Berita Solo Terbaru

Saran Profesor UNS untuk Gibran, yang Sebut Tak Punya Solusi Atasi Banjir Todipan : Sumur Resapan

Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik UNS, Prof Ir Winny Astuti, M.Sc, Ph.D memberi saran untuk Gibran mengatasi banjir kampung Todipan

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Aji Bramastra
TribunSolo.com / Fristin Intan
Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka di Stadion Manahan, Senin (15/11/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Komentar Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka belum punya solusi menangani banjir di Kampung Todipan, Solo, jadi sorotan warganet.

Menurut Gibran, pihaknya sudah melakukan segala upaya, namun tak membuahkan hasil.

Baca juga: Gibran Akui Tak Punya Solusi Atasi Banjir Kampung Todipan : Ya Gimana Curah Hujan Tinggi Banget

Benarkah banjir di Kampung Todipan tak ada solusinya seperti kata Gibran?

Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik UNS, Prof Ir Winny Astuti, M.Sc, Ph.D mengatakan ada sejumlah solusi yang bisa dilakukan Pemkot Solo.

Salah satunya, adalah pembuatan sumur resapan.

Hal ini perlu dilakukan, agar semakin banyak area resapan air di Kota Solo, sehingga air bisa meresap ke tanah.

"Mestinya Mas Wali bisa menerapkan program pembuatan sumur resapan, dengan begitu air bisa meresap ke dalam tanah, daripada air dibiarkan tergenang hingga surut," jelasnya.

"Sumur resapan sendiri ada standarnya, setiap 100 meter persegi harus ada 1 sumur resapan di wilayah padat penduduk, saya sendiri juga tidak tahu, jumlah sumur resapan di Solo, mungkin masih sedikit," imbuhnya.

Kurang Area Hijau

Winny mengingatkan Gibran, akar masalah dari banjir bukan hanya pada sungai saja.

"Masalah banjir itu sifatnya luas, sifatnya regional, jadi tidak bisa diselesaikan di titik banjir itu sendiri," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (19/11/2021).

Winny menerangkan, banjir bisa disebabkan karena kondisi sungai yang tidak bersih, dengan sedimen dan sampah yang menumpuk.

Kondisi sungai dibagian hulu yang kurang terawat dengan baik, juga menyumbang permasalahan banjir di Todipan.

Tidak hanya masalah sungai, berkurangnya area terbuka hijau serta kurangnya resapan air yang menyebabkan banjir di Todipan.

Secara kasat mata, dapat dilihat bahwa daerah Purwosari dan sekitarnya termasuk wilayah dengan pembangunan cukup pesat.

Pembangunan perkantoran, hotel, mall, hingga jalan ada di mana-mana.

Hal itulah yang menyebabkan ruang terbuka hijau di Kota Solo jauh berkurang.

"Yang saya tahu, ruang terbuka hijau sebetulnya sudah ada standarnya, dalam UU Tata Ruang nomor 26 tahun 2007, diatur 30 persen dari wilayah kota harus ada ruang terbuka hijau," paparnya.

"Terdiri dari 20 persen ruang terbuka hijau publik, yang 10 persen privat, yakni yang ada di halaman rumah, halaman gedung seperti itu," tambahnya.

"Solo kalau tidak salah sekitar 11-14 persen, jadi secara normatif harus ditambah, entah di bantaran sungai bisa dijadikan greenbelt, mungkin daerah yang berpotensi bisa dibuka menjadi taman," terangnya.

Winny mewanti-wanti, pembangunan dengan betonisasi yang pesat, tanpa adanya usaha membuka ruang terbuka hijau, akan berdampak besar pada lingkungan.

"Jadi kedepannya bisa menggunakan pembangunan dengan sistem ekologi, apabila betonisasi tidak dibarengi dengan penanaman pohon, maka lingkungan akan rusak," ujar Winny.

Pemerintah Kota Solo sendiri, bisa mengeluarkan program kampung iklim, untuk menambah ruang terbuka hijau di tengah pemukiman padat penduduk.

Yakni dengan menanam sayuran di pekarangan rumah warga, atau dengan membuat vertical garden.

Keuntungannya tidak hanya menambah daerah resapan air, namun juga bisa menjaga ketahanan pangan warga.

Tak sampai disitu, Pemkot Solo juga harus berkoordinasi dengan daerah lain untuk mencegah terjadinya banjir di Solo.

Seperti bekerjasama dengan Pemkab Sukoharjo, yang merupakan wilayah hulu Sungai Bengawan Solo Kota Solo.

Kerjasama itu berkaitan dengan perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam membuang sampah.

"Jika warga Solo sudah digalakkan buang sampah pada tempatnya, tapi kesadaran warga Sukoharjo yang merupakan daerah hulu kurang, maka tetap saja dampaknya akan ke Solo," pungkasnya.

Kampung Todipan, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo yang terletak di pinggir sungai kembali tergenang banjir, pada Rabu (17/11/2021).

Sebelumnya, air juga menggenang wilayah yang sama, sekitar bulan Mei 2021 lalu. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved