Berita Boyolali Terbaru
Kisah Sukses Guru Honorer di Boyolali : Bikin Usaha Pizza Susu, Omzet Sebulan Tembus Rp 20 Juta
Jika Anda mendengar kata guru honorer, pasti yang terbayang adalah gaji kecil dan terkadang tak cukup untuk memenuhi kehidupan.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Anda pasti tahu gaji guru honorer?
Ya, sudah menjadi rahasia umum jika pemasukan guru honorer terbilang kecil.
Itu yang sempat dirasakan tahunan oleh Farida Sanjaya, sang guru honorer asli Siswodipuran, Kabupaten Boyolali.
Prempuan 35 tahun itu sempat mentok pikirannya, tetapi karena desakan ekonomi dia bergegas membuktikan diri.
Tepatnya pada 2015 silam sebelum diangkat statusnya Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Guru, Farida membuka peluang baru dengan membuat pizza dari susu.
Dia diangkat menjadi PPPK Guru baru tahun 2021 lalu.
Alhasil berkat kerja kerasnya, dia sukses menekuni UMKM yang diberi brand Suboli.
Farida menceritakan jika honor sebagai guru di salah salah satu sekolah yang semua orang tau tak seberapa, tak cukup untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
Apalagi, Farida juga blak-blakan mengaku jika dirinya termasuk orang yang boros.
"Saya saat itu pusing tujuh keliling. Gimana caranya agar cukup untuk kebutuhan sehari-hari," katanya saat berbincang dengan TribunSolo.com, Sabtu (3/9/2022).
Dia yang terus menerus memikirkan hal itupun cukup dibikin stres.
Farida yang tak ingin berlarut-larut dalam menghadapi tuntutan kebutuhan sehari-hari itupun bertekad harus punya usaha yang bisa menghasilkan cuan yang banyak.
Disela-sela kesibukannya mengajar, dia pun kemudian belajar 4 usaha sekaligus.
"Jadi saya belajar 4 bidang ini dalam sekali waktu. Jahit, makeup, handicraft Rajut dan Masak," kata istri dari Iwan Tri Wiyono ini.
Tak mudah bagi Farida belajar usaha agar hidupnya lebih baik.
Apalagi dia langsung mencoba 4 bidang sekaligus.
"Pas di sekolah Temen-temen guru itu banyak yang bilang saya terlihat capek," jelasnya.
Hingga akhirnya, Farida berfikir keras untuk memilih salah satu bidang usaha saja yang ingin dia jadikan.
Dia yang ingin merdeka tak mau melanjutkan berlajar menjahit karena berpotensi banyak kena komplain.
Make up yang hanya laku saat musim atau momen-momen tertentu saja, tak bisa dia jadikan andalan.
Begitu juga dengan handicraft, yang pemasaran atau nilai jualnya tak seberapa tak bisa menjamin dapurnya tetap ngebul.
Dia pun kemudian memutuskan untuk fokus ke bidang masakan atau kuliner.
"Nah ketemu kuliner ini juga tak sengaja. Saat itu kan puasa. Nah kami kan ke jatah takjil. Karena saya tidak punya uang untuk beli saya pun akhirnya bikin sendiri," katanya.
"Saat itu saya buat donat kentang dan brownis," ujarnya.
Dia yang membuat sendiri takjil itupun langsung direspon masyarakat.
Banyak masyarakat yang kemudian memesan takjil.
Baca juga: 296 Tenaga Honorer K2 Klaten Seleksi 2013 Belum Terima SK CPNS, Ada Intimidasi agar Masuk PPPK
Tak tanggung-tanggung, selama sebulan penuh, banyak masyarakat sekitar yang tak mau repot, memesan takjil ke dirinya.
Diapun mulai menemukan secercah harapan akan niatnya usaha dibidang kuliner akan berjalan mulus.
Dia yang gemar menyantap makanan yang berasal Italia itu memutuskan untuk membuat pizza pada tahun 2015.
Boyolali yang merupakan sentra produksi susu menjadikan Farida ingin membuat pizza dari susu.
Sehingga susu ini bisa dinikmati dengan cara selain hanya diminum saja.
"Pizza ini juga bisa dijadikan oleh-oleh. Karena bisa tahan 2-3 hari," jelasnya.
Pizza buatanya itu kemudian dia pasarkan melalui media sosial.
Selain itu dia juga menjual pizza itu saat momen car free day di Solo dan Boyolali.
Seiring berjalannya waktu, pesanan akan pizzanya terus bertambah.
"Sekarang kalau hari biasa sehari bisa 40-80 buah pizza kami produksi. Tapi kalau weekend seperti ini bisa 90-100 buah," jelasnya.
Dia mengaku dalam sebulan, omzet penjualan pizza ini bisa mencapai Rp 20 juta.
Dari omzet itu, dia pun bisa meraup untuk bersih hingga 50 persen.
"Tapi saat Pandemi Covid-19 lalu, saya rugi hingga Rp 50 juta," pungkasnya. (*)