Berita Solo Terbaru
Setujukah UMK Solo pada Tahun 2023 Naik 10 Persen?, Ini Hasil Pertemuan Serikat Buruh dengan Gibran
Serikat buruh di Korta Solo mendatangi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Rabu (19/10/2022).
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Serikat buruh di Kota Solo mendatangi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Rabu (19/10/2022).
Mereka menuntut Upah Minimum Kota (UMK) dapat naik setidaknya 10 persen.
"Kami ingin 2023 UMK Solo jauh lebih baik. Kami sudah matur ke Pak Wali. Solo moderat ini 10 persen," jelas Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Solo, Wahyu Rahadi kepada TribunSolo.com.
Menurut Wahyu, angka UMK Solo tahun 2022 UMK Solo Rp 2.035.000, maka jika bisa naik 10 persen maka kehidupan para pekerja akan lebih baik.
Bahkan dia pun menolak penerapan PP No. 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan yang dinilai terlalu kecil menetapkan persentase kenaikan UMK.
"Kalau pakai PP 36 pasti di bawah 6 persen, bisa 4-5 persen," terangnya.
Menurutnya, penerapan ini dapat merugikan pekerja karena tidak sesuai dengan kondisi perekonomian.
"Yang efeknya kenaikan akan selalu di bawah inflasi. Kalau kita lihat hari ini BPS menyampaikan Jateng 6,4 persen," tuturnya.
Baca juga: Kaesang Pangarep dan Erina Gudono Diduga Pemotretan Prewed dengan Fotografer Riomotret,Intip Fotonya
Baca juga: Dapat Mandat dari Jokowi Urus Investasi Kecil, Menteri Investasi Bahlil Serahkan NIB ke 550 UMK
Gibran pun akan mempertimbangkan aspirasi yang disampaikan oleh buruh.
"Saya sudah dapat angka-angkanya. Nanti tinggal menunggu hasil pertemuan dari kabupaten sekitar," jelasnya.
Kedua belah pihak, dari sisi pengusaha maupun dari buruh perlu diakomodasi.
Ia berjanji akan menemukan solusi terbaik.
"Ada win-win solution. Tidak memberatkan pengusaha yang mungkin juga baru bangkit dari pandemi. Tidak memberatkan serikat pekerja juga setelah inflasi," terangnya.
Nilai UMK Solo
Anda berkeinginan menjadi warga baru ber-KTP Surakarta?
Sebaiknya pikir lagi bila tak bawa modal uang tabungan yang cukup.
Baca juga: Gilanya Harga Tanah di Kota Solo, Pekerja Gaji UMK Tak Mungkin Lagi Dapat Rumah Subsidi KTP Solo
Bukan soal biaya hidup di Kota Solo yang mahal, tapi untuk membeli rumah di wilayah Kota Solo saat ini, biaya yang dibutuhkan memang begitu tinggi.
Ya, meski UMK di Solo tercatat di angka Rp 2 juta-an, atau tepatnya Rp 2.035.000, tapi harga rumah di Solo tak kalah dengan kota besar yang nilai UMK-nya jauh di atas, katakanlah Surabaya atau Semarang.
Harga tanah di wilayah administratif Kota Solo semakin mahal, karena semakin terbatas.
Di daerah pinggiran Kota Solo pun, harga tanah sudah begitu tinggi.
Taruhlah di wilayah Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo yang masih memiliki cukup banyak lahan kosong.
Lahan kosong tersebut berada di bagian timur dan utara.
Meski ada di pinggiran, tapi harga tanah di sana sudah terlalu tinggi untuk dijadikan kompleks perumahan rumah bersubsidi.
Menurut Kasi Pembangunan Kelurahan Mojosongo, Vika, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di sana sudah mencapai Rp 700 ribu per meter.
Sebagai catatan, harga jual yang sebenarnya selalu lebih tinggi dari NJOP.
"Kalau objeknya dijual, biasanya harganya bisa jauh lebih tinggi lagi,"
"Per meternya, tanah disini paling murah dikisaran Rp1,5 juta hingga Rp20 juta," kata Vika, Jumat (14/1/2022).
Tanah paling murah itu tersebar di wilayah perbatasan dengan Kelurahan Jebres, di bagian timur Mojosongo.
Sementara harga tanah tertinggi berada di kawasan jalan protokol, seperti Jalan Jayawijaya, dan Jalan Brigjen Katamso.
"Untuk di kawasan jalan protokol, fungsinya mungkin bukan untuk rumah, tapi lebih kepada toko atau tempat usaha," jelasnya.
Diperkirakan, rumah standar tiper 21 di Mojosongo sudah bisa tembus Rp400 juta per unit, bahkan lebih.
Meski berada di kawasan pinggiran Solo, segmentasi rumah di Mojosongo sudah tidak bisa menyasar pasar menengah ke bawah.
"Kalau di sini menjual kaplingan sudah jarang, kecuali dari perorangan. Karena lebih menguntungkan jika menjual sekaligus ada unit bangunannya," ucapnya.
Vika menyarankan, jika ada masyarakat yang ingin membeli unit rumah dengan harga yang lebih ekonomis, untuk mencari di wilayah penyangga Solo, alias kabupaten-kabupaten di sekitar Kota Solo.
"Mungkin di kawasan penyangga Solo harganya lebih murah, dan tak terlalu jauh juga," pungkasnya.(*)