Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Kisah Perajin Sepatu Berbahan Kain Lurik di Klaten, Tetap Berkibar di Tengah Gempuran Merek Luar

Pria di Klaten ini membuat brand lokal yang terus berkibar. Biasanya lurik untuk baju dan celana, di tangannya jadi sepatu kekinian.

Penulis: Ibnu Dwi Tamtomo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Nunung Suprapto tengah membuat pesanan pelangganannya di Dukuh Pencil RT 09 RW 04, Desa Bendo, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Siapa warga Kabupaten Klaten yang tidak bangga dengan sosok pria bernama Nunung Suprapto ini.

Di tangannya, pria 43 tahun itu menciptakan brand lokal yang dipadukan dengan kain khas asli  kebanggaan warga Klaten.

Apa itu? Ya adalah lurik yang merupakan kain tradisional tersebut.

Biasanya kain motif bergaris-garis kecil itu untuk pakaian hingga celana, di tangannya lurik dijadikan bagian penting dari sepatu.

Rumah produksi Kak Nue Sport di Dukuh Pencil RT 09 RW 04, Desa Bendo, Keca
Rumah produksi Kak Nue Sport di Dukuh Pencil RT 09 RW 04, Desa Bendo, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten.

Baca juga: Kisah Srikandi Boyolali :  Lewat Sepatu Bayi, Bikin Ibu-ibu Kampung Mandiri, Tak Patah Meski Pandemi

Baca juga: Kisah Pratama Arhan, Bermodal Sepatu Rp 25 Ribu Sekali Pakai Jebol, Kini Jadi Pemain Muda Terbaik

Dia membuat produk sepatunya di halaman rumahnya di Dukuh Pencil RT 09 RW 04, Desa Bendo, Kecamatan Pedan.

Awal muncul ide itu, karena dia memiliki keterampilan membuat sepatu.

"Kemudian saya gabungkan dengan lurik khas Klaten," terang dia kepada TribunSolo.com, Selasa (22/2/2022).

Alsannnya kata dia, selain menjadi pundi-pundi penghasilan namun juga untuk memperkenalkan lurik kepada masyarakat luas.

"Sepatu dengan motif lurik saya pilih untuk memperkenalkan batik lurik buatan Klaten ke seluruh Indonesia bahkan ke mancanegara," tegasnya.

Tak hanya sepatu, dia juga membuat sendal lurik yang dilakukan sejak tahun 2019 dengan cara tradisional.

Hanya berbekal peralatan sederhana yaitu mesin jahit, mesin gerinda, palu dan cetakan kaki untuk disesuaikan dengan ukuran kaki pemesan.

Dalam sehari, Nunung bisa memproduksi sekitar 10 pasang sepatu sementara dalam bulan saya bisa produksi 200 sampai dengan 300 pasang.

Baca juga: Alberto Goncalves, Si Raja Top Skor di Indonesia, Terakhir Dapat Sepatu Emas Bareng Persis Solo

Baca juga: Gara-gara Kucing, Bek West Ham United Kurt Zouma Diputus Adidas

"Kalau untuk 1 pasang kurang lebih satu jam, untuk satu hari saya bisa buat 8 sampai dengan 10 pasang sepatu," terangnya.

"Harga kisaran untuk sepatu 80 sampai dengan 85 untuk sendal 70," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved