Berita Karanganyar Terbaru
Reaksi Keluarga Ternyata Gilang Tewas Akibat Kekerasan di Menwa UNS : Dada Sesak Tahu Kenyataan Itu
Kematian Gilang saat diklatsar Menwa UNS masih menyisakan luka mendalam bagi keluarganya di Karangpandan Karanganyar.
Penulis: Desty Luthfiani | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Desty Luthfiani
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Sudah 12 hari keluarga ditinggalkan oleh Gilang Endi Saputra selama-salamanya karena tewas saat diklatsar Menwa UNS.
Rasa kehilangan mendalam masih dirasakan keluarganya di Desa Dayu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.
Kini, ada babak baru pengungkapan kasus tewasnya pemuda 20 tahun itu.
Ya, Polresta Solo akhirnya menetapkan dua tersangka yang menganiaya GE saat diklat yakni berinisial NFM (22) warga Pati dan FPJ (22) warga Wonogiri, Jumat (5/11/2021).
Lantas seperti apa reaksi keluarga besarnya tenyata GE tewas karena kekerasan?
Bude atau bibi dari Gilang, Lasrini Widyo Wati bahkan menceritakan mengenai kemarahan keluarga terkait pernyataan anggota Menwa yang dateng ke rumah saat 25 Oktober lalu.
“Kok ada manusia berhati iblis yang menyiksa orang seperti itu, ini saja habis baca berita dada saya langsung sesek tahu kenyataan itu sampai sekarang," terang dia kepada TribunSolo.com.
"Kalau ada yang bilang almarhum kesurupan, dia yang kesurupan,” ujar Lasrini.
Dia menilai, gaya organisasi Menwa yang membuat saudaranya meninggal tidak memiliki akal sehat tetapi mengutamakan memakai otot.
Baca juga: Kata Eks Aktivis UNS : Bisa Saja Ada Tersangka Baru, Polisi Diminta Jeli, Ada Kesengajaan atau Tidak
Baca juga: Nasib 2 Senior Menwa UNS Tersangka Kematian Gilang Endi : Belum Tentu Dicoret oleh Kampus
“Dia (pelaku) hanya pakai okolnya (otot), anak umur segitu kan okolnya yang dipakai dia tidak pakai akal sehat,“ aku dia kesal.
Lebih lanjut dia menjelaskan, meskipun ayah Gilang yang pensiunan tentara tidak pernah melakukan kekerasan kepada anaknya.
“Saking lembutnya orangtua mas Gilang meminta menukar laptop Gilang untuk adiknya, itu tidak tega untuk memaksa itu," jelasnya.
"Apalagi tindakan kekerasan fisik, sama sekali tidak ada dalam keseharian keluarga," tutur dia.
Rektor Minta Maaf Langsung