Internasional
Kemah Bawa Petaka, Keluarga di Amerika Ini Ditembaki hingga Tewas, Dua Bocah Kini Jadi Yatim Piatu
Satu keluarga dari Cedar Falls, negara bagian Iowa, Amerika Serikat (AS) menjadi korban pembunuhan pria bersenjata api saat berkemah. Ini pelakunya.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM -- Satu keluarga dari Cedar Falls, negara bagian Iowa, Amerika Serikat (AS) menjadi korban pembunuhan pria bersenjata api saat berkemah pada akhir pekan ini.
Mengutip laporan Associated Press, Minggu (24/7/2022), dua anak keluarga itu selamat dalam insiden ini.
Korban tragedi berdarah ini adalah seorang bocah berusia sembilan tahun dan saudarinya yang berusia enam tahun, kini yatim piatu.
Baca juga: Pengacara Bongkar Ada Ancaman Pembunuhan kepada Brigadir J Bulan Juni Lalu, Sampai Menangis
Departemen Keamanan Masyarakat Iowa menyebut, insiden penembakan ini terjadi di Bumi Perkemahan Maquoketa, sekitar 290 kilometer di timur ibu kota Des Moines.
Polisi juga menemukan jasad kedua orang tua dan putrinya yang terluka pada Jumat (22/7) dini hari waktu setempat.
Korban tewas diidentifikasi sebagai Tyler Schmidt, 42 tahun, dan istrinya, Sarah Schmidt, juga 42 tahun.
Otoritas terkait menyebut terduga pelaku bernama Anthony Sherwin, seorang pria berusia 23 tahun, ditemukan tewas di areal bumi perkemahan. Ia diduga menembak diri sendiri.
Baca juga: Angelina Sondakh Ceritakan Satu Sel dengan Dewi Perssik, Sang Biduan Pernah Dibentak Napi Pembunuhan
Mitch Mortvedt, asisten direktur divisi investigasi kriminal Departemen Keamanan Masyarakat Iowa menjelaskan jikamotif pembunuhan ini belum diketahui.
“Kami tidak tahu apa yang berujung kejadian ini, apa yang menimbulkannya. Penyelidikan sejauh ini tidak menunjukkan interaksi awal apa pun antara keluarga Schmidt dan dia (terduga pelaku),” kata Mortvedt kepada Associated Press.
Adik Sarah Schmidt, mengatakan keluarga itu tidak memiliki hubungan apa pun dengan Sherwin.
Dirinya oun meyakini pembantaian ini adalah 'tindakan yang sepenuhnya acak.'
Baca juga: Update Kasus Pembunuhan Bagus Mahasiswa Kedokteran Asal Malang, Kekasih Korban Kini Diperiksa Polisi
Sherwin dilaporkan berasal dari La Vista, Nebraska, sekitar 400 kilometer di barat daya Cedar Falls.
Pria ini diketahui tinggal bersama orang tuanya di kompleks apartemen dan tidak memiliki catatan kriminal.
Wali Kota Cedar Falls Rob Green, mengaku sebagai tetangga korban, menyebut anak laki-laki keluarga Schmidt yang berusia sembilan tahun, Arlo telah selamat dari serangan dan dalam kondisi aman.
Namun dalam keterangan di akun Facebook-nya itu, Green tidak merinci apakah Arlo ada di dalam tenda ketika penembakan terjadi. Ia mengaku tak tahu detail tersebut.
Morehouse mengonfirmasi, Arlo ikut berkemah, tetapi ia mengaku tidak tahu ada di mana si bocah ketika penembakan terjadi.
Dirinya juga tak tahu detail mengenai kejadian tersebut.
“Dia bersama keluarga dan dalam kondisi baik-baik saja, tetapi saya belum berinteraksi dengan dia. Sejauh pengetahuan saya, dia tidak terluka secara fisik,” kata Morehouse.
Beth Shapiro, kerabat keluarga Schmidt, membuat penggalangan dana melalui platform GoFundMe untuk pendidikan Arlo.
Per Sabtu (23/7) malam waktu AS, dana yang terkumpul mencapai lebih dari 75.000 dolar AS atau sekitar 1,12 miliar rupiah.
“Arlo adalah anak yang tangguh, dikelilingi keluarga dan teman-teman yang mendukungnya sebaik mungkin,” kata Shapiro.
Sementara itu, Felicia Coe, salah satu warga yang berkemah di lokasi kejadian, mengaku para wisatawan yang berkemah tidak mengetahui langsung insiden pembantaian tersebut.
Dirinya sebatas mengingat melihat petugas mendatangi lokasi dan paramedis datang.
Coe ingat melihat seorang anak laki-laki berdiri di dekat paramedis. Anak itu adalah Arlo.
“Dia mengenakan piyama. Saya ingat jelas dia mengenakan sebuah sepatu tenis warna biru,” kata Coe.
“Dia punya rambut warna stroberi-pirang yang kotor, keriting-terkulai, benar-benar imut dan dapat dibedakan. Dia cuma berdiri di sana. Dia tidak menangis, tidak (terlihat) bingung. Namun, dia juga tidak ditenangkan. Dia sekadar berdiri di sana sendirian,” lanjut Coe.
“Sulit untuk tidak merasa bersyukur bahwa itu bukan keluargamu, ketika kamu tahu bahwa ada keluarga yang begitu saja dicabik-cabik—banyak keluarga,” pungkasnya. (*)