Klaten Bersinar
Selamat Datang diĀ KlatenĀ Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Bangunan Kawedanan Bekonang Masih Berdiri Kokoh, Tapi Kini Dijadikan Sebagai Kantor Pengelola Pasar

Sebuah bangunan peninggalan masa penjajahan Belanda, masih berdiri kokoh di Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Agil Tri
Pendopo eks Kawedanan Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Sebuah bangunan peninggalan masa penjajahan Belanda, masih berdiri kokoh di Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo.

Bangunan itu disebut sebagai Kawedanan Bekonang.

Menurut Budayawan asal Sukoharjo, Kokor Wijanarko, di Kabupaten Sukoharjo sebenarnya terdapat tiga Kawedanan.

"Ada tiga, yakni Kawedanan Bekonang, Sukoharjo, dan Kartasura," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (21/9/2021).

"Kawedanan Sukoharjo dulu di Kampung Larangan, kemudian pindah di bekas gedung BKD di Selatan pasar Ir. Soekarno. Kalau yang Kartasura, saya belum menemukan letak gedungnya," ujarnya.

Baca juga: Cerita Gibran Borong Kerupuk saat Datang ke Festival di Solo: Buat Makan Pagi - Malam 

Baca juga: Ditanya Siapa Raja Baru Pengganti KGPAA Mangkunegara IX, Orang Dalam Pura : Sudah Dimusyawarahkan

Kawedanan merupakan kantor bagi Wedono. Yakni penjabat dibawah Bupati dan diatas Camat yang berlaku pada masa Hindia Belanda.

Kawedanan Bekonang meliputi wilayah Mojolaban, Polokarto, dan sekitarnya yang kala itu merupakan wilayah tersendiri.

"Sejak adanya otonomi daerah, sehingga Sukoharjo menjadi Kabupaten pada 15 Juli 1946, Kawedanan Bekonang sudah tidak difungsikan dan digantikan dengan Kecamatan Mojolaban," jelasnya.

Bekas gedung Kawedanan Bekonang sempat dijadikan kantor dinas Pembantu Bupati Kepala Daerah Wilayah Mojolaban.

Namun saat ini, gedung tersebut dijadikan aset cagar budaya Kabupaten Sukoharjo.

Lurah Pasar Bekonang, Widadi mengatakan, pihak pengelola pasar Bekonang kemudian diserahi untuk merawat gedung tersebut.

"Kami bersihkan, supaya gedungnya tetap terawat," jelas dia.

Berharap Jadi Pusat Budaya

Kabupaten Sukoharjo memiliki potensi seni dan budaya yang dianggap masih belum dioptimalkan.

Para pegiat senindan kebudayaan, meminta agar Pemkab Sukoharjo bisa memaksimalkan dan mengembangkan potensi-potensi wisata kebudayaan dan keseniannya.

Anggota Gerbang Budaya, Joko Ngadimin mengatakan, lokasi budaya dan seni tersebar dibeberapa Kecamatan di Sukoharjo.

"Kami mengusulkan agar Pendopo eks Kawedanan Bekonang dijadikan ruang publik berbasis ekonomi kreatif," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (21/9/2021).

Baca juga: Cerianya PKL di Pusat Kuliner Kartini Sragen, Sempat Porak-poranda saat PPKM Darurat, Kini Buka Lagi

Baca juga: Update di Astana Girilayu : Pangeran dan Keluarga Akan Tabur Bunga di Makam KGPAA Mangkunegara IX

Selain itu, ada sejumlah lokasi lain seperti di Kantor BPP Nguter, dijadikan sebagai ruang publik budaya pertanian dan ekonomi pertanian berbasis komunitas.

Gerbang Budaya Sukoharjo juga mengusulkan agar Desa Wirun sebagai pusat kawasan industri gamelan beserta empu gamelan dijadikan kawasan destinasi wisata internasional.

Serta menolak organisasi dan orang luar yang mencaplok dan memanfaatkan potensi Wirun untuk kepentingan bisnis tanpa melibatkan masyarakat setempat.

"Usul Wirun itu dijadikan pusatnya, ya ada belajar musik gamelannya, ada cara bikin gamelannya," ujarnya.

Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Kabupaten Sukoharjo Wawan Pribadi mengatakan bahwa DPRD sepakat dengan semua usulan dan masukan dari Gerbang Budaya Sukoharjo.

Kata dia, Kebudayaan itu merupakan hal yang mempengaruhi karakter masyarakat.

"Tinggal nanti diselaraskan dengan program pemerintah. Silahkan nanti di selaraskan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan," kata dia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved