Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kecelakaan Maut di Tol Semarang Solo

Analisis Pakar soal Jalur Maut Tol Semarang-Solo : Kontur KM 475-490 Menurun, Picu Naiknya Kecepatan

Menurutnya, kecepatan atau laju kendaraan bakal bertambah akibat menurunnya kontur jalan. Itu tetap terjadi meski pengendara tak menginjak pedal gas.

TribunSolo.com/Tri Widodo
Penampakan KM 472 Tol Semarang-Solo yang menjadi lokasi kecelakaan CRV maut. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Pakar transportasi dari Universitas Indonesia, Alan Marino menyampaikan alasan mengapa jalan tol Semarang-Solo kerap merenggut jiwa mereka yang melintas.

Rupanya, kondisi jalan di tol Semarang -Solo di Boyolali ini cukup ekstrim.

"Mulai dari KM 475 sampai 490 (arah Semarang -Solo) itu konturnya terus menurun," kata Alan, dalam focus group discussion (FGD) dengan tema Upaya pencegahan Laka lantas yang di terjadi di ruas jalan tol area Boyolali, di Front one Hotel Airport, Ngemplak, Senin (17/4/2023).

Menurutnya, kecepatan atau laju kendaraan bakal bertambah akibat menurunnya kontur jalan.

Itu tetap terjadi meski pengendara tak menginjak pedal gas.

Baca juga: Baru Empat Bulan, Jumlah Korban Tewas Kecelakaan di Tol Semarang Solo Capai 16 Orang, 4 Luka Berat

"Kita nggak ngapa-ngapain (injak gas) kecepatan kendaraan kita sudah bertambah sendiri, 20 KM/jam," ujarnya.

Dengan kondisi itu, tol perlu ada clear zone.

Sehingga jika terjadi trouble, pengemudi bisa melakukan menggunakan ruang itu tanpa membuat celaka pengendara lain.

Selain itu, penambahan rest area juga dapat meminimalisir terjadinya potensi kecelakaan.

Hanya saja, kedua opsi itu butuh biaya besar.

Alan pun juga memberikan alternatif upaya antisipasi lain.

Yakni dengan penambahan rambu lalu lintas dan marka jalan dengan bahan reflektif.

Baca juga: Potret KM 472 Tol Semarang-Solo Lokasi Kecelakaan CRV Maut : Kontur Jalan Menanjak Setelah Turunan

Sehingga meski rendah cahaya, rambu lalu lintas dapat terlihat dengan baik

"(Penggunaan rambu lalu lintas) itu sudah kita kaji. Itu turun (angka kecelakaan turun). Itu orang perhatiin. Bukannya orang tidak perhatikan," jelasnya.

Penggunaan reflektif itu cukup efektif untuk menurunkan kecelakaan lalulintas.

Dengan biaya tidak sebesar pembuatan clear area atau pembangunan rest area, penambahan rambu-rambu ini cukup efektif.

"Apalagi di KM itu (475-490), rambu-rambu nggak banyak juga. Itu minim rambu kurangi kecepatan," katanya.

Diketahui, kecelakaan di ruas tol Boyolali terus meningkat.

Jika selama setahun lalu hanya ada 9 korban meninggal dunia di tol Semarang-Solo, tahun ini jumlah lebih banyak lagi.

Baru 4 bulan saja, total sudah 16 nyawa melayang.

Dalam 10 tragedi kecelakaan dari Januari hingga April ini juga, terdapat 4 korban luka berat dan 17 korban luka ringan.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved