ZOM atau sekitar 25,7 persen akan mengalami kondisi musim hujan di atas normal atau lebih basah dari biasanya. Serta, 10 ZOM lainnya atau sekitar 2,9 persen akan mengalami musim hujan bawah normal (lebih kering dari biasanya).

Penyebab curah hujan tinggi sepekan ke depan

Dari perkembangan kondisi musim tersebut, Guswanto mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan potensi cuaca ekstrem ini terjadi. Di antaranya seperti fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby Ekuatorial, gelombang Kevin. 

1. Dinamika atmosfer

Guswanto menjelaskan, MJO. gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kevin merupakan bagian dari dinamika atmosfer yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan.

Ketiganya diketahui akan aktif di wilayah Indonesia hingga seminggu ke depan.

"MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya," kata Guswanto.

Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian. 

Sebaliknya, fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudera Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.

Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia, maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. 

2. Konvergensi

Selain ketiga dinamika atmosfer tersebut, potesi cuaca ekstrem ini juga dipengaruhi oleh konvergensi angin. 

Guswanto berkata, terbentuknya belokan maupun pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dapat mengakibatkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. 

3. Suhu muka laut

Suhu muka laut dan anomali suhu muka laut juga terpantau masih hangat di sebagian besar perairan di Indonesia.

Kondisi ini yang mendukung peningkatan suplai uap air sebagai sumber pembentukan awan-awan hujan

"Kondisi tersebut juga didukung oleh masih tingginya kelembaban udara di sebagian besar wilayah di Indonesia hingga seminggu ke depan," ucap dia.

Mitigasi potensi cuaca ekstrem

Oleh karena itu, kata Guswanto, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode sepekan ke depan.

Terutama dari potensi hujan secara sporadis, lebat, dan durasi singkat, disertai petir dan angin kencang, bahkan hujan es, yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.

Di antaranya berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Musim Hujan di Indonesia Lebih Awal, Mengapa Ada Daerah Belum Hujan?

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved