Keracunan Massal di Klaten
Penyebab Puluhan Warga Jogonalan Klaten Keracunan: Santap Lontong Opor, Sehari Setelah Itu Mual-mual
Sebnyak 22 warga Desa Karangdukuh, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten keracunan sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan TribunSolo.com, Zharfan Muhana
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Penyebab 22 warga Desa Karangdukuh, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten keracunan karena menyantap lontong opor dan sambal goreng.
Itu setelah menghadiri syukuran rumah baru pada Minggu (18/12/2022).
Setelah memakan, warga belum merasakan, tetapi baru mengalami keanehan pada Senin (19/12/2022).
Hingga akhirnya warga yang mengalami keracunan mendapatkan penanganan medis.
Di antaranya di Puskesmas Jogonalan 1, RS Bagas Waras dan di RSJD RM Soedjarwadi.
Korban keracunan, Sari Ningsih menjelaskan, peristiwa itu terjadi saat menghadiri syukuran rumah baru milik tetangga.
"Malamnya dianter makanan ke rumah," ujar Sari pada TribunSolo.com.
Dirinya dan empat anggota keluarganya lalu menyantap makanan tersebut sekitar pukul 23.00 WIB.
Pagi hari setelahnya pada pagi, Sari merasakan mual dan diare, disusul dua anggota keluarganya juga merasakan hal yang sama.
"Pagi sekitar jam 10 kemarin langsung merasakan sakit, disusul pakde dan kakak juga sama, keluhannya," kata Sari.
Kepala Puskesmas Jogonalan 1 Parwiyati mengatakan, hingga hari ini Selasa (20/12/2022) pihak puskesmas merawat 8 korban keracunan massal.
Adapun selain di puskesmas ada belasan warga yang dirawat, sehingga jumlahnya 22 orang.
Baca juga: BREAKING NEWS: Puluhan Warga Jogonalan Klaten Keracunan, Dilarikan Ke Rumah Sakit
Baca juga: 726 PNS Baru Dilantik, Bupati Klaten Ingatkan Soal Tanggung Jawab dan Peningkatan Kualitas Diri
"Sudah membaik, namun masih ada gejala pusing, mual dan diare," ucap Parwiyati.
Sampel makanan yang disantap warga sudah diambil dinas, dan pagi ini akan diujikan ke laboratorium di Yogyakarta yakni berupa lontong, sambal goreng, opor, dan agar-agar.
Warga kepada dia menuturkan, jika makanan yang disantap tudak kecut, bau, atau berubah tekstur.
"Kalo dari tuturan warga, makanan tekstur dan baunya masih normal. Jadi warga tidak ragu menyantapnya," ungkapnya. (*)