Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pemilu 2024

Golkar Dukung Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto Yakin Menhan Bisa Antar RI Jadi Negara Maju

Airlangga Hartarto, mengungkapkan alasan partainya mendukung Prabowo Subianto ketimbang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Tangkapan Layar YouTube Kompas TV
Golkar dan PAN bergabung dengan PKB dan Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai capres di Pilpres 2024 mendatang. Deklarasi ini disampaikan pada Minggu (13/8/2023). 

TRIBUNSOLO.COM - Partai Golkar dan PAN resmi mendeklarasikan dukungannya untuk bakal Capres Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 mendatang.

Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, mengungkapkan alasan partainya mendukung Prabowo Subianto ketimbang Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Menurut Airlangga Hartarto, Prabowo Subianto lahir dari 'rahim' Partai Golkar.

Baca juga: PKB Yakin Muhaimin Tetap Maju Pilpres 2024, Meski PAN- Golkar Masuk Koalisi Dukung Prabowo.

Hal itu dibuktikan Prabowo yang selalu mengikuti berbagai kegiatan di Partai Golkar dan ia juga searah, sejalan, dan setujuan dengan Golkar.

"Kenapa Partai Golkar menjatuhkan pilihan kepada Bapak Prabowo Subianto. Tidak lain tidak bukan karena Pak Prabowo Subianto lahir dari rahim Partai Golkar."

"Oleh karena itu beliau selalu mengikuti berbagai kegiatan di Partai Golkar dan kekaryaannya tidak diragukan lagi. Ini egaliter, searah, sejalan, dan setujuan dengan Partai Golkar," kata Airlangga dalam tayangan Breaking News Kompas TV, Minggu (13/8/2023).

Baca juga: Golkar Dukung Prabowo, Ketua Golkar Karanganyar Ilyas Usul Nama Bacawapres, Ada Airlangga Dan Gibran

Dia melanjutkan, Indonesia kini harus menghadapi tantangan berikutnya.

Setelah sebelumnya Indonesia berada dalam tiga kali persimpangan.

Pertama yakni pada 1965, saat Indonesia Lolos dari Komunisme, lalu kedua saat 1998 Indonesia juga berhasil lolos dari Otoriter dan memilih Reformasi.

Kini pertimpangan ketiga adalah bagaimana Indonesia bisa lolos menjadi negara maju atau menjadi negara yang berpendapatan menengah.

"Oleh karena itu sekarang kita menghadapi tantangan berikutnya. Republik Indonesia tiga kali di persimpangan jalan."

"Pertama di tahun 1965 kita bicara mengenai Komunisme dan Indonesia lolos dari itu."

"Kemudian di tahun 1998 antara Otoriter dan Demokrasi. Nah Indonesia juga memilih Reformasi."

"Sampai sekarang kita masuk dalam persimpangan ketiga, apakah negara ini menjadi negara maju atau menjadi negara yang berpendapatan menengah," terang Airlangga.

Airlangga Hartarto berpendapat, di Asia sendiri masih banyak yang bisa lolos dari tantangan tersebut.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved