Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo

Mahalnya Menjadi Bidan : Masuk 3 Besar Biaya Kuliah Termahal di UNS, Tembus Rp 12 Juta Per Semester

Jurusan apa yang membutuhkan biaya kuliah termahal di UNS? Kebidanan ternyata masuk dalam 3 besar program studi termahal di UNS.

|
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Google
Gedung Tower UNS Solo 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Jurusan apa yang membutuhkan biaya kuliah termahal di Universitas Sebelas Maret (UNS) ?

Kebidanan ternyata masuk dalam 3 besar program studi termahal di UNS, selain kedokteran dan farmasi.

Biaya Kuliah Per Semester prodi ini bisa mencapai Rp 12 juta untuk kelas termahal.

Meski, ada mahasiswa dengan syarat khusus, yang cukup membayar Rp 500 ribu per semester.

Itu belum yang masuk via jalur mandiri.

Mereka akan dikenai Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) di awal kuliah, dengan besar Rp 25 juta - sampai lebih dari Rp75 juta.

Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Prof. Reviono menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut yakni biaya praktikum yang cukup tinggi.

Terutama praktikum di skill lab untuk melatih skill para mahasiswa.

"Yang jelas fasilitas yang harus disediakan fakultas bahan-bahannya mahal. Terutama untuk skills lab. Untuk melatih skill para mahasiswa. Bagaimana memeriksa janin, menolong persalinan," jelasnya saat dihubungi TribunSolo.com, Jumat (19/5/2023).

Baca juga: Melek Modernitas, UNS-AIBI Tumbuhkan Kesadaran Bisnis Berbasis Teknologi Lewat Seminar Internasonal

Baca juga: 7 Mahasiswa UNS Diguyur Beasiswa, Atlet Sea Games dan ASEAN Para Games, Ada Yang Sampai S3 Gratis

Sebelum menghadapi pasien sesungguhnya, mereka perlu melatih skill dengan semacam alat simulasi untuk melatih berbagai metode persalinan.

Jika sudah terampil, baru mereka diperkenankan menghadapi pasien.

"Mahasiswa baru tidak mungkin ke orang yang sedang persalinan. Dengan alat simulasi itu sudah dianggap terampil nanti baru dibawa ke pasien sesungguhnya," jelasnya.

"Kondisi persalinan pakai vakum, dan sebagainya. Alat laboratoriumnya cukup mahal," tuturnya.

Meski sekolahnya mahal, peluang kerja kebidanan memang terbuka lebar.

Kepala Program Studi S1 Kebidanan Dr. Ika Sumiyarsi menjelaskan saat ini tenaga bidan masih banyak dibutuhkan terutama di desa-desa di pelosok.

"Di satu wilayah puskesmas ada beberapa kelurahan. Satu bidan biasanya pegang satu kelurahan," jelasnya saat dihubungi TribunSolo.com, Senin (29/5/2023).

Seorang bidan mengawal mulai dari fase pra-menikah sampai melahirkan. "Di situ analisis masalah, kebutuhan, pendeteksian ibu hamil," terangnya.

Bidan tidak hanya menangani masalah persalinan saja. Tiap fase kehidupan wanita sampai anak dilahirkan menjadi ranah kerja bidan.

"Ada istilah wanita sepanjang daur hidup. Mulai dari remaja, persiapan menikah, usia reproduksi, hamil, bersalin, nifas, sampai menopause," jelasnya.

Selain itu, berdasarkan UU No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, praktek bidan mandiri hanya diperuntukan bagi bidan berpendidikan profesi. Sedangkan bidan dengan kualifikasi pendidikan diploma hanya dapat menjalankan praktik di fasilitas kesehatan.

Sedangkan bidan desa saat ini banyak yang lulusan D3. "Beliau harus studi lebih lanjut untuk memperpanjang izinnya," jelas Dr. ika.

Hal ini akan menjadi peluang bagi lulusan sarjana dan profesi kebidanan untuk mengisi kekosongan ini. Selain itu, kini produk pelayanan kesehatan di bidang kebidanan makin beragam, misalnya pelayanan pijat bayi.

"Kalau posisi sekarang bidan harus kreatif. Jangan cuma bidan. Harus pengembangan diri bisa membuka peluang usaha yang lain yang usahanya kebidanan juga. Misalnya pijat bayi itu kan juga bisa. Saya kira masih banyak peluang yang diraih lagi," tuturnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved