Berita Solo Terbaru
Capaian Vaksinasi Booster di Solo Baru 55 Persen,Wakil Wali Kota Klaim Jadi yang Tertinggi di Jateng
Dari data Dinas Kesehatan Kota Solo sendiri saat ini untuk vaksin booster sudah mencapai 55 persen.
Penulis: Tara Wahyu Nor Vitriani | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tara Wahyu NV
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pemerintah Kota (Pemkot) menampik capaian vaksin booster di Kota Solo rendah.
Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa mengklaim capaian vaksin dosis ke-3 atau vaksin booster tertinggi di Jawa Tengah.
Dari data Dinas Kesehatan Kota Solo sendiri saat ini untuk vaksin booster sudah mencapai 55 persen.
Hal tersebut dikatakan Teguh usai Rapat Penanganan Covid-19 di Balai Kota Solo.
"Capaian vaksin di Solo tertinggi di Jawa Tengah hampir 55 persen," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (6/6/2022).
Menurutnya, memang ada alasan sendiri kenapa capaian booster tidak secepat vaksin dosis 1 dan 2.
"Salah satunya yakni, ada beberapa lansia yang mempunyai komorbid tidak diizinkan dokter untuk vaksin," ujarnya.
Meski begitu, dikatakannya ada rumah sakit yang tidak melayani vaksinasi Covid-19.
Salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi.
Baca juga: Inilah Saksi Bisu Kekejaman Pelatih Silat Rudapaksa Bocah di Sragen : Kini Korban Terinfeksi Bakteri
Baca juga: Aturan Sekolah di Solo, Gibran Wajibkan Siswa Tetap Pakai Masker: Ada yang Belum Vaksin Booster
"Tapi untuk rumah sakit daerah lainnya dan puskesmas masih melayani untuk vaksin, jadi meski capaian kita tertinggi masyarakat yang belum vaksin bisa mengaksesnya di faskes terdekat," paparnya.
Selain itu, pihaknya juga akan melakukan penyisiran untuk wilayah di Kota Solo yang capaian vaksinnya masih rendah.
"Kita operasi lagi di wilayah, di titik mana yang perlu di booster," terangnya.
Sementara itu, dari data Kementerian Kesehatan kota Solo mengalahkan Kita Semarang dimana capaian vaksin Covid-19 dosis ketiga baru mencapai 49 Persen.
Sedangkan daerah lainnya masih berada di kisaran belasan hingga puluhan persen capaian Vaksin Covid-19 dosis ke tiga.
Siswa Wajib Booster
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka kembali menegaskan siswa-siswi di Kota Solo wajib menggunakan masker di sekolah.
Kebijakan itu disebutnya masih diterapkan karena beberapa faktor. Salah satunya masih banyak siswa yang belum menjalani vaksinasi Covid-19 karena terhalang usia.
Program vaksinasi untuk anak-anak hingga saat ini masih menyasar mereka yang berusia 6-11 tahun saja.
Baca juga: 5 Sekolah Termahal di Indonesia, Ada yang SPP-nya Capai Ratusan Juta per Semester
Baca juga: SMP Islam Al Abidin Solo Termasuk Sekolah Bertaraf Internasional, Segini Biaya Pendaftarannya
Belum lama, kata Gibran, ada beberapa guru yang kedapatan juga belum melakukan vaksinasi booster.
"Ada beberapa guru yang belum vaksin (booster). Sik penting nganggo masker sik, terutama anak-anak," kata Gibran, kepada TribunSolo.com, di Balai Kota Solo, Selasa (24/5/2022).
Suami dari Selvi Ananda itu menekankan para guru yang belum di-booster bukan lantaran mereka menolak divaksin.
Baca juga: Waspada Penularan Hepatitis Akut pada Anak, Disdikbud Sragen Belum Izinkan Kantin Sekolah Buka
Melainkan karena mereka harus menunggu jeda beberapa waktu untuk bisa menjalani vaksin tersebut usai terpapar Covid-19.
"Ini ada sedikit keterlambatan itu misalnya sudah vaksin dosis satu, terus mau vaksin dosis dua kena (Covid-19) maka harus menunggu," jelasnya.
"Kalau penolakan tidak ada. Tinggal menunggu jeda waktu," tambah Gibran.
Selain itu, Gibran mengatakan pewajiban masker sebenarnya menyasar segala usia.
Baca juga: Viral Kisah Cinta Kepala Sekolah dengan Muridnya, Akan Nikah Bulan Depan, Keluarga Sempat Menolak
Dia mengharapkan warga Solo tak terburu-buru melepas masker di tengah pelonggaran kebijakan penggunaan masker.
Putra sulung Presiden Jokowi ini juga mengharapkan pelonggaran yang ada jangan membuat masyarakat justru lengah terhadap Covid-19.
"Pokoknya ojo kesusu buka masker. Sekali buka masker mengko dadi angel, orang akan menggampangkan, Covid e wis ilang, rasah booster dan sebagainya," katanya.
"Kan sudah jadi habits, kebiasaan, bagus sebenarnya. Kan bukan untuk Covid tok, tapi penyakit-penyakit lainnya, dan polusi," pungkasnya. (*)