Berita Sukoharjo Terbaru
Inilah Jejak Pangeran Diponegoro di Masjid Darussalam Kedunggudel, Ada Bekas Tembakan Meriam Belanda
Adalah Masjid Darussalam di Desa Gedunggudel, Kecamatan Tawangsari yang jadi saksi bisu sebagai markas Pangeran Diponegoro.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Jejak Pangeran Diponegoro kala melawan penjajah di Kabupaten Sukoharjo diyakini begitu erat.
Adalah Masjid Darussalam di Desa Kedunggudel, Kecamatan Tawangsari yang jadi saksi bisu sebagai markas Pangeran Diponegoro.
Menurut tokoh masyarakat setempat, Sehono, masjid yang berada di pinggir Bengawan Solo itu dibangun sejak abad ke-14.
"Saat perang melawan Belanda, Pangeran Diponegoro menjadikan masjid markas untuk menyusun strategi perang," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (10/11/2021).
Baca juga: Fakta Mengejutkan di Situs Watugenuk Boyolali : Batu Gamelan yang Terbilang Langka Sudah Hilang
Baca juga: Jejak Pangeran Diponegoro di Boyolali, Goa Raja Selo Jadi Saksi Bisu Perjuangan Melawan Belanda
Pada tahun 1825-1830, Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono (PB) VI, pernah bertapa di Kedunggudel.
Saat itu pula, ada pertemuan antara PB IV dengan Pangeran Diponegoro di Kedunggudel.
Mengetahui hal tersebut, Belanda sempat menghancurkan Masjid Darussalam ini.
Namun oleh Pangeran Diponegoro dan pengikutnya, masjid ini dibangun kembali.
Belanda yang mengetahui hal tersebut, kembali mencoba menghancurkan masjid tersebut, namun gagal.
"Pernah Belanda menghancurkan masjid ini dengan menembakan meriam, tapi gagal," jelasnya.
Tembakan meriam itu hanya merusak beberapa kayu penyangga masjid, yang hingga kini bekas kerusakan berupa retakan masih bisa dilihat.
Dia menambahkan, tidak ada literatur tertulis mengenai kisah Pangeran Diponegoro dan Paku Buwono VI tersebut.
Namun, berdasarkan tradisi sejarah lisan dan jejak peninggalan menyebut Kedunggudel sudah ada sejak masa sebelum kemerdekaan
Saat ini, Masjid bersejarah itu masih berdiri kokoh, dan masih aktif digunakan untuk kegiatan ibadah umat islam.
Di bulan Ramadhan ini, Masjid Darussalam semakin ramai dikunjungi jamaah masjid.
"Tidak hanya dari warga sekitar saja, banyak jamaah Masjid yang datang dari luar Sukoharjo," pungkasnya.
Bangunan Masjid
Di masjid terdapat tiang berjumlah 20 tiang yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
"Ada 20 tiang penyangga masjid, 12 dibagian dalam masjid, dan delapan tiang penyangga berada diluar masjid," katanya.
Kondisi yang sama juga terlihat pada mimbar yang digunakan untuk khotbah yang terbuat dari kayu Kalimatan.
"Pada mimbar masih asli terbuat dari Kayu Kalimantan, hanya ada tambahan pintu bagian depannya," jelasnya.
Ukiran bunga wijaya kusuma yang menghiasi mimbar semakin menguatkan jika mimbar ini dibuat pada zaman Majapahit, atau abad ke-14.
Seperti kebanyakan masjid tua yang ada di Pulau Jawa, pada bagian belakang masjid Darussalam juga terdapat area pemakaman.
Ada satu makam yang nampak di Masjid Darussalam ini yang dianggap keramat oleh masyarakat.
"Makam tersebut adalah makan Kyai Lombok, beliau merupakan tangan kanan pangeran Diponegoro," aku dia.
"Konon, beliau memiliki kesaktian dan ahli ilmu agama, sehingga saat ini makam tersebut dikeramatkan," jelasnya.
Makam tersebut sering dikunjungi peziarah, yang datang tidak hanya dari Sukoharjo saja, namun banyak juga peziarah yang datang dari luar kota.
Saat ini, masjid bersejarah itu masih berdiri kokoh, dan masih aktif digunakan untuk kegiatan ibadah umat islam.
"Tidak hanya dari warga sekitar saja, banyak jamaah masjid yang datang dari luar Sukoharjo," pungkasnya. (*)