Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Penampakan Tempat Tidur Remaja Boyolali di Makam Ayahnya : di Samping Nisan, Beralasakan Sajadah

Petugas Satpol PP Boyolali menemukan seorang remaja tidur di makam ayahnya selama dua bulan.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Dok Satpol PP Boyolali
BW, remaja 16 tahun menunjukkan tempat tinggalnya sementara di makam sang ayah di wilayah perbatasan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo. Itu terungkap setelah Satpol PP Boyolali mengawasinya. 

"Dari bekas yang ditinggalkan kelihatan kalau itu sudah lama ditempat untuk tidur, menurut pengakuan BW, dia tinggal di situ lebih dari 2 bulan," kata Tri.

"Jadi ada sajadah jumlahnya 3 yang digelar diatas salah satu nisan, sempat dihias juga, bunga ditaruh ke dalam botol yang diisi air, jadi sudah seperti rumah sendiri, seperti kamarnya sendiri," teranganya.

Berdasarkan keterangan dari BW, ia tinggal di makam agar lebih dekat dengan mendiang ayahnya yang dimakamkan disitu.

"Berdasarkan pengakuan si anak itu makam mendiang ayahnya, ketika saya tanya yang mana, dia menunjuk satu makam yang belum dibangun batu nisan di atasnya," jelas Tri.

Sementara BW saat ini tinggal di rumah singgah Kabupaten Boyolali di ruang aman.

BW kata dia, diketahui berasal dari Karangdowo, Kabupaten Klaten.

Kemudian, ia tinggal bersama salah satu kakaknya di wilayah Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.

Karena masalah internal dan tidak cocok dengan kakaknya, BW memutuskan untuk pergi dari rumah sang kakak dan bertahan hidup dengan bekerja serabutan.

"Berdasarkan pengakuan dari BW, dia sejak lulus SD sudah latihan nukang, kemudian pernah bekerja di pencucian mobil, dan beberapa proyek pembangunan," kata Tri.

"Kalau sedang kerja di proyek, dia bisa tinggal disana, kalau proyeknya selesai dia bingung mau kemana, akhirnya dia datang ke makam ayahnya," tambahnya.

Meski masih berusia remaja, BW telah menelan kerasnya kehidupan, yang bahkan BW pernah hanya dikasih makan saja saat bekerja di proyek.

Sebelumnya, BW juga memiliki sepeda motor tua sebagai alat transportasinya, yang terpaksa ia jual karena tidak lagi memiliki uang selama pandemi covid-19.

Akhirnya, BW memutuskan mencari uang dengan menyeka debu mobil pengendara menggunakan kemoceng di lampu merah.

"Ketika saya tanya kenapa ngamen sulak, katanya sebenarnya dia juga tidak mau, dia malu, tapi mau bagaimana lagi, karena tidak ada orang yang mengajaknya bekerja di proyek," terangnya.

"Hasil ngamennya dalam sehari sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000 perhari, uang itu digunakan untuk makan dan lain-lain," imbuhnya.

Baca juga: Kakek Ini Bikin Terenyuh saat Ngamen di Jalanan, Ternyata Uangnya untuk Nyawer Biduan Dangdut

Baca juga: Viral Janda Anak Tiga Rela Banting Tulang Jadi Badut Jalanan, Nekat Kerja Keras Demi Biaya Sekolah

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved