Berita Solo Terbaru
Jumenengan Mangkunagara X, Bentuk Rasa Syukur dan Legitimasi Kekuasaan
Adanya jumenengan di Pura Mangkunegaran adalah bentuk rasa syukur dan legitimasi kekuasaan raja. Dalam hal ini adalah Mangkunagara X.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Jumenengan Mangkunagara X bakal digelar hari ini, Rabu (1/3/2023).
Seorang Abdi Dalem Reksa Pustaka, Bayun Marsiwi menjelaskan, jumenengan KGPAA Mangkunagara X merupakan bentuk syukur dan legitimasi atas kekuasaan seorang raja.
"Makna secara umum adalah untuk mengingat dan bentuk ucapan syukur atas kelancaran dalam memerintah," terangnya.
"Untuk secara khusus, upacara tersebut merupakan legitimasi kekuasaan seorang raja ataupun adipati atas kerajaan yang dia pimpin," tambahnya.
Seperti peringatan sebelumnya, prosesi paling inti dari jumenengan yakni Tarian Bedhaya Ketawang yang sangat sakral.
Tarian ini digelar hanya pada saat tingalan jumenengan dan ditarikan oleh penari khusus dengan iringan yang khusus pula.
Baca juga: Makin Eksis, Kirab Jumenengan Mangkunagara X Terinspirasi Mangkunagara VII
Peringatan kali ini cukup berbeda dengan sebelumnya karena lebih meriah dengan diadakannya kirab.
Tradisi ini pernah dilakukan semasa Mangkunagara VII.
"Nuansa yang baru adalah diadakannya arak-arakan atau bisa disebut kirab. Hal ini terinspirasi dari wiyosan jumenengan Mangkunagara VII yang arsipnya tersimpan di Reksa Pustaka," tuturnya.
"Hasil dari riset dan keinginan Kanjeng Gusti untuk mengadakannya kembali. Dulu paradenya diisi oleh Legiun, Kepanduan, dan abdi dalem," jelasnya.
Ada pula satu tradisi yang sudah lama tidak diadakan.
"Dan juga diadakan kembali acara wisudan bagi para abdi dalem setelah beberapa lama tidak diadakan," tuturnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.