Berita Sragen Terbaru
Kisah Bakul Jamu Asal Sragen: 33 Tahun Berjualan, Bisa Renovasi Rumah dan Sekolahkan 4 Anak
Perjuangan Warni selama berpuluh-puluh tahun tidak sia-sia. Dari berjualan jamu dia bisa merenovasi rumah dan menyekolahkan 4 anak.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Suatu usaha jika dilakukan secara konsisten pasti akan membuahkan hasil yang baik.
Seperti yang dilakukan Warni (68) warga Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen.
Sehari-hari Warni merupakan penjual atau bakul jamu gendong keliling yang masih ia lakukan di usia senjanya.
Menurut Warni ia sudah jualan jamu gendong keliling sejak tahun 1989 lalu.
"Berjualan jamu gendong keliling sudah 33 tahun, saat ini masih jualan digendong, jualannya di sekitar Desa Blimbing, Sambirejo," ujarnya kepada TribunSolo.com, Rabu (17/8/2022).
Warni masih meracik sendiri jamu-jamunya, yang terdiri dari jamu kunir asem, beras kencur, temulawak, hingga daun pepaya setiap pagi.
Resepnya pun masih terjaga selama berpuluh-puluh tahun.
Kemudian, sekitar pukul 07.30 WIB, Warni berangkat dari rumahnya di Kecamatan Kedawung ke Kecamatan Sambirejo dengan diantar.
Baca juga: Kendala Pengembangan Jamu dan Obat Herbal di Indonesia, BPOM Singgung Masih Impornya Bahan Baku
Kemudian, ia berkeliling dari satu rumah pelanggan satu dengan yang lainnya.
Biasanya dalam sehari, Warni berjalan kaki sepanjang kurang lebih 5 kilometer.
Jamu yang ia bawa juga tak sebanyak ketika Warni masih berusia muda.
Setiap hari Warni hanya mampu membawa maksimal 10 botol jamu saja.
"Sehari biasanya hanya bawa 10 botol, kalau menggendong banyak sudah tidak kuat, umur saya sudah lansia," katanya sambil tersenyum tersipu malu.
Pembeli jamu racikannya tak hanya dari kalangan emak-emak saja, melainkan juga diminati bapak-bapak.