Berita Daerah
Kisah Pria Trenggalek 30 Tahun Merantau Tak Pulang Dikira Meninggal, Disambut Syukuran saat Kembali
Muhadi bercerita, sekitar 30 tahun silam ia pamit kerja merantau ke Malaysia untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Pengakuan Muhadi
Muhadi lantas bercerita, sekitar 30 tahun silam ia pamit kerja merantau ke Malaysia untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Lantaran di Malaysia pekerjaan tidak menentu, akhirnya memutuskan mencari kerja seadanya di Aceh.
“Saya pamit merantau pada tahun sekitar 1992 kalau tidak salah,” ujar Muhadi dengan logat khas warga Sumatera Utara.
Selama merantau di Sumetera Utara, Muhadi mengaku kerja di kawasan perkebunan. Pada awalnya, Muhadi Memiliki gaji yang layak dan mengirim sejumlah uang ke keluarganya di Trenggalek.
Baca juga: Jordi Amat Gabung ke Klub Malaysia, Ini Reaksi Exco PSSI Diminta Netizen Batalkan Naturalisasi
Namun beberapa waktu kemudian, Muhadi tidak lagi mendapatkan gaji karena dicurangi salah satu staf perkebunan tempat ia bekerja.
Namun keinginan Muhadi untuk pulang ke kampung halaman selalu tertunda, sebab uang tiket tidak kunjung diberikan.
“Saya ingin sekali pulang. Dua kali uang tiket tidak diberikan ke saya,” ujar Muhadi.
Puncaknya adalah ketika Tsunami melanda Aceh pada tahun 2004 silam, Muhadi kehilangan pekerjaan.
Dirinya sempat memberi kabar ke keluarga Trenggalek selamat dari bencana tersebut, pada tahun 2006 silam.
Ketika itu, Muhadi mengabarkan dia akan mencari pekerjaan baru.
Namun niat Muhadi sempat dibantah oleh anak pertamanya, ia meminta sang ayah agar kembali pulang ke Trenggalek.
“Waktu itu anak saya melarang saya kerja lagi, Anak saya bilang, sudah tidak butuh uang bapak lagi. Kami ingin bapak pulang saja,” terang Muhadi.
Lantaran tak mau pulang ke kampung halaman tanpa membawa hasil, Muhadi berusaha mencari kerja di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara Sumatera Utara. Namun, Muhadi tidak mendapat pekerjaan tetap, dan bekerja seadanya.
“Jangankan untuk pulang, hasil kerja hanya bisa buat makan sehari-hari. Hasil yang saya dapat dari kerja serabutan hanya cukup untuk hidup,” terang Muhadi.
