Klaten Bersinar

Pemkab Klaten Beri Syal Lurik untuk Para Jemaah Calon Haji, Bupati Sri Mulyani: Kain Khas Klaten

Pemkab Klaten
Calhaj menunjukkan cendera mata dari Pemkab Klaten. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Para jemaah calon haji (calhaj) asal Klaten, memakai syal berwarna merah pemberian dari Pemkab Klaten.

Syal bermotif lurik merah itu bertuliskan Jamaah Haji Kabupaten Klaten 1444 H/2023 M. 

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, syal tersebut baru tahun ini diberikan sebagai tanda cinta untuk para jamaah calhaj asal Kabupaten Klaten. 

Baca juga: Pemkab Klaten Dipuji ANRI Sukses Terapkan Sistem Informasi Kearsipan Dinamis Terintegrasi

"Syal leher lurik di situ tertulis jamaah haji Kabupaten Klaten, baru tahu ini diberikan kepada calon jemaah haji,"

"Pada tahun ini kita berikan itu sebagai media promosi sekaligus sebagai tanda kenal jamaah dari Indonesia," ungkap Sri Mulyani. 

Lebih lanjut Sri Mulyani menerangkan alasannya mengapa menjatuhkan pilihan pada kain lurik. 

"Kenapa lurik karena lurik adalah kain khas Kabupaten Klaten. Jadi dengan penggunaan lurik kita turut mengangkat potensi yang ada Kabupaten Klaten." 

"Karena lurik itu kain yang bagus dan bisa menjadi media promosi untuk membangkitkan UMKM kain lurik di Kabupaten Klaten," jelasnya bangga akan produk asli Kota Bersinar itu. 

Baca juga: Bupati Sri Mulyani Kembali Tinjau Pasar Gedhe Klaten, Pastikan Penataan Sudah Sesuai Perencanaan

Pihaknya juga masih terus melanjutkan tradisi, yakni memberikan bekal makanan bagi para jamaah calhaj. 

Sri Mulyani mengungkapkan bahwa isi bekal tersebut masih sama seperti tahun sebelumnya. 

Hanya saja, pengemasan tahun ini dibuat lebih rapih dengan kemasan plastik dan kantong kain berwarna merah. 

Ada empat macam bekal, yakni sambel pecel, abon sapi, serundeng dan kering kentang. 

"Bekalnya sama, namun packaging yang kita buat berbeda, tahun ini lebih kita amankan dengan menggunakan kotak plastik dan kemasan juga kita pas-kan, biar saat packing di koper rapih," tambahnya. 

Menurutnya, makanan tersebut menjadi pilihan yang tepat lantaran makanan tersebut memiliki daya tahan yang lama. 

Terlebih jamaah calhaj akan menetap di sana lebih dari satu bulan, sehingga butuh makanan yang mampu beradaptasi dalam kurun waktu yang lama.

Baca juga: Jemaah Calon Haji Klaten Didominasi Lansia, Dinkes Ungkap Kondisi Kesehatannya

"Karena dalam kurun waktu 1 sampai 2 pekan para jamaah pasti masih menyukai makanan dari sana (arab) atau katering tapi setelah itu pasti jenuh."

"Apalagi yang suka dengan masakan Indonesia terutama klaten, bisa buka bekal itu untuk dimakan." 

"Karena di sana tidak ada sambel pecel, kalaupun ada saus juga tidak akan sepedas yang ada di Indonesia," pungkasnya. 

(*/adv)