Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Idul Adha 2022

Tanggapan Ustaz Abdul Somad soal Idul Adha Indonesia dan Arab Beda Tanggal, Puasa Arafah Ikut Mana?

Arab Saudi yang menetapkan Idul Adha pada 9 Juli 2022, lantas bagaimana dengan pelaksanaan puasa Arafah di Indonesia? Ini jawaban UAS.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUN TIMUR
Ustaz Abdul Somad menjawab pertanyaan Umat Muslim soal perbedaan tanggal Idul Adha Indonesia dan Arab Saudi. 

TRIBUNSOLO.COM -- Perbedaan waktu Idul Adha di Indonesia jatuh dan Arab Saudi membuat Umat Muslim bertanya-tanya.

Diketahui, Hari Raya Idul Adha di Indonesia jatuh pada 10 Juli 2022.

Sementara itu, Arab Saudi yang menetapkan Idul Adha pada 9 Juli 2022, lantas bagaimana dengan pelaksanaan puasa Arafah?

Baca juga: Lebaran Idul Adha, Masyarakat Wonogiri Diimbau Tidak Takbiran Keliling, di Masjid atau Rumah Saja

Perbedaan penetapan Hari Raya Idul Adha 2022 ini tak pelak menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.

Sebab, puasa Arafah dikerjakan pada waktu yang bersamaan dengan ibadah wukuf yang dilakukan oleh jamaah haji di padang Arafah, Makkah, Arab Saudi.

Apakah boleh jika merayakan Hari Raya Idul Adha mengikuti waktu di Makkah?

Ilustrasi momen Idul Adha
Ilustrasi momen Idul Adha (TribunNewsmaker.com Kolase/ Instagram @gibran_rakabuming)

Menjawab keresahan Umat Muslim, pendakwah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) memberikan penjelasannya terkait perbedaan waktu perayaan Hari Raya Idul Adha 2022 di Indonesia dengan Arab Saudi.

Hal itu disampaikan UAS melalui sebuah unggahan di akun Instagram resminya, Jumat (1/7/2022).

Berikut penjelasan Ustad Abdul Somad soal alasan perbedaan waktu Hari Raya Idul Adha 2022 di Indonesia dan Arab Saudi dirangkum DARI Serambinews.com.

Baca juga: Jangan Kecele! Berbarengan dengan Hari Raya Idul Adha, CFD Wonogiri Pekan Ini Diliburkan

Termasuk sikap masyarakat muslim Indonesia terhadap perbedaan waktu tersebut.

Penjelasan Ustaz Abdul Somad

Ustaz Abdul Somad menjelaskan soal perbedaan waktu waktu Hari Raya Idul Adha 2022 di Indonesia dan Arab Saudi bermula ketika seorang jamaah bertanya kepada dirinya.

Jemaah itu bertanya sebaiknya mengikuti keputusan pemerintah atau waktu yang ditetapkan di Arab Saudi.

"Kita ikut Makkah apa Pekanbaru Ustadz?" tulis Ustad Abdul Somad seperti dikutip Serambinews.com dari akun Instagram @ustadabdulsomad_official.

UAS pun menjawab, bahwa antara Makkah dan Indonesia memikili mathla' masing-masing.

"Makkah tu punya mathla' sendiri, Pekanbaru punya mathla' sendiri," terang dai yang akrab disapa UAS tersebut.

Baca juga: Mendekati Idul Adha, Pergerakan Penumpang Kedatangan Terminal Giri Adipura Wonogiri Mulai Meningkat

Perbedaan ini yang membuat waktu di masing-masing negara berbeda, yang juga mempengaruhi waktu pengerjaan ibadah.

Ustaz Abdul Somad beri penjelasan tentang pelaksanaan puasa Arafah Idul Adha
Ustaz Abdul Somad beri penjelasan tentang pelaksanaan puasa Arafah Idul Adha (Youtube channel Ustadz Abdul Somad Official)

Dengan demikian, masyarakat di Indonesia tidak bisa mengikuti waktu di Makkah.

"Makkah punya syuruq sendiri, Pekanbaru punya syuruq sendiri. Tak sama," kata Ustaz Abdul Somad.

"Mana bisa kita ikut Makkah. Kalau kita di Pekanbaru ikut Makkah. Berarti shalat zhuhur kita jam 15.30 Wib," lanjutnya.

Lantas jika mathla' tersebut mempengaruhi waktu di masing-masing wilayah, mengapa Arab Saudi lebih dahulu merayakan Hari Raya Idul Adha daripada Indonesia?

UAS kemudian menjelaskan bahwa dasar penentuan waktu untuk mengerjakan ibadah dengan penentuan penanggalan itu berbeda.

Dasar penentuan waktu salat, kata UAS, menggunakan waktu berdasarkan perjalanan matahari.

Sedangkan dasar penentuan penanggalan menggunakan hilal (bulan).

"Waktu sholat pakai waktu matahari, kita di timur lebih dulu. Kalau awal bulan tu ikut Hilal, bulan yang di barat lebih dulu,' terang UAS.

Lalu bagaimana dengan puasa Arafah yang dikerjakan pada waktu bersamaan dengan wuquf di Arafah?

Dikatakan UAS, ibadah puasa Arafah yang dikerjakan umat muslim di Indonesia, tetap mengikuti math'la daerah masing-masing.

"Wuquf ikut apa? Ikut tanggal 9. Tanggal 9 ikut apa? Ikut tanggal 1. Tanggal 1 ikut apa? Ikut hilal. Jadi puasa tu tanggal 9, bukan tanggal 8, bukan pulak tanggal 10. Ikut mathla' daerah masing-masing" jelasnya.

UAS lantas menambahkan, pebedaan waktu perayaan Idul Adha ini bukan hanya terjadi pada zaman modern saat ini.

Perbedaan ini juga pernah terjadi pada zaman kerasulan Nabi Muhammad Saw.

"Kuraib dari Madinah ke Syam. Di Syam mereka melihat Hilal malam Jum'at. Ibnu Abbas di Madinah melihat Hilal malam Sabtu," tulis UAS.

"Syam dengan Madinah aja beda mathla', apalagi Makkah dengan Pekanbaru," sambungnya.

Apa itu mathla' ?

Adapun yang dimaksud dengan mathla’ yaitu saat terbitnya hilal di suatu wilayah (negara)’.

Bersamaan dengan perjalanan bulan dan matahari, pergantian siang dan malam, menyebabkan perbedaan terbitnya hilal di masing-masing wilayah.

Sebab perbedaan ini, maka tidak mustahil memunculkan perbedaan dalam menentukan pelaksanaan perkara-perkara ibadah, seperti puasa, hari ‘Id ataupun haji, serta aktifitas ibadah lainnya.

Alasan perbedaan waktu Idul Adha menurut Kemenag

Kementerian Agama (Kemenag) juga telah memaparkan penyebab atau alasan mengapa penetapan Hari Raya Idul Adha 2022 berbeda dengan Arab Saudi.

Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais dan Binsyar) Kemenag, Adib menjelaskan, perbedaan waktu itu disebabkan karena letak Arab Saudi lebih barat dari Indonesia.

“Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam, sehingga hilal justru mungkin terlihat di Arab Saudi,” terang Adib sebagaimana dilansir dari laman Kemenag, Jumat (1/7/2022).

Lebih lanjut Adib menjelaskan, semakin ke arah barat dan bertambahnya waktu, maka posisi hilal akan semakin tinggi dan semakin mudah dilihat.

Sementara, letak geografis Arab Saudi berada di sebelah barat Indonesia, sehingga pada tanggal yang sama posisi hilal di sana lebih tinggi.

“Jadi kurang tepat jika memahami karena Indonesia lebih cepat 4 jam dari Arab Saudi, maka Indonesia mestinya melaksanakan Hari Raya Iduladha 1443 H juga lebih awal. Jelas pemahaman ini kurang tepat,” ujar Adib.

Adib mengatakan, berdasarkan data hisab, pada akhir Zulkaidah 1443 H, ketinggian hilal di Indonesia antara 0 derajat 53 menit sampai 3 derajat 13 menit dengan elongasi antara 4,27 derajat sampai 4,97 derajat.

Sementara pada tanggal yang sama, posisi hilal di Arab Saudi lebih tinggi dengan posisi yang ada di Indonesia.

"Jadi kemungkinan hilal terlihat di Arab Saudi sangat besar,” jelas mantan Kepala Kanwil Kemenag Jawa Barat tersebut.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved