Berita Boyolali Terbaru
Tingginya Harga Beras di Boyolali Diperkirakan Tak Lama, Pemerintah Sudah Impor 200 Ribu Ton Beras
Pemerintah telah mengimpor beras dari luar negeri, ada sekitar 200 ribu ton beras yang masuk.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Harga beras memang naik belakangan ini. Tak terkecuali di Boyolali.
Beras yang awalnya dibanderol Rp 9.800 per kilogram, naik menjadi Rp 10.000 sampai Rp 10.500 per kilogram.
Kenaikan harga beras itu dipicu minimnya pasokan dari petani dan meningkatnya konsumsi masyarakat.
Menurut Ketua DPD Perkumpulan Pengusaha Beras dan Penggilingan Padi Indonesia Jawa Tengah Tulus Budiyono, naiknya harga beras terkait dengan kenaikan harga gabah dari tingkat petani.
Saat ini, harga gabah kering panen naik Rp 5.900 per kilogram.
Baca juga: Tak Sepakat Soal Kebijakan Impor Beras, Petani di Sragen Sindir Anggapan Petani Sudah Kaya
Sedangkan panenan dari mesin Combine Harvester atau mesin pemanen padi mencapai Rp 6.100 per kilogram.
Kenaikan harga gabah dan beras ini mulai naik secara bertahap sejak November
"Harga beras putih premium pada November itu masih Rp 9.800 per kilogram pada November. Terus naik lagi menjadi Rp 10.000 sampai Rp 10.500 per kilogram," katanya, kepada TribunSolo.com, Selasa (20/12/2022).
"Tingkat konsumen itu di toko retail sekitar Rp 11.000 sampai Rp 11.500 per kilogram. Ini harganya masih wajar, karena Harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.500 per kilogram. Jadi harga pasar masih berkisaran itu," jelasnya.
Selain itu secara umum ketersediaan beras cukup terbatas.
Hal itu disebabkan, panen padi di beberapa wilayah menipis.
Bahkan ada beberapa daerah pemasok gabah ada yang gagal panen.
"Praktis boleh diartikan tidak ada (Gabah), baik itu dari wilayah Jabar malah tidak ada panenan, Jateng sudah menipis, Jatim juga menipis. Malah masih musim tanam," terangnya.
Baca juga: Daftar Harga Beras di Pasar Gede Solo Per 16 Desember 2022 : C4 Rp 13 Ribu, Rojo Lele Rp 16 Ribu
Dia menyebut jika hasil panen di Solo Raya sebenarnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.