Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Pagelaran Congyang di Sambirejo Sragen : Padukan Kesenian Wayang, Tapi Diiringi Musik Keroncong

Pagelaran wayang dengan diiringi musik keroncong, dipentaskan di Balai Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Pagelaran Congyang, pertunjukan wayang yang diiringi dengan musik keroncong, kreasi warga Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, Sabtu (4/3/2023). Dalang dibawakan oleh Ki Simon Darsono. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Pagelaran wayang biasanya diiringi dengan gamelan.

Namun, apa jadinya, jika pagelaran wayang diiringi dengan musik keroncong?

Tentu akan menjadi pengalaman menonton wayang yang berbeda dari yang lain.

Itulah yang coba dikreasikan oleh Pemerintah Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, yang kemudian mereka sebut dengan Congyang.

Pagelaran wayang dengan diiringi musik keroncong, dipentaskan di Balai Desa Sukorejo, pada Sabtu (4/3/2022).

Dalangnya yakni Ki Simon Darsono.

Seperangkat alat musik keroncong dengan alunan syahdunya, membuat pagelaran wayang kali ini lebih menarik.

Selain itu, penampilan lakon-lakon wayang juga diselingi humor dan cerita kekinian, yang membuat warga antusias menontonnya.

Kepala Desa Sukorejo, Sukrisno mengatakan Congyang ini akan menjadi ikon budaya bagi Desa Sukorejo.

Selain itu, menurutnya, Congyang hanya ada satu-satunya di desa yang terletak di lereng Gunung Lawu itu.

"Congyang ini merupakan kolaborasi antara wayang dengan keroncong, kita punya grup keroncong, kemudian kita kolaborasi dengan wayang, nanti menjadi ikon budaya Desa kami," katanya kepada TribunSolo.com.

"Jadi Congyang ini di desa lain tidak ada, keroncong wayang ini yang ada di Sukorejo, makanya kita launching hari ini," tambahnya.

Baca juga: Kisah Bakul Bakso di Sekitar Masjid Sheikh Zayed Solo : Sehari 100 Porsi Ludes, Bawa Uang Rp1 Juta

Baca juga: Mitos Sumur Tua di Eromoko Wonogiri : Jika Sudah Meluap, Pertanda Musim Hujan Segera Berakhir

Lakon-lakon yang dimainkan dalam Congyang sama dengan sebagaimana pakemnya.

Namun, untuk alur cerita, ia modifikasi sedikit dengan cerita kehidupan desa.

"Lakonnya tetap wayang pakem, dengan cerita sealiran, kira sesuikan dengan kondisi desa, seperti kita sedang membangun ekonomi kerakyatan, jadi semar membangun ekonomi kerakyatan melalui integrasi," terangnya.

Rencana, pihak pemerintah desa akan membangun rumah Jawa di tengah sentra durian yang ada di Desa Sukorejo.

Nantinya, pertunjukan kebudayaan akan digelar di rumah tersebut, yang akan dipentaskan pada periode tertentu.

"Kita sudah membuat satu rumah ditengah hutan sana, di tengah-tengah sentra durian, itu ada rumah Jawa, nantinya kita akan buat untuk rumah budaya," jelasnya.

"Ada seni tari, seni keroncong, sampai Congyang ini, kita akan bikin schedule sebulan sekali, semuanya kini sudah siap," pungkasnya.

Untuk pemain alat musik keroncong dan dalangnya, merupakan warga desa Sukorejo asli, sehingga kental akan kearifan lokal. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved