Warga Playen Gunungkidul yang Terlibat Syuting KKN Desa Penari Bangga: Bisa Cerita ke Anak Cucu
Ikut Terlibat dalam KKN Desa Penari, Warga Playen Gunungkidul Mendapat Pengalaman Berharga
Penulis: Tribun Network | Editor: Eka Fitriani
TRIBUNSOLO.COM - Salah satu orang yang terlibat dalam proyek film KKN Desa Penari, Sumanto (40) hingga saat ini belum bisa melupakan kenangannya selama syuting.
Dengan menggebu-gebu, dirinya menceritakan pengalammannya selama proses pembuatan film.
Pria yang tinggal di Pedukuhan Gembuk, Kalurahan Ngleri, Playen, Gunungkidul tersebut mengaku tak sengaja ikut berperan sebagai figuran dalam film tersebut.
Semua bermula dari ajakan tetangganya.
Baca juga: Film KKN di Desa Penari Sukses Besar, Curhat Pemeran Hantu Hanya Dibayar Rp 75 Ribu Curi Perhatian
Baca juga: Reaksi Penulis KKN di Desa Penari Setelah Video Nessie Judge Pertanyakan Keaslian Cerita Viral
"Waktu itu tetangga saya datang lalu bilang, 'Ayo melu (ikut) syuting film', ya sudah saya ikut saja," tutur Sumanto.
Syuting KKN Desa Penari sendiri mengambil tempat di Pedukuhan Ngluweng, yang bersebelahan langsung dengan Gembuk.
Ia tak ingat persis kapan proses syuting dilakukan, namun pastinya sebelum pandemi Covid-19 datang.
Menurut Sumanto, sebenarnya lebih banyak warga Ngluweng yang dilibatkan dalam proses syuting. Mereka seluruhnya menjadi figuran dalam film itu, dengan berbagai karakter.
"Kalau tidak salah yang dari Gembuk cuma dua orang, termasuk saya," ujar pria kelahiran tahun 1982 ini.
Sumanto mengatakan ia mendapatkan dua peran.
Pertama sebagai warga, yang kedua berperan sebagai makhluk halus seperti yang dikisahkan dalam film.
Peran tersebut dilakoninya selama dua hari.
Namun ia mengungkapkan ada proses panjang sebelum ia beraksi di depan kamera.
Menurut Sumanto, ia sebelumnya harus dirias cukup lama, terutama untuk peran kedua.
Setelah dirias pun, ia harus menunggu berjam-jam sebelum mendapat giliran tampil.
Salah satu adegan yang dilakoninya adalah menari gaya tradisional mengikuti skenario yang diberikan.
Ia sempat memeragakan bagaimana tarian tersebut dilakukan.
"Sama sutradaranya diarahkan harus begini dan begini, ya sudah saya ikut saja waktu itu," kata Sumanto.
Bisa dikatakan proses syuting tersebut dirasakan berat olehnya.
Apalagi ia bukan aktor berpengalaman, di mana di film inilah pertama kalinya ia menjalani seni peran.
Bayaran yang didapat pun tidaklah besar. Namun bagi Sumanto, hal tersebut bukan menjadi persoalan besar, sebab justru baginya ada "upah" yang lebih besar yang didapatnya dari keterlibatan tersebut.
"Yang jelas saya dapat pengalaman yang sangat berharga meski hanya muncul sebentar," ujar pria yang sudah berkeluarga ini.
Pengalaman yang menurut Sumanto sangat berharga tentunya bisa unjuk kemampuan di seni peran.
Baca juga: Inilah Kisah Sewu Dino dari Thread SimpleMan, Disebut Lebih Seram Dibanding KKN di Desa Penari
Baca juga: Heboh Nessie Judge Ragukan KKN di Desa Penari Benar-benar Kisah Asli, Ungkap Alasan Logisnya
Satu lagi, bisa bertemu langsung dengan orang yang lebih berpengalaman di bidangnya.
Sebab selama proses syuting, ia banyak menghabiskan waktu berinteraksi dengan para pemeran utama.
Hubungan dengan para kru film pun nyaris tanpa jarak, meski mereka bertemu dalam waktu singkat.
Itu sebabnya, ia tak akan bisa melupakan memori tersebut. Bahkan kini jadi kebanggaan tersendiri yang bisa diceritakan ke orang-orang terdekat.
"Nanti saya bisa bercerita sampai ke cucu nanti, kalau saya pernah main film," kata Sumanto sambil terkekeh.
Hingga kini, ia mengaku belum mendapat kesempatan untuk menonton film KKN Desa Penari . Setelah syuting pun, ia kembali ke rutinitas sehari-hari, yaitu beternak dan berkebun.
Namun, Sumanto mengaku tak menolak jika nantinya kembali diajak terlibat dalam proyek film lain.
Kepercayaan dirinya kini tumbuh tinggi setelah bisa terlibat dalam film Indonesia yang kini menjadi salah satu terlaris sepanjang masa.
"Ya siapa tahu nanti ada yang mengajak saya lagi buat main film," katanya sambil tersenyum.(*)