Berita Karanganyar Terbaru
Cerita Tukang Becak di Karanganyar : Pilu, Sehari Kantongi Rp 30 Ribu, Kadang Tak Dapat Penumpang
Di tengah gempuran zaman yang telah modern ini, para tukang becak di Karanganyar bertahan hidup
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Bertahan menjadi tukang becak di tengah gempuran zaman yang telah modern ini, tak mudah.
Itu dialami sejumlah tukang becak di Kabupaten Karanganyar.
Realita tersebut terungkap saat para tukang becak curhat dengan Kapolres Karanganyar AKBP Danang Kuswoyo di Taman Kuliner Pujasera, Jum'at (30/12/2022).
Sesi Jum'at Curhat itu tak disia-siakan oleh Slamet Riyadi.
Pria 52 tahun asal Bibis, Kelurahan Jongke yang sudah puluhan tahun mengayuh becak itu, kini mengalami nasib pilu.
Di mana di tengah gempuran ojek online, dia hanya mendapatkan Rp 30 ribu per hari.
"Sehari-hari, saya hanya mendapatkan 1 sampai 3 penumpang saja. Hari biasa sama akhir pekan sama saja, bahkan saya pernah tidak dapat penumpang," kata dia kepada TribunSolo.com.
Dia mengatakan penurunan omzet bekerja sebagai tukang becak mulai turun setelah krisis moneter terjadi di Indonesia.
"Keadaan ini diperparah dengan hadirnya ojek online, dulu kita bisa mengantar anak sekolah pulang, kini tidak," ungkap Slamet.
Dia mengatakan pada saat dulu, dirinya pernah mengayuh becak bisa sejauh 35 kilometer.
Kini ia harus mencari tambahan penghasilan lain untuk menghidupi keluarganya.
Baca juga: Kisah Pemuda Sukoharjo Lulusan SD, Dulu Tukang Becak dan Jualan Cilok, Kini Sukses Berbisnis Online
Baca juga: Kado Tahun Baru 2023 Gibran untuk Solo : Beberapa Hari di UEA, Pulang Dapat Dana Hibah Rp 233 Miliar
"Dulu, saya mengayuh paling jauh sampai Masaran hingga Delanggu, sekarang saya nyambi antar makanan untuk tambah penghasilan," ujar Slamet.
Nasib malang juga diungkapkan Ragil (59), pengayuh becak asal Jenglong, Bejen, Karanganyar yang terpaksa meminjam uang ke tetangga untuk dapat menafkahi keluargannya.
Pria yang sebelumnya berkerja sebagai kenek angkutan juga mencari pekerjaan serabutan lain mencari sesuap nasi.