Berita Persis Solo
Gibran Bersedia Fasilitasi Pertemuan Suporter Persis Solo dan PSIM Yogyakarta, Dukung Momen Positif
Gibran Rakabuming Raka mendukung perdamaian antara suporter Persis Solo dan PSIM Yogyakarta. Dia siap memfasilitasi pertemuan.
Penulis: Tara Wahyu Nor Vitriani | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tara Wahyu NV
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menyambut baik gabungan perdamaian antara suporter Persis Solo dengan PSIM Yogyakarta.
Menurutnya, usai pertemuan di Tugu 45, Klaten perlu adanya tindak lanjut. Terlebih pertemuan semalam, baru hanya perorangan.
"Ya menyambut baik, ya nanti ditindak lanjuti," kata Gibran kepada TribunSolo.com, Selasa (4/10/2022).
Bahkan, para suporter ada yang meminta Gibran memfasilitasi agar bisa mempertemukan dua belah pihak.
Permintaan itu, sempat diutarakan melalui media sosial Twitter.
Mengenai hal itu, orang nomor satu di Kota Solo itu mau memfasilitasi.
"Boleh ,ketua-ketuane (Persis dan PSIM) pernah dipanggil, udah pernah ketemu tapi enggak ada hasilnya, habis itu tetap berantem, ini bukan masalah dipanggil atau apa," ungkapnya.
"Bukan hanya elit-elit dan ketua yang dipanggil tapi akar rumput juga ikut bertemu," lanjut dia.
Dirinya bersedia memfasilitasi bila ada pertemuan.
Baca juga: Suporter Persis Solo dan PSIM Jogja Berdamai, Tokoh Pasoepati : Sudah 22 Tahun Kita Menantikannya
"Boleh (memfasilitasi) silakan mau ketemu dimana mau bikin acara dimana monggo kalau acaranya positif pasti kita dukung," jelasnya.
Dirinya mengaku meski kejadian di Stadion Kanjuruhan menyisahkan tragis, ada hikmah yang diambil.
"Iya menjadi momen yang baik juga, seng penting kabeh inisiatif kabeh," kata Gibran.
Suporter Persis Solo dan Suporter PSIM Yogyakarta sepakat bertemu dan berdamai untuk menyudahi rivalitas.
Pertemuan tersebut dilakukan di daerah perbatasan wilayah antara Solo dan Jogja yakni di Kabupaten Klaten.
Perwakilan Suporter Pasoepati Mborgodel, Agus mengatakan, pertemuan tersebut dilakukan pada Senin (3/10/2022).
Menurutnya, awalnya ada dua titik, yakni di Prambanan dan Klaten.
"Jadi kalau soal perdamaian kemarin kan secara personal temen- teman enggak cuma saya tapi banyak temen dari Solo dan Jogja," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (4/10/2022).
Dirinya mengungkapkan, pada akhirnya para suporter sadar dan ingin tidak ada korban lagi di sepak bola.
"Walau kejadian kemarin bukan disebabkan pertikaian antar suporter ya," ujarnya.
Menurutnya, para suporter sadar untuk menyudahi perselisihan antar dua suporter.
22 Tahun Penantian
Pertemuan dan kesepakatan berdamai antara suporter Persis Solo dengan PSIM Jogja mendapatkan apresiasi.
Satu di antaranya tokoh Pasoepati, Mayor Haristanto.
Mayor yang juga Presiden Pasoepati pertama kalinya itu menyambut baik pertemuan antar dua suporter yakni suporter Persis Solo dan PSIM.
Terlebih, dirinya mengaku sudah puluhan tahun menunggu adanya pertemuan kedua suporter yang mempunyai tensi yang tinggi saat laga Derby Mataram.
"Tentunya kita senang dan menyambut baik, sudah 22 tahun kita menantikannya ini bahkan lebih," kata Mayor kepada TribunSolo.com, Selasa (4/10/2022).
Menurutnya mimpi bisa merukunkan Solo dan Jogja adalah sesuatu yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Meskipun, pertemuan yang dilakukan antara suporter itu bukanlah pertemuan resmi.
"Kami sudah berkali-kali untuk merintis itu, tapi rasanya belum ada momen terbaik," ungkapnya.
Menurutnya, di tengah keduakaan di Stadion Kanjuruhan, Malang itu ada keberkahan kecil yang bisa membuat suporter bersepakat damai.
Baca juga: Bertemu di Perbatasan Solo-Jogja, Suporter Persis dan PSIM Berdamai, Kini yang Ada Mataram Is Love
Baca juga: Alasan Panglima TNI Sebut Oknum TNI Tendang Suporter Masuk Tindak Pidana: Bukan Mempertahankan Diri
"Saya berbahagia dan berbangga, kenapa sih kita harus berseteru antara Jogja dan Solo, wong sesama Mataram.
"Saya senang menyambut gembira, suatu saat yok kita diperkuat kan lagi persaudaraan Solo dan Jogja jangan ada luka di antara kita," ungkapnya.
Mayor berharap setelah pertemuan di Klaten itu, akan dikristalisasi sehingga rasa persaudaraan ini semakin kental.
"Ini upaya untuk merukunkan Solo dan Jogja, meski dilihat langkah kecil tapi bagai saya ini langkah besar," paparnya.
Mataram Is Love
Ini adalah sejarah bagi persepakbolaan daerah Mataram.
Ya, suporter Persis Solo dan suporter PSIM Jogja sepakat berdamai untuk menyudahi rivalitas yang sebelumnya selalu berujung duka.
Kini, basis suporter di Lembah Mataram melakukan pertemuan di daerah perbatasan wilayah antara Solo dan Jogja yakni di Kabupaten Klaten.
Pertemuan itu bentuk kasih sayang karena terketuk hatinya usai tragedi suporter di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan 127 orang.
Dalam pertemuan itu, terlihat kompak kedua suporter, sembari bernyayi, membentangkan bendera kedua klub hingga menyalakan lilin.
Perwakilan suporter Pasoepati Mboergadoel, Agus mengatakan pertemuan tersebut dilakukan pada Senin (3/10/2022) malam.
Menurutnya awalnya ada dua titik, yakni di Prambanan dan Klaten.
"Jadi kalau soal perdamaian kemarin kan secara personal temen- teman, enggak cuma saya tapi banyak temen dari solo dan Jogja," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (4/10/2022).
Agus mengungkapkan, pada akhirnya para suporter sadar untuk memastikan tak ada revalitas yang mengawa kesedihan, karena sering kali memunculkan korban.
"Walau kejadian kemarin bukan disebabkan pertikaian antar suporter ya," ujarnya.
Baca juga: Monumen Juang 45 Bak Kawanan Semut Hitam, Ribuan Suporter Klaten Doakan Korban Tragedi Kanjuruhan
Baca juga: Harapan Mayor di Ultah Pasoepati, Suporter Persis Solo & PSIM Yogyakarta Berdamai : Damai Itu Enak
Menurutnya, para suporter sadar untuk menyudahi perselisihan antar dua suporter.
"Meskipun Kita belum ada perjanjian atau kesepakatan apa apa karena ini baru obrolan kita ingin menyudahi Mataram Is Blue atau Mataram Is Red tapi sekarang Mataram Is Love," ungkapnya.
Agus mengatakan, meski belum ada ada perdamaian secara resmi, tapis ecara garis besar para suporter telah mendukung perdamaian itu.
"Sudah tidak ada masalah lagi udah saling berdamai secara garis besar seperti itu. Berdamai tapi secara resmi organisasi pertemuan langsung emang belum ada, nggak bisa secepat itu dan tidak semudah itu," terangnya.
"karena kita harus ngobrol-ngobrol dulu, tapi Alhamdulillah respon teman-teman baik baik Solo maupun Sleman-Jogja baik," jelasnya.
Agus mengaku, pertemuan tersebut tidak hanya bertemu dengan Suporter PSIM Jogja saja namun juga Suporter PSS Sleman, Bonex, Aremania dan Pasoepati.
Dirinya berharap, kejadian di Kanjuruhan bisa menjadi pelajaran untuk para suporter.
Suporter Solo Bangun Rumah di Jogja
Suporter Persis Solo, Atok Prayodika sempat memiliki sejumlah rencana sebelum meninggal dunia dalam kecelakaan di Yogyakarta, Jumat (16/9/2022) dini hari.
Atok diketahui tengah membangun rumah di daerah Yogyakarta.
Rumah itu rencananya ditempati mendiang bersama Christiana Pangestuti, sang istri.
Baca juga: Sosok Atok Prayodika, Suporter Persis yang Tewas Kecelakaan di Jogja : Kecintaan Tumbuh saat SMA
Baca juga: Firasat Istri & Ibu Suporter Persis yang Tewas Kecelakaan di Jogja : Hati Tak Tenang, Deras Berdoa
"Ini sedang bangun rumah," kata bapak mendiang, Suhardi, kepada TribunSolo.com, Sabtu (17/9/2022).
Pembangunan rumah dilakukan setelah mereka pindah dari Bali ke Yogyakarta, karena penempatan kerja Christiana.
Itu sudah berjalan lebih kurang dua pekan.
Namun, rumah tersebut kini tidak bisa dihuni mendiang.
Selain itu, mendiang juga berencana melakukan makan bersama keluarga besar di hari ulang tahunnya yang jatuh pada 22 Oktober 2022.
Acara makan-makan tersebut sekaligus merayakan hari ulang tahun Christiana yang jatuh pada 16 Oktober 2022.
Baca juga: Kronologi Suporter Persis Tewas di Yogyakarta: Motor Tak Bisa Hindari Elf yang Tiba-tiba Putar Balik
Baca juga: Persis Solo Berduka, Suporter asal Cawas Klaten Meninggal Dunia Kecelakaan di Yogyakarta
"(Niatnya) Makan-makan sama kakak-kakaknya dan orang tuanya," ujar Suhardi.
Bagi Suhardi, Atok merupakan anak yang memiliki kepribadian yang baik.
Selain itu, Atok dikenal penurut, pekerja keras, dan mandiri.
"Setelah lulus dari UTP, saat dikasih uang jajan sama orang tuanya, dia tidak mau," jelasnya.
"Dia coba hidup mandiri dan kerja keras," kata Suhardi. (*)