Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Tepat Setahun Merapi Sandang Status Siaga, Awan Panas Terus Berguguran, Volume Kubah Tak Bertambah

Hari-hari ini tepat setahun Gunung Merapi dinyatakan berstatus siaga yakni sejak ditetapkan November 2020.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Dok BPPTKG
Kondisi Merapi terkini yang mengeluarkan awan panas guguran, Selasa (9/11/2021) malam. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Hari-hari ini tepat setahun Gunung Merapi dinyatakan berstatus siaga.

Ya, tepatnya 5 November 2020 gunung berapi itu menyandang status tersebut.

Terbaru, gunung dengan ketinggian 2.900 meter di atas permukaan laut itu kembali mengeluarkan awan panas guguran, Selasa (9/11/2021) malam.

Dihimpun dari Balai Penyelidikan dan pengembangan teknologi kebencanaan geologi (BPPTKG) Jogjakarta, awan panas guguran terjadi pukul 18.17 WIB.

Awan panas guguruan ini berdurasi 3 menit dengan amplitudo 35mm.

Baca juga: Begini Kondisi 2 Tersangka dalam Tewasnya GE saat Diklat Menwa UNS : Di Tahan di Mapolsek Berbeda

Baca juga: Soal Jalur Evakuasi Merapi yang Rusak di Kemalang Klaten, Bupati: Perbaikan Tahun 2022

Material yang dilontarkan dari puncak Merapi ini mencapai 2 kilometer yang masih mengarah ke barat daya.

Kepala BPPTKG Jogjakarta, Hanik Humaida mengungkapkan selama periode 29 Oktober-4 November 2021, guguran hanya terjadi sekali dengan jarak luncur mencapai 2 kilometer.

Sedangkan guguran lava teramati sebanyak 106 kali.

Kemudian morfologi kubah barat daya dan tengah juga tak banyak perubahan.

Kubah barat daya volumenya masih 1,6 juta meter kubik, sedangkan kubah tengah 2,9 juta meter kubik.

Bahkan intensitas kegempaan periode pengamatan ini juga lebih sedikit dibandingkan periode sebelumnya.

 Deformasi gunung Merapi yang dipantau dengan EDM dan GPS juga tidak menunjukkan perubahan yang signifikan," terang dia.

Dia menyebut, aktivitas vulkanik berupa erupsi efusif gunung Merapi masih cukup tinggi, sehingga status siaga belum dicabut.

Baca juga: Penampakan Yamaha Lexi untuk Babinsa & Bhabinkamtibmas di Sukoharjo : Diserahkan Bupati,Ada 351 Unit

Baca juga: Digerus Air Hujan, Jalur Evakuasi Merapi di Deles Klaten Rusak Parah, Warga Minta Segera Diperbaiki

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas masih mengarah ke arah sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer.

Serta mengarah ke sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

"Potensi lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," imbuh dia.

Terus Menerus Erupsi

Gunung Merapi kembali mengeluarkan guguran awan panas, Selasa (19/01/2021).

Guguran itu terjadi sebanyak dua kali, yakni pada pukul 19.41 WIB dan 19.48 WIB.

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, guguran awanpanas tersebut terekam di seismogram dengan amplitudo maksimal 50 milimeter dan durasi maksimal 236 detik dengan estimasi jarak luncur ±2,5 km dari puncak.

Itu menyebabkan guyuran hujan abu ke sejumlah desa di Lereng Gunung Merapi, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Tak terkecuali, Dusun Stabelan.

Kadus Stabelan, Maryanto menuturkan hujan abu tak membuat aktivitas masyarakat terganggu.

“Kalau di Stabelan memang sempat terjadi hujan abu, namun hanya tipis saja dan tak sampai mengganggu aktivitas warga,” ujarnya, kepada TribunSolo.com, Rabu (20/10/2021).

Senada dengan Maryanto, Kades Jrakah, Tumar mengatakan, turunnya hujan abu terjadi di wilayah Desa Jrakah sekitar pukul 19.30 WIB.

Baca juga: Sepekan Guguran Lava Merapi Lebih Sedikit, Tapi Tinggi Kubah Lava Tengah Bertambah 4 Meter

Baca juga: Meski Melandai, Tapi Tinggi Kubah Lava Merapi Bertambah 1 Meter dan Volume Naik 30 Ribu Meter Kubik

Tumar mengatakan hujan abu disertai hujan cukup lebat, sehingga sebagian besar abu larut dalam air hujan.

“Meskipun sisa- sisa abu masih ada yang menempel pada tanaman di ladang maupun rerumputan,”ujar Tumar.

Lanjut, Tumar mengaku tidak mendengar suara detuman dari puncak Merapi.

Hal itu dikarenakan suara derasannya hujan tersebut membuat suara detuman Gunung Merapi tidak terdengar.

“Biasanya kalau erupsi terdengar suara dentuman dari puncak Merapi. Namun semalam tidak terdengar, mungkin karena hujan deras,” kata Tumar.

Sementara itu, Hujan abu juga dirasakan sejumlah wisatawan yang menginap di tenda tempat wisata Gunung Nganten di Desa Lencoh.

Sejumlah mobil yang diparkir tertutup abu cukup tebal, hingga tenda yang digunakan wisatawan, juga tertutup abu.

“Kami masuk ke sini pukul 19.30 sudah hujan abu cukup tebal, langsung kami dan teman- teman masuk ke dalam tenda,” ungkap Ian, koordinator wisatawan asal Perhut, Solo. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved