Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Makin Eksis, Kirab Jumenengan Mangkunagara X Terinspirasi Mangkunagara VII

Jumenengan Mangkunagara X bakal dimeriahkan dengan kirab. Hal ini dianggap makin eksisnya keberadaan Pura Mangkunegaran.

TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
KGPAA Mangkunagara X. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pura Mangkunegaran dianggap makin eksis saat ini. 

Itu tak lepas dari sosok Mangkunagara X yang melakukan banyak dobrakan. 

Pemerhati sejarah, Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) L Nuky Mahendranata Nagoro melihat sebuah fenomena menarik dimana tahun ini KGPAA Mangkunagara X seorang pengageng muda berusia 25 tahun akan memperingati kenaikan tahtanya yang pertama pada Rabu (1/3/2023).

Ia baru diangkat menjadi raja tahun lalu, tepatnya 12 Maret 2022.

"Pengageng Pura Mangkunagaran masih baru, mendapat sentuhan pemerintah revitalisasi di lingkungan dalam dan Ngarsopuro," terangnya.

Sosok pemuda ini menjadi penjaga tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.

"Ini semakin menandaskan Mangkunegaran semakin eksis dengan adanya raja muda yang menjadi manifestasi pemimpin pendahulunya," jelasnya.

Baca juga: Jumenengan Mangkunagara X : Dishub Kota Solo Siapkan Rencana Pengalihan Arus, Penerapan Situasional

Jika disandingkan dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang juga masih tergolong muda hal ini menjadi semakin menarik.

"Kota Solo dipimpin oleh Wali Kota yang muda. Pemimpin Mangkunagaran juga muda. Ini fenomena yang menarik karena dipimpin darah muda. Kota Solo lebih dinamis dan lebih semangat," jelasnya.

Seorang Abdi Dalem Reksa Pustaka, Bayun Marsiwi pun merasakannya.

Berbeda dengan ayahnya, Mangkunagara IX yang jarang bercengkrama dengan abdi dalem.

"Keramahan dan cairnya suasana ketika menghadap ataupun bercengkrama dengan Kanjeng Gusti Mangkunagara X. Di masa Kanjeng Gusti Mangkunagara IX, beliau bersifat ekslusif sehingga jarang bertemu dan bercengkrama dengan abdi dalem. Barangkali karena kesibukan beliau di jakarta," tuturnya.

Ia pun menjelaskan bagaimana jumenengan merupakan prosesi penting bagi seorang raja.

"Makna secara umum adalah untuk mengingat dan bentuk ucapan syukur atas kelancaran dalam memerintah. Untuk secara khusus, upacara tersebut merupakan legitimasi kekuasaan seorang raja ataupun adipati atas kerajaan yang dia pimpin," terangnya.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved