Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Perjalanan Sang Pawang Hujan Asal Sragen : Di Kampung Dianggap Biasa, di Luar Dikenal Kesaktiannya

Kisah mbah Awan Kinton sang suhu pawang hujan dari Sragen sudah beroperasi sejak puluhan tahun yang lalu.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Mbah Awan Kinton atau Sugiyo yang melakoni sebagai pawang hujan selama puluhan tahun di rumahnya Dukuh Bangan, Desa Ketro, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Senin (21/3/2022). 

Meski begitu, menurut Masturi hal tersebut bisa dapat dipercaya juga bisa tidak dapat dipercaya.

"Kalau masih manjur ya saya kira bersamaan dengan takdir yang diatas, hal-hal itu seperti perantara adat orang Jawa," jelas dia.

Jadi Pawang Sejak 1965

Kehadiran pawang hujan, Rara Istiani Wulandari saat MotoGP Mandalika Indonesia 2022 jadi perbincangan di belahan dunia.

Seakan profesi 'pengendali air' itu kian tenar meski selama ini dianggap sebelah mata.

Di Kabupaten Sragen, ada 'suhu' pawang hujan yang sudah puluhan tahun menekuni pekerjaan tersebut hingga ke berbagai daerah.

Sosok yang biasa dikenal Mbah Awan Kinton itu, selama ini dimintai untuk mengendalikan hujan sehingga acara seperti pernikahan berjalan lancar.

Baca juga: Aksi Rara Istiani Wulandari Sang Pawang Hujan MotoGP Mandalika Viral, Terungkap Bayarannya

Baca juga: Pawang Hujan Viral di Mandalika Ternyata Sempat Dilarang Masuk: Bule Tak Tahu Fungsi Pawang Hujan

Lantas bagaimana kisah hidup 'suhu' pawang hujan dari Bumi Sukowati itu?

Dia bernama lengkap Sugiyo, kakek 80 tahun yang merupakan warga Dukuh Bangan, Desa Ketro, Kecamatan Tanon.

Sugiyo menuturkan meski usianya tidak lagi muda, ia masih terus didatangi orang yang meminta bantuannya sebagai penolak hujan.

"Yang membutuhkan (bantuan) banyak, ini sudah ada permintaan, tapi saya ya menyelesaikan yang kemarin dulu," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (21/3/2022).

Kebanyakan yang meminta bantuannya ialah warga Kabupaten Sragen dan sekitarnya.

Sesekali ia juga pergi ke luar Sragen, seperti di Solo, Semarang, hingga ke Gunung Kidul Yogyakarta untuk membantu menolak hujan.

"Tapi sekarang karena sudah tua, saya maunya berangkat kalau dijemput saja, karena sudah tidak kuat," ujarnya.

Kini, ia masih diminta warga untuk menolak hujan di tengah gempuran modernisasi.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved