Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Liga 1

Kesaksian Suporter di Stadion Kanjuruhan Malang, Sempat Sesak Napas Setelah Hirup Gas Air Mata

Tofan adalah salah satu korban selamat dari tragedi Kanjuruhan Malang. Warga Kota Malang ini mengisahkan detik-detik ia menyelamatkan diri.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
surya.co.id
Kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang setelah laga Arema vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022), berujung tewasnya 127 orang. 

TRIBUNSOLO.COM, MALANG -- Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, menyampaikan jika jumlah korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang mencapai 174 orang.

Tragedi memilukan itu diketahui terjadi setelah laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya, yang digelar di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022)

Kini muncul kesaksian dari seorang suporter Arema, Tofan Zulkarnain, yang hadir di stadion pada malam itu.

Baca juga: Wagub Jatim Sebut Korban Meninggal Tragedi Stadion Kanjuruhan Mencapai 174 Orang, Belasan Luka Berat

Tofan adalah salah satu korban selamat dari tragedi Kanjuruhan Malang.

Warga Kota Malang ini mengisahkan detik-detik ia menyelamatkan diri dari insiden tersebut.

Menurutnya, kejadian bermula saat sejumlah suporter mulai memasuki lapangan.

Beberapa waktu kemudian, polisi menembakkan gas air mata, salah satunya ke arah tribun 14, tempat Tofan menonton pertandingan Derbi Jawa Timur.

Tofan sempat mengalami sesak napas akibat menghirup gas air mata.

Baca juga: Laga UNSA FC vs Persika Karanganyar Ditunda : Empati atas Peristiwa di Stadion Kanjuruhan

"Saya waktu itu tidak turun ke lapangan. Ada tembakan gas air mata ke arah saya," ujarnya, Minggu (2/10/2022), dikutip dari Surya.

Tofan lantas mencoba menyelamatkan diri

Tetapi, dia mengaku kesulitan mendapatkan jalan keluar dari stadion.

"Waktu itu saya melihat ada korban lain yakni anak kecil tepat di sebelah saya. Sepertinya anak kecil itu selamat. Saya memang sulit bernapas karena gas itu," ucapnya.

Baca juga: Babak Baru Kasus KDRT terhadap Lesti Kejora, Masuk Tahap Penyidikan, Rizky Billar Segera Diperiksa

Tofan dan kawannya dievakuasi ke rumah sakit lantaran mengalami gangguan pernapasan, 

Sementara itu, Doni, korban selamat lainnya dari tragedi Kanjuruhan Malang membagikan kesaksian yang lain.

Menurutnya, kericuhan terjadi sekitar pukul 22.00 WIB. Ia awalnya melihat dua suporter turun ke lapangan.

Tak lama kemudian, suporter lainnya mengikuti masuk ke lapangan.

Polisi lantas menghalau massa yang turun memakai gas air mata.

"Awalnya gas air mata di lapangan dulu. Kemudian (ditembak) ke arah tribun pintu 12, saya sama lainnya di pintu 14, gas air matanya kena angin kan jadi nyebar," ungkapnya, Minggu.

Sejumlah suporter Arema FC, Aremania menggotong korban kerusuhan sepak bola usai laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. Sebanyak 127 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka dalam kerusuhan tersebut menyusul kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.  (SURYA/PURWANTO)
Sejumlah suporter Arema FC, Aremania menggotong korban kerusuhan sepak bola usai laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. Sebanyak 127 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya luka-luka dalam kerusuhan tersebut menyusul kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. (SURYA/PURWANTO) (SURYA/PURWANTO)

Ia mengatakan, ada sekitar 20 orang di lingkungan rumahnya yang turut bertandang ke Stadion Kanjuruhan. Beberapa di antaranya anak kecil.

"Alhamdulillah selamat semua, tiga anak kecil. Termasuk anak saya laki masih 10 tahun sama yang perempuan tetangga umurnya hampir sama. Anak saya, saya tolong sampai buka pagar pembatas tribun yang di samping-samping mas," tuturnya.

Baca juga: Reaksi Shin Tae-yong soal Tragedi Arema vs Persebaya yang Tewaskan Ratusan Orang, Khawatir 1 Hal Ini

Aturan FIFA Sebenarnya Haramkan Polisi Gunakan Gas Air Mata

 Tragedi Arema vs Persebaya yang menelan ratusan korban jiwa, menjadi sorotan dunia.

Maklum, tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan Malang ini menjadi pentas sepak bola menelan korban jiwa paling besar dalam sejarah dunia dalam 20 tahun terakhir, sejak tragedi Accra, Ghana, tahun 2001 yang menelan 126 korban jiwa.

Tragedi ini pun mulai membuat banyak pihak membahas soal bagaimana peristiwa ini terjadi.

Salah satunya, soal gas air mata yang diakui Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta, ditembakkan oleh polisi di dalam stadion.

Menurut Nico, gas air mata ditembakkan karena saat itu situasi tak terkendali.

Baca juga: Buntut Kerusuhan Suporter Usai Laga Arema vs Persebaya, PSSI Hentikan Sementara Kompetisi Liga 1

Suporter, kata Nico, sudah bertindak anarkis menyerang polisi dan merusak mobil polisi.

Akibatnya, polisi melakukan tindakan menembakkan gas air mata.

Petaka pun terjadi.

Gas air mata membuat penonton panik berebut ke luar stadion lewat satu pintu.

“Akhirnya setelah terkena gas air mata, mereka pergi ke satu titik di pintu keluar pintu 10 dan 12”

“Terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen yang oleh tim medis dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion. Kemudian dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit” kata Nico.

Laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Santu (2/10/2022) berujung ricuh dan menyebabkan ratusan orang tewas.
Laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Santu (2/10/2022) berujung ricuh dan menyebabkan ratusan orang tewas. (surya.co.id)

Nah, penggunaan gas air mata ini ternyata diharamkan oleh otoritas sepakbola dunia, FIFA.

Dari penelusuran TribunSolo.com, FIFA menerbitkan 'Regulasi FIFA soal pengamanan dan keamanan stadion', yang bisa dilihat secara terbuka lewat situs FIFA, yakni FIFA.com.

 Larangan FIFA soal penggunaan gas air mata itu dijelaskan dalam regulasi nomor 19 poin b, dari total 69 aturan yang diterbitkan.

Berikut bunyinya : 

Dengan tujuan mengamankan pemain dan tim juga publik, maka dianggap perlu untuk menerjunkan polisi di sekitar tempat pertandingan. Bila itu dilakukan, maka harus mengikuti hal berikut :

a. Setiap petugas atau polisi yang bertugas besar kemungkinan akan terekam televisi, sehingga perilaku dan penampilan harus dalam standar terbaik sepanjang waktu.

b. Tak boleh ada senjata api atau gas pengendali kerumunan yang digunakan.

Lewat artikel berjudul 'Stampede, riot at Indonesia soccer match kill 129, police say,' kantor berita asal London, Inggris, Reuters, menulis sudah meminta komentar Polda Jatim terkait apakah kepolisian mengerti aturan FIFA ini.

Namun, belum ada jawaban. (*)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved