Berita Boyolali Terbaru
Lagu Ojo Dibandingke Meledak, Beginilah Rumah Abah Lala di Boyolali : Motor Supra Tua-nya Masih Ada
Beginilah penampakan Rumah Abah Lala sang pencipta lagu Ojo Dibandingke, di desa Cluntang, Musuk, Boyolali, Jawa Tengah.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Lagu Ojo Dibandingke semakin meledak.
Ya, lagu yang makin viral setelah dinyanyikan pengamen cilik Farel Prayogo di Peringatan HUT RI di Istana Merdeka itu, kian terdengar di mana-mana.
Baca juga: Chord Kunci Gitar dan Lirik lagu Ojo Dibandingke - Abah Lala: Wong Ko Ngene Kok Dibanding-bandingke
Di sekolah, anak-anak SD bahkan sudah fasih menyanyikan lagu ini di luar kepala.
Sebagaimana diketahui, lagu itu diciptakan oleh seniman asal Boyolali, Abah Lala.
Abah Lala sejatinya bukan nama baru bagi pecinta lagu pop Jawa.
Tak terhitung berapa kali ia tampil dari satu panggung ke panggung lain.
Tapi memang, lagu Ojo Dibandingke membuat nama Abah Lala makin terkenal.
Dia kian jadi rebutan untuk mengisi acara musik, tentu, dengan bayaran tak sedikit.
Tapi, meski Abah Lala sudah jadi seniman sukses, rumah masa kecilnya di desa, makin asli.
Hingga jadi terkenal seperti sekarang pun, Abah Lala masih tinggal di rumah itu, hanya saja rumahnya disekat dari rumah orangtuanya.
Abah Lala alias Agus Purwanto merupakan pria asal Desa Cluntang, sebuah desa di Lereng Gunung Merapi.
di Kecamatan Musuk, Desa Cluntang sendiri merupakan desa yang berada di paling atas.
Jaraknya dari pusat kota Boyolali cukup jauh. Apalagi ke Kota Solo.
Sejak belum jadi siapa-siapa hingga kini, rumah yang ada di Dukuh Bendolegi, Desa Cluntang, Kecamatan Musuk, Boyolali itu, belum direnovasi.
Bangunan rumah Abah Lala sederhana khas rumah di pedesaan.
Tak ada gaya arsitektur tertentu.
Sebagaimana kebanyakan rumah di desa, rumah Abah Lala, yang dominan cat warna jingga itu punya pekarangan yang luas.
Di depan teras rumah, berdiri kanopi dengan tiang besi dengan atap galvalum.
Sementara di samping terdapat garasi.
Penghuni garasi itu pun bukan mobil-mobil mewah khas artis.
Bukan juga mobil Pajero Sport atau Toyota Alphard yang ada di sana.
Ada mobil Suzuki Carry milik ayah Abah Lala.
Bahkan ada juga motor Honda Supra lawas, milik paman Abah Lala.
Pada kaca jendela rumah, tertempel berbagai macam stiker.
Nampak juga dua buah spanduk MMT bergambar Abah Lala yang dijadikan dinding garasi.
“Sejak lahir (Abah Lala) ya disini. Di rumah ini,” kata Suyami, ibu Abah Lala.
Dia mengaku rumah ini sejak dulu memang sudah seperti ini.
"Tak banyak yang berubah dari rumah ini dari dulu," imbuh Suyami.
Baim, seorang tetangga, mengaku Abah Lala yang sudah terkenal masih seperti biasanya.
Masih bergaul dengan masyarakat seperti biasa.
"Masih ngasuh (mimpin) Saleho (grup seni) pemainnya warga sini juga,"
" Kalau tidak ada job saya sering nongkrong juga dirumahnya," kata Baim.
Kuliah Jurusan Dalang
Abah Lala memiliki nama asli asli Agus Purwanto.
Nama asli ini diungkap Abah Lala saat menjadi bintang tamu Soan di podcast Denny Caknan yang diunggah 23 April 2022.
Agus Purwanto alias Abah Lala menceritakan bagaimana awalnya ia menganti nama menjadi Abah Lala ini.
Ia mengatakan, saat itu masih ramai orang menggunakan alat komunikasi HT.
Saat ada ditanya teman bicara, Agus yang saat itu sedang menonton film Teletabis sontak bilang Lala.
Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Tegas Berantas Perjudian, Tak Segan Copot Pejabat Polri yang Terlibat
"Jadi kebablasan pakainya nama Lala di HT bahkan saat ketemu lebih dikenal dengan Lala," katanya.
Sementara itu, Abah Lala memulai kariernya sebagai penari Gedruk yang bernama Saleho.
Ia lalu mendirikan Orkes Melayu MG 86 dan mengajak anak-anak muda Boyolali untuk berkarya lewat musik tradisional.
Orkes Melayu MG 86 ini terbilang unik, lantaran personelnya terdiri dari para petani ladang dan mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Biodata Abah Lala
Nama: Agus Purwanto
Tanggal Lahir: 24 Oktober 1986
Umur: 35 Tahun
Tempat Lahir: Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia
Pendidikan:
SMK Negeri 8 Solo
Institut Seni Indonesia Surakarta, Program Studi Pedalangan