Pacu Produktivitas Petani Lewat Elektrifikasi, PLN Geber Program Electrifying Agriculture di DIY
Listrik menjadi kebutuhan prioritas masyarakat untuk melakukan banyak hal di kala pandemi ini, termasuk untuk berproduksi dan meningkatkan ekonomi.
“Program Electrifying Agriculture ini merupakan salah satu semangat transformasi PLN di pilar Innovative dan Customer Focus, dalam meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau, dan andal bagi kalangan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan,” ungkap Irwan.
Dia percaya, ketika rumah sudah dialiri listrik, bakal ada perubahan gaya hidup dan peningkatan produktivitas yang memanfaatkan teknologi.
“Ujungnya nanti, kesejahteraan masyarakat meningkat,” katanya.
Baca juga: Harapan Erick Thohir, Usai EMI Resmi Bergabung ke PLN Group : Memperkuat Transformasi Energi Bersih
Efisien
Senada, Sugeng Purwanto, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY mengatakan, adanya program listrikisasi di area pertanian itu memang dibutuhkan masyarakat.
Dia menjelaskan, petani bisa hemat biaya produksi hingga 50-60 persen.
Ada juga efisiensi biaya operasional karena tidak perlu membeli genset, oli, dan biaya perbaikan.
“Ke depan, saya yakin, petani ini akan terus meminta tolong kepada PLN agar areanya juga dipasang listrik. Dengan begitu, produktivitas usaha meningkat, juga pendapatannya. Yang pasti, listrikisasi ini juga ramah lingkungan,” bebernya.
Dengan pemakaian listrik, masyarakat bisa mengganti kebutuhan sinar matahari yang digunakan untuk menyinari pertanaman buah naga maupun tanaman hidroponik.
“Listrikisasi ini membuat panen optimal karena irigasi juga memanfaatkan listrik. Untuk para Gapoktan, jangan ragu untuk minta ke PLN untuk mengaliri listrik ke daerah masing-masing,” tukasnya.
GKR Bendara selaku Ketua Indonesian Council for Small Business (ICSB) DIY mengapresiasi kinerja PLN yang masif melakukan listrikisasi di daerah-daerah terpencil di DI Yogyakarta ke sana. Mereka butuh contoh dan fakta. Ini tidak mudah memang, mengingat alam di DI Yogyakarta ada yang bergunung-gunung, berhutan-hutan,” tuturnya
Ia memprediksi, petani akan merasa adanya efisiensi biaya tatkala sedang memanen hasil panennya setelah sawahnya sudah dialiri listrik. “Yang biasanya beli solar Rp85 ribu, sekarang mereka bisa menggunakan listrik yang lebih murah daripada solar. Pasti akan terasa bedanya,” terangnya.
GKR Bendara berharap, PLN bisa konsisten untuk menyalakan listrik di daerah terpencil. Petani biasanya membutuhkan fakta bahwa dengan listrik, hasil pertaniannya bisa lebih meningkat.
Dengan begitu, perlu adanya sosialisasi terkait dampak listrikisasi sehingga tidak ada kesalahpahaman di antara masyarakat dan PLN.
“Saya lihat, petani tetap butuh contoh. Misal, mereka biasanya memanfaatkan matahari atau air hujan, maka mereka harus melihat keadaan yang lain bagaimana setelah menggunakan listrik. Mereka pasti hitung-hitungan dan membandingkan dengan keadaan sekarang,” tandasnya.
Acara turut dibuka oleh Pemimpin Redaksi Tribun Jogja, Ribut Raharjo, dan Sekretaris Daerah Kadarmanta Baskara Aji yang mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X.
(*)