Berita Terbaru Solo
Tak Pernah Mau Nginap, Uniknya Gibran Sudah 2 Kali Manfaatkan Lodji Gandrung untuk Isoman
Lodji Gandrung kembali digunakan Gibran sebagai tempat isoman untuk kedua kalinya. Uniknya rumah dinas ini tak dipergunakan Gibran untuk menginap
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Selama menjabat wali kota, Gibran diketahui tinggal di rumah pribadinya di daerah Sumber, Banjarsari. Loji Gandrung sendiri hanya digunakan dirinya untuk kegiatan atau menerima tamu serta rapat.
"Nggak ada rencana pindah ke Loji Gandrung, di rumah sendiri saja. Dari awal memang tidak ingin tinggal di sini," jelasnya.
Disinggung apakah tak tidurnya di kamar Bung Karno karena hal berbau mistis atau disakralkan, Gibran tak mengiyakan ataupun menampik.
"Pokokmen nek ada tamu tak duduhke (Pokoknya kalau ada tamu aku kasih tahu) biar tahu. Kalau menginap tidak, mistis ora dan kayaknya biasa saja," katanya.
Jika ditelisik, suami dari Selvi Ananda itu ternyata pernah menginap di Loji Gandrung.
Bukan di kamar Bung Karno, melainkan di kamar sebelahnya.
Gibran sendiri membenarkan fakta tersebut.
Menginapnya Gibran dikarenakan dirinya terkonfirmasi positif Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri selama dua pekan.
Selama menginap pun dirinya mengaku tak memiliki perasaan apa-apa atau mengalami hal berbau mistis.
"Sudah pernah menginap di Loji Gandrung pas isolasi mandiri selama dua pekan. Bukan di kamar Bung Karno tapi di kamar sebelah, tidak ada perasaan apa-apa," jelasnya.
Lebih lanjut, Gibran mempersilakan bangunan yang memiliki perpaduan Eropa dan Jawa itu digunakan sebagai ruang publik dan dimanfaatkan untuk kegiatan warga.
“Silakan kalau mau bikin kegiatan warga, kami fasilitasi di pendapi belakang. Sudah sering dimanfaatkan, bahkan saya sering menyediakan makan,” pungkasnya.
Sejarah Loji Gandrung
Pada 2013 lalu, kepada Tribunnews.com, Eks Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo pernah menceritakan sejarah Loji Gandrung.
Awalnya Loji Gandrung merupakan rumah mewah milik seorang pengusaha pertanian asal Belanda, Yohanes Agustinus Dezentye, yang dibangun sekitar 1823 pada jaman Paku Buwono IV.