Berita Sragen Terbaru
Dedi Mulyadi Sindir Pejabat & Disambut Tepuk Tangan Petani di Sragen : Giliran Panen Berhasil Datang
Selama ini hama tikus menjadi momok mengerikan bagi petani di Kabupaten Sragen, bahkan membuat jebakan beraliran listrik yang membahayakan.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Hama tikus menjadi momok mengerikan bagi petani di Kabupaten Sragen.
Bahkan saking gemasnya, petani membuat jebakan tikus beraliran listrik yang dinilai efektif tapi membahayakan nyawa manusia.
Salah satu petani, Sadimin mengatakan pemasangan jebakan tikus sendiri bagi petani sebenarnya meresahkan.

"Jebakan listrik bagi petani sebenarnya meresahkan, karena taruhannya nyawa," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (5/2/2022).
Lanjutnya, sebenarnya dalam menanggulangi hama tikus, cara yang lebih efektif dengan cara gropyokan.
Kendalanya hanya satu, yakni susahnya mengumpulkan petani yang mau untuk melakukan gropyokan.
"Sebenarnya lebih efektif lagi kalau gropyokan, kendalanya susah mengumpulkan petani, karena memang perlu banyak orang," terangnya.
Hingga saat ini, belum ada solusi pasti untuk petani di Sragen perihal permasalahan hama tikus tersebut.
Melihat kondisi tersebut, rombongan Komisi IV DPR RI datang langsung ke Sragen, yang dipimpin oleh Dedi Mulyadi.
Baca juga: Kagetnya Dedi Mulyadi, Sragen Penghasil Beras Terbesar di Indonesia, Tapi Penyuluh Pertanian Sedikit
Baca juga: Doddy Sudrajat Sudah Urus Izin Pemindahan Makam Vanessa Angel, Faisal Lesu dan Minta Maaf ke Menantu
Dedi menyoroti keberadaan pemerintah, yang seharusnya saat ini mendampingi petani untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Fungsi kecepatan aparat yang harus ada, giliran panen berhasil pejabat ramai datang, giliran kena masalah nggak ada yang datang," kata dia.
Pernyataan Dedi tersebut, disambut tepuk tangan para petani yang juga turut hadir dalam pertemuan tersebut.
Para petani bersorak 'benar', yang menyetujui pernyataan dari Dedi Mulyadi tersebut.
"Masalah ini tidak boleh terulang lagi, maka harus ada kesungguhan dari berbagai pihak, saya lihat saat ini hasil tanamnya sudah lebih baik," jelas dia.
Dedi Mulyadi Kaget
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi meminta Kementerian Pertanian lebih gesit mendampingi para petani di Kabupaten Sragen.
Sosok pria yang sering viral itu bahkan menyoroti sedikitnya jumlah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada di Bumi Sukowati itu.
Mengingat Sragen yang menjadi penghasil beras terbesar ke-9 di Indonesia tersebut, masih banyak permasalahan di bidang pertanian yang hingga kini belum ada solusi.
Salah satunya yang kini menjadi isu nasional, yakni persoalan penggunaan jebakan listrik untuk mengendalikan hama tikus, yang justru menyebabkan 21 petani meninggal dunia.
"Petugas-petugas (Kementerian Pertanian) harusnya lebih cekatan, balai-balainya harus lebih cepat bergerak, kalau di sawah ada hama tikus, maka dalam waktu cepat harus seperti covid-19 penanganannya," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (5/2/2022).
"Seluruh jaringan Kementerian Pertanian harus cepat turun, kemudian dicari solusinya, jangan menunggu orang pasang setrum," tambah Dedi.
Baca juga: Ucapan Arteria Dahlan yang Bikin Banyak Warga Jabar Tak Terima, Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi Protes
Baca juga: Curhatan Warga Nguter di Hadapan Dedi Mulyadi : Empat Tahun Merasakan Bau Busuk Limbah PT RUM
Lanjutnya, ia juga mempersoalkan jumlah hingga kesejahteraan PPL yang semakin lama semakin berkurang.
"Kita menyadari jumlah PPL makin ke sini makin sedikit, padahal wilayahnya luas, terlebih lagi berstatus honorer, kalau zaman dulu, sepeda motor PPL paling bagus, sekarang malah paling butut," terangnya.
"Ini yang seharusnya menjadi perhatian kita semua, yang mana petani harus didampingi ketika ada masalah," imbuhnya.
Dedi Mulyadi bersama rombongan Komisi IV DPR RI berkunjung ke Kabupaten Sragen, untuk melihat langsung jebakan tikus beraliran listrik yang dipasang oleh petani.
Rata-rata anggota Komisi IV DPR RI mengaku prihatin atas jebakan tikus yang dipasang oleh para petani, atas rasa frustasinya hama tikus yang semakin tak terkendali.
Dedi Mulyadi Sempat ke Nguter
Beberapa hari ini nama Dedi Mulyadi viral di mana-mana karena video adu mulut dengan mahasiswa bernama Yudha Dawami Abdas.
Kejadian itu berawal saat mahasiswa berdebat dan pertanyakan kompetensi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI yang memungut sampah di Pasar Rebo Purwakarta.
Selama sepekan ini, sosok Dedi dan Yudha menghiasi di berbagai medsos, baik Instagram, TikTok hingga Facebook dan Twitter.
Kini, setelah viralnya adu mulut itu, mantan Bupati Purwakarta itu tiba-tiba melakukan sidak karena keluhan bau busuk PT Rayon Utama Makmur (TUM) Sukoharjo, Selasa (23/11/2021).
Dari pengamatan TribunSolo.com, di antaranya Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dan Dirjen Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rasio Ridho Sani.
Keduanya turun langsung ke lokasi masyarakat yang mengeluhkan limbah bau busuk PT RUM selama bertahun-tahun lamanya.
Dedi Mulyadi menyusuri Kali Gupit, dimana di sana dilaporkan warga adanya pipa pembuangan limbah PT RUM yang rusak sehingga muncul bau di mana-mana.
Baca juga: Warga Desa Pengkol Sukoharjo Terganggu Bau Limbah PT RUM, Kumpulkan Data untuk Dilaporkan ke Dinas
Baca juga: Sidak Aliran Limbah PT RUM di Nguter Sukoharjo, Tim Temukan Kebocoran Limbah Cair
Usai melakukan sidak, Dedi Mulyadi dicegat dua emak-emak, yang ingin menyampaikan aspirasinya.
"Kunjungan ke sini jangan hanya menyenangkan sebentar saja," kata salah satu emak-emak.
Bahkan warga berharap ada tindak lanjut dari kunjungan, sehingga warga tidak lagi merana merasakan bau tak sedap gara-gara limbah.
"Semoga kunjungan Pak Dedi kita bisa terselamatkan dari bau limbah PT RUM," harap dia.
Dedi Mulyadi pun memberikan waktu kedua emak-emak itu untuk menyampaikan aspirasi mereka.
"Yang penting kembalikan udara bersih kami, kambalikan lingkungan bersih kami, udah itu saja, gak usah muluk-muluk," ujarnya.
Dedi mengaku, dia sempat membuka masker untuk mencium sendiri bau limbah PT RUM yang dikeluhkan warga.
"Makanya saya buka masker biar saya mengisap (menghirup), semoga masalahnya segera terselesaikan," kata Dedi.
Viral di Mana-mana
Beberapa waktu lalu sempat viral mahasiswa berdebat dan pertanyakan kompetensi Anggota DPR RI Dedi Mulyadi saat memungut sampah di Pasar Rebo Purwakarta.
Mahasiswa yang bernama Yudha akhirnya buka suara, dirinya mengakui saat itu dirinya panik.
Baca juga: Pohon Pisang Unik di Boyolali, Buahnya Sampai Ribuan: Tinggi Tandan Lebih dari 2 Meter
Hal itu dituliskan sang mahasiswa di akun Facebook Yudha Dawami Abdas.
"Saya atas nama pribadi minta maaf yang sebesar-besarnya kepada Kang Haji Dedi Mulyadi," tulis Yudha dalam akun Facebooknya pada Kamis 18 November 2021.
"Tidak ada maksud untuk untuk menjatuhkan Kang Dedi atau numpang tenar sama Kang Dedi," tuturnya.
"Hanya ingin mempertanyakan perihal relokasi pedagang pasar di pasar-pasar sebelumnya yang belum jelas gimana mereka ke depannya setelah direlokasi apakah tetap bisa mencari penghasilan?," beber Yudha.
"Menurut saya momennya tepat karena hari itu Kang Dedi juga sedang bebersih pasar," lanjutnya.
Kejadian sebelumnya
Sosok Yudha sendiri jadi viral setelah memprotes Kang Dedi yang sedang membersihkan sampah di Pasar Rebo Purwakarta, Jawa Barat.
Saat itu Yudha menanyakan kewenangan dan kompetensi Kang Dedi membersihkan sampah di pasar.
Kang Dedi sempat geram menghadapi Yudha yang banyak berteori.
Apalagi Yudha mengklaim dirinya mewakili warga Purwakarta.
Mantan Bupati Purwakarta itu bahkan berulangkali menyebut gaya bicara Yudha terlalu ketinggian dan angkuh.
"Anda gak punya malu. Anda jangan ketinggian ngomong," ujar Dedi saat itu dikutip dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel.
Tak hanya sekali, Kang Dedi beberapa kali menegur keras Yuda yang dianggapnya angkuh.
"Saya sebagai warga Purwakarta bareng bersama ikatan pasar membersihkan sampah. Salahnya apa? Justru Anda harus malu, orang setingkat saya Dedi Mulyadi, wakil Ketua Komisi IV mau mungut sampah, mau bersihkan lingkungan. Orang yang baru mahasiswa kaya anda lagunya udah kaya menteri," begitulah salah satu ucapan yang diluapkan Kang Dedi kepada Yudha.
Baca juga: Kronologi Istri di Cianjur Tewas Disiram Air Panas oleh Suami, Ternyata Baru Sebulan Menikah
Akui Panik
Yudha meminta maaf karena maksud yang ingin disampaikannya ke Kang Dedi kurang maksimal dan malah menimbulkan banyak tafsir.
Dia mengakui saat itu cukup panik karena banyaknya orang yang seolah 'menghakimi' dirinya.

"Cuma ya maaf saya belum bisa menyampaikan esensi maksud saya. Saya cukup panik karena terlanjur banyak mata yang tertuju ke arah saya dan menuding saya," kata dia dalam postingannya.
Yudha menjelaskan, dalam perdebatannya dengan Kang Dedi yang kemudian viral di media sosial, dia sempat bersabar untuk mendapatkan kesempatan menjelaskan, namun tak tersampaikan.
"Saya tetap stay berharap ada ruang dimana maksud saya tersampaikan, tapi kesempatan itu ga ada. Sekali lagi saya mohon maaf untuk semuanya," kata Yudha.
Dia menegaskan apa yang dilakukannya murni merupakan perannya sebagai mahasiswa untuk memberikan kritik kepada pejabat publik.
"Ini proses dialektika saya sebagai mahasiswa, tidak ada kaitannya dengan almamater dan organisasi saya," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Yudha juga menyinggung para netizen yang banyak mengkritiknya perihal debatnya dengan Kang Dedi.
"Saya membaca komentar netizen semua. Saya berterima kasih untuk kritik dan sarannya semoga saya bisa jadi sosok yang lebih baik lagi," tuturnya.
Postingan permintaan maaf Yudha itu sampai Sabtu (20/11/2021) sudah dibagikan sebanyak 113 kali dan ada 3,7 ribu yang berkomentar.
(*)