Berita Sukoharjo Terbaru
Keluarga yang Tidur di HIK Kartasura Belum Dapat Kontrakan: Ditolak karena Anaknya Banyak
Keluarga yang tidur di HIK Kartasura, Sukoharjo mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat. Namun, mereka tetap belum mendapatkan tempat tinggal.
Penulis: Iqbal Fathurrizky | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan wartawan TribunSolo.com, Iqbal Fathurrizky
TRIBUNSOLO.COM,SUKOHARJO - Keluarga yang tidur di HIK Kartasura, Sukoharjo mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat.
Cerita mereka menyentuh lantaran pemilik warung diusir dari kontrakan karena tidak mampu membayar tunggakan uang sewa dan membuat Pasutri Wiwin (48) dan Cahyo (50) harus tidur di lapak mereka dengan 8 anaknya.
Meski telah mendapat bantuan karena kisahnya yang begitu pilu, hingga kini Jumat (17/9/2021) mereka tetap belum mendapatkan tempat tinggal.
Baca juga: Keluarga yang Tidur di HIK Kartasura, Dulunya Punya Warung Bebek,Tutup Usai Difitnah Pakai Pesugihan
Baca juga: Satpol PP Solo Temukan Ribuan Jenis Pelanggaran Selama PPKM Darurat: dari Bakul Hik hingga Hajatan
Wiwin mengaku sudah beberapa kali dibantu dicarikan tempat tinggal namun tidak ada pemilik kontrakan yang mau menerima.
"Kemarin Kamis malam sudah dapat di Pengging Boyolali, barang sudah dibawa ke sana, tapi sampai sana pemilik berubah pikiran," kata Wiwin kepada TribunSolo.com pada Jumat (16/9/2021).
"Alasan pemilik kontrakan adalah ketua RT setempat tidak memperbolehkan karena anak saya banyak," sambung dia.
Baca juga: RESMI! Selama PSBB 11-25 Januari, Mall hingga HIK di Solo Hanya Boleh Buka Sampai Jam 7 Malam Saja
Sebelum itu Wiwin juga ditawari ditempatkan di rusunawa namun Wiwin menolak.
"Saya kalo pindah ke Rusunawa tidak mau, karena warung harus pindah juga," aku Wiwin.
"Disini yang sudah 6 tahun aja masih begini, apalagi kalo pindah ke tempat baru," pungkasnya.
Pernah Punya Warung Bebek
Di balik kisah sedih satu keluarga beranggotakan 9 orang tinggal di kolong warung HIK, ternyata ada perjalanan hidup yang menyayat hati.
Ini dialami Cahyo Yulianto (52) dan Wiwin Haryati (48) sebelum akhirnya berjualan HIK di depan SMPN 3 Kartasura, Jalan Raya Solo-Semarang, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Sekana kesedihannya bertubi-tubi, terbaru seminggu lalu Wiwin diusir lantaran tidak mampu membayar uang sewa kos yang sudah menunggak selama beberapa bulan.
Terpaksa Wiwin harus menempatkan 8 anaknya di kolong warung HIK miliknya yang sudah ada sejak 6 tahun ini.

Baca juga: Bikin Tenang, Ruang Pasien Covid-19 di RSUD Bung Karno Solo Kini Kosong, Bulan Lalu Sempat Membludak
Baca juga: Kisah Petani Klaten Terima Uang Tol Solo-Jogja Rp 4 M, Tak Tertarik Borong Mobil Meski Dirayu Sales
Ternyata Wiwin juga menyimpan kisah yang tak mengenakkan hatinya.
Dea (21) anak ke-5 Wiwin bercerita bahwa dulu ayah dan ibunya pernah memiliki warung bebek goreng di Gondang Klaten sekitar tahun 2010.
Dea mengaku warung bebek goreng orang tuanya tersebut sangat laris pada masanya.
Saking larisnya, Dea menjelaskan bahwa banyak tetangga sekitar yang iri akan ramainya warung orang tuanya tersebut.
Fitnah pun terus berdatangan mengiringi kesuksesan keluarganya.
"Kami difitnah terus karena warung dulu ramai, sampai ada yang bilang pakai pesugihan," ungkap Dea kepada TribunSolo.com, Kamis (16/9/2021).
Hingga pada akhirnya orang tua Dea tidak sanggup menerima fitnahan tetangga-tetangganya dan memutuskan untuk pindah.
"Kemudian mulai usaha baru di Kartasura Sukoharjo," jelas dia.
Sejak saat itu mereka hidup serba kekurangan dan hemat terhadap segala pengeluaran.
"Kalo makan mah ada aja, tapi untuk keperluan lain seperti kontrakan susah sekali," akunya.
Bahkan sampai mengakibatkan anak Wiwin yang semuanya berjumlah 13 tersebut hanya satu yang bisa mengenyam pendidikan SMK.
"Anak ke-4 aja yang SMK, yang lain ada yang gak lulus SMP, banyak juga yang gak lulus SD, itu semua karena gak punya biaya," ungkap Dea.
Dea bercerita bahwa beberapa kakaknya tinggal terpisah, sementara 10 adiknya yang harus tinggal di kolong HIK tersebut.
"Kakakku itu ada yang malu dengan kondisi ibu bapak, dia enggak mau tahu susahnya kami," jelasnya.
"Udah saya kasih pengertian ke kakak, kalau gak bisa bantu uang tidak apa-apa asal bantu tenaga kami udah senang," harap dia.
Perjalanan Hidup
Polisi bergerak cepat setelah mendapati ada warga di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo hidup di tenda HIK.
Dipimpin Kapolsek Kartasura AKP Mulyanta, sejumlah polisi mendatangi keluarga Cahyo Yulianto (52) dan Wiwin Haryati (48) di depan SMPN 3 Kartasura, Jalan Raya Solo-Semarang.
Dia tampak memberikan bantuan sejumlah uang, sembako hingga mainan kepada delapan orang anak Cahyo.
"Alhamdulillah ini tadi dapat bantuan dari Pak Kapolsek, ini nanti untuk cari kos," Cahyo kepada TribunSolo.com, Rabu (15/9/2021).
Baca juga: Cerita Husnaini, Siswa SMAN 1 Kartasura yang Dapat Sepeda dari Jokowi: Diminta Berani Vaksin
Baca juga: Dear Kaesang, Ini Harapan Suporter soal Launching Jersey & Skuad Persis Solo
Ya, maklum nasib malang dialami keluarga Cahyo karena harus menjalani hidup dengan segala keterbatasan.
Ia dan keluarganya menjadi tunawisma dan terpaksa tidur bawah meja lapak tempat dia berjualan layaknya angkringan atau HIK di depan SMPN 3 Kartasura.
Lapak tersebut hanya beratapkan terpal, yang dijadikan tempat tinggal Cahyo, bersama istrinya Wiwin dan delapan orang anaknya.
Baca juga: Kecelakaan Dahsyat di Jalanan Karanggede, Truk Terguling & Brio Rusak Parah, Sejumlah Orang Terluka
Baca juga: Kisah Buruh Boyolali Kebingungan Anaknya Kelainan Jantung,Setiap Kali Berobat Bisa Habis Rp 600 Ribu
Sebenarnya, Cahyo dan Wiwin memiliki 13 anak, namun 3 orang anaknya sudah bekerja dan mandiri.
"Anak yang paling tua usianya 30 tahun, dan yang paling kecil 6 tahun," kata Wiwin kepada TribunSolo.com.
Wiwin mengaku baru tinggal di lapak angkringannya itu selama tiga hari terakhir ini.
Pasalnya, ia dan keluarga sudah tidak mampu untuk menyewa kamar kos.
"Kalau jualan angkringan ini, kami sudah enam tahun," ujarnya.
Sebelumnya, satu keluarga ini tinggal di sebuah kos tak jauh dari lokasi mereka jualan.
Namun karena nunggak berbulan-bulan, dan tak bisa membayar, pemilik kos meminta untuk mencari tempat tinggal lain.
"Kalau ada uang buat bayar kos, kalau bulan depan gak bisa bayar ya tinggal di sini lagi (lapak jualannya)," jelasnya.
Wiwin sebenarnya tidak nyaman tinggal di lapak miliknya itu, apalagi dia bersama delapan orang anaknya.
Baca juga: Saat Gibran Puji Anies Baswedan : Beliau Kepala Daerah Sukses di Jakarta, Jadi Contoh Negara Lain
Baca juga: Perbaikan Jalan Rp 118 Juta Disorot, Kades Tanjung Juwiring : Papan Proyek Ada,Tapi Tiba-tiba Hilang
Namun, karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, ia terpaksa menjalani hal itu.
"Kalau hujan ya terpal ambrol, air masuk, dan dingin, tapi bagaimana lagi karena kondisi," ujarnya. (*)