Berita Sragen Terbaru
Pantangan Warga di Dukuh Butuh Sragen : Tak Berani Gelar Wayangan, Jika Nekat Takut Kena Musibah
Di balik sejarah berdirinya Desa Butuh di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, ada kisah lain yang menyertainya.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Kondisi Makam Butuh dulu, tidak seperti sekarang ini.
Sekitar tahun 1930, atas perintah Pakubuwono X makam Butuh dipugar.
Makam ditinggikan dengan alasan dulu sering dilanda banjir hingga masuk kompleks pemakaman.
Selain itu juga dibangung bangunan di atas makam, dengan maksud untuk memberi kenyamanan kepada peziarah yang datang.
Di dalam kompleks Makam Butuh, terdapat Makam kedua orangtua Raden Joko Tingkir, anaknya Sunan Prabuwijaya, ketiga sahabat Joko Tingkir, dan makam kerabat lainya.
Di luar, terdapat makam Senopati Pengging, beserta makam tak dikenal, yang diduga pengikut Raden Joko Tingkir.
Menuju pintu masuk kompleks makam Butuh, terdapat pemakaman umum Dukuh Butuh.
Selain itu, alasan Ki Ageng Butuh memutuskan untuk tinggal di pinggir Bengawan Solo itu dengan alasan dulu sungai terpanjang di Pulau Jawa itu merupakan media transportasi.
"Karena saat pertama kali datang, Ki Ageng Butuh ingin mendirikan masjid, sungai dijadikan sebagai media transportasi untuk mendatangkan kayu-kayu besar itu, jadinya jika lewat, bisa langsung diambil," pungkasnya. (*)