Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Kisah Tombak Peninggalan Prajurit Diponegoro di Karanganom : Pernah Dibawa Orang Lain, Tapi Tak Kuat

Di Dukuh Nglumbang Dungik, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten tersimpan pusaka berupa tombak kuno.

Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Zharfan Muhana
Di Dukuh Nglumbang Dungik, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten tersimpan pusaka berupa tombak kuno. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Di Dukuh Nglumbang Dungik, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten tersimpan pusaka berupa tombak kuno.

Ternyata asal mula tombak itu memiliki cerita sejarah yang panjang.

Menurut sesepuh desa, Warno Sugito (88), tombak itu yang dahulu dipakai untuk syarat pernikahan ada di rumah salah satu saudaranya.

Benda pusaka peninggalan Suro Dinongo sendiri berupa dua jenis tombak.

Di mana Suro Dinonggo merupakan teman dari Sanadi, prajurit Diponegoro yang kemudian menetap di kampung tersebut.

"Ini pusaka peninggalannya, kemudian diturunkan Mbah Sodinongo," ujarnya kepada TribunSolo.com.

Seingat Warno, dari cerita orang tua dulu tombak dipakai salah satu syarat menikah dengan putri Sodinonggo.

"Jadi waktu ketemu di Randubowo, oleh pelamar asal Karanglo. Namun ia tidak mampu akhirnya menyerah," kata dia.

Panjang tongkat gagang atau landaian dengan panjang kurang lebih sekitar dua meter.

"Saat ini dua pusaka tersebut masih disimpan oleh keluarga, yang masih trah dengan Suro Dinonggo.

Tombak saja yang dimiliki Suro Dinonggo, tidak ada barang yang lain.

Tombak terbungkus dengan kain berwarna merah dan punya warongko di pojok rumah yang masih keluarga Warno.

Baca juga: Begini Proses Jamasan Pusaka Keris Kiai Tengara Milik Presiden Jokowi oleh Museum Keris Solo

Baca juga: Museum Keris Solo Jamasi 15 Pusaka, Ada Keris Milik Presiden Jokowi Kiai Tengara

"Jadi tombak Sodinonggo yang saat itu dipakai untuk syarat menikah, setelah Suro Dinonggo menikahi putrinya Sodinonggo pusaka tersebut selanjutnya dibawa oleh keturunannya," kata Warno.

Pemerhati Cagar Budaya, Hari Wahyudhi mengatakan dua benda pusaka tersebut terdiri dari mata tombak yang memiliki jenis berbeda dan gagang atau landaian.

"Jadi pusakanya ada dua mata tombak dan gagang. Jenis mata tombaknya juga beda," kata Hari.

Mata tombak nya ada yang berjenis Luk 3 atau Jangkung dan satunya bilah lurus, diperkirakan benda tersebut sejak jaman Mataram Islam era Senopati.

"Kalo dari fungsinya sama, digunakan untuk berperang dan sebagai pelindung diri," pungkas Hari. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved