Berita Sragen Terbaru
Bukan Dioplos, Sragen Punya Racikan Teh Khas yang Melekat di Lidah : Rasa Sepet dan Warnanya Merah
Tak hanya di Kota Solo, Kabupaten Sragen juga mempunyai citarasa teh yang khas.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Setelah Pemerintah Belanda mengembangkan olahan teh, sejak itulah berbagai jenis pohon teh mulai masuk ke Indonesia.
"Setelah dijajah, baru pada tahun 1886, baru masuk teh dari Cina, dari mana-mana mulai ditanam di perkebunan Indonesia," jelasnya.
Baca juga: Info Harga Kebutuhan Dapur Jelang Lebaran di Sragen : Harga Migor Belum Turun, Teh-Gandum Meroket
Baca juga: Sembunyi di Sudut Desa, Es Gosrok Mbah Sholah Jadi Jajanan Legendaris Wong Bayat Klaten Sejak 1950
Cita rasa dan aroma teh pun juga kemudian ikut berkembang, yang dimulai dari daratan China.
Karena saat itu, hasil perkebunan bagian pucuk daun teh diambil dan dikirim ke Belanda hingga Jepang.
"Karena pucuknya waktu itu diambil ke Belanda, dibawa ke Belanda, Jepang, akhirnya orang Tionghoa kebanyakan meracik teh memakai daun tua dan ranting, ditambah pewangi dari bunga, sejarah awalnya seperti itu," jelasnya.
Di Indonesia sendiri karena teh sangat diminati, varian teh pun terus berkembang.
Ratusan produk teh telah diproduksi, dengan cita rasa yang berbeda-beda.
Bahkan, kini di setiap daerah memiliki ciri khas citarasa teh masing-masing yang disesuaikan dengan lidah warga lokal masing-masing.
Para pengusaha muda pun juga mulai mengembangkan produk teh, yang dipadukan dengan berbagai varian rasa, seperti susu hingga rasa buah.
"Di anak muda sekarang diferensiasi teh sudah mulai diadakan, teh diolah menjadi teh susu, teh buah dan sebagainya," jelas dia.
"Ya karena memang teh itu minuman nomor dua serelah air mineral, apapun bentuk makanan, teh akan tetap terus menemani," ujar Heru. (*)