Berita Sragen Terbaru
Cacar Monyet Belum Terdeteksi di Sragen, Dinkes: Kalau Ada yang Tertular Tetap Karantina Mandiri
Sragen juga waspada kasus cacar monyet. Walaupun belum ada temuan kasus di Sragen, namun siapa yang dirasa memiliki gejala bisa karantina mandiri.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Kasus cacar monyet atau Monkeypox sudah ditemukan di Indonesia, yang menjangkiti seorang pria berusia 27 tahun di Jakarta.
Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis (bisa menular dari hewan ke manusia) langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto mengatakan hingga saat ini belum terdeteksi virus cacar monyet di Sragen.
"Sragen belum terdeteksi, karena baru 1 di Indonesia, itu dari wisman luar negeri, seorang pria berusia 27 tahun," katanya saat ditemui wartawan, Senin (22/8/2022).
Lanjutnya, dari pasien tersebut sudah dilakukan tracing namun hasilnya belum keluar.
Menurut Hargiyanto, untuk memastikan diagnosa penyakit cacar monyet dilakukan melalui PCR (Polymerase Chain Reaction) layaknya covid-19.
Jika terdapat ada yang tertular cacar monyet maka dilakukan tracing dan dites dengan PCR, yang mana dalam sehari langsung bisa diketahui hasilnya.
Hingga kini, Sragen memang belum memiliki alatnya, namun akan dipersiapkan dengan segera.
Kata Hargiyanto, penularan terjadi apabila bersentuhan atau kontak langsung dengan pasien cacar monyet.
Baca juga: Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Indonesia, Bupati Yuni Minta Warga Sragen Tak Panik
Dengan begitu, maka pasien cacar monyet atau yang memiliki gejala diimbau untuk menjauhi kerumuman dan melakukan karantina.
Hargiyanto menuturkan karantina cacar monyet bisa dilakukan secara mandiri apabila tertular.
"Iya harus karantina, karantina mandiri karena memang gejalanya biasa, tidak perlu mendapat perawatan rumah sakit," terangnya.
Gejala yang dirasakan apabila tertular cadar monyet ialah merasa demam, pegal, panas, ada cacar (benjolan berisi air atau nanah) kebanyakan ada di wajah.
Saat ini, penanganan berdasarkan arahan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan diberikan vaksinasi terbatas.