Klaten Bersinar

DKPP Pastikan Panen Beras di Kabupaten Klaten Aman di Tengah Fenomena El Nino

Tribunsolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten, Widiyanti di Pendopo Pemkab Klaten, Senin (4/9/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten memastikan panen beras di Kabupaten Klaten aman, meski terjadi fenomena El Nino atau kekeringan di sejumlah daerah.

Hal itu diungkapkan Kepala DKPP Klaten, Widiyanti hingga 31 Agustus 2023 lahan existing untuk tanaman padi mencapai 14.400-an hektar.

"Existing sawah ini kemudian akan panennya di bulan September dan Oktober, di Agustus ini 5.400 hektar panen, kemudian estimasi September ada 4.000-an hektar, Oktober juga 4.000-an hektar," ungkapnya kepada TribunSolo.com saat ditemui di Pendopo Pemkab Klaten, Senin (4/9/2023).

Baca juga: Bupati Sri Mulyani Ikut Ambil Peran Jaga Kondusifitas Wilayah Dukung Pemilu Serentak 2024

Melihat catatan yang ada ditambah fakta di lapangan, yakni Kabupaten Klaten miliki sumber air yang melimpah.

Kebutuhan air di Kabupaten Klaten masih mencukupi meski terjadi fenomena alam El Nino.

7ayasa12
Petani panen padi.

"Kalau kita lihat dari luasan existing lahan padi kita, Insya Allah, Klaten terkenal dengan kota 1000 umbul, di wilayah lain cukup tersedia air, ini sebenarnya masih mencukupi memenuhi kebutuhan (pangan) Klaten sampai Desember."

Widiyanti melanjutkan bahwa kebutuhan masyarakat dapat tercukupi dengan luasan lahan existing untuk tanaman padi.

"Karena kita rata-rata, 1 bulan selama panen, 2.500 hektar saja sudah cukup memenuhi kebutuhan Klaten selama 1 bulan. Jadi, 1 bulan itu cukup 2.500 hektar saja," jelasnya.

Terkait fenomena harga yang terjadi, Widiyanti menjelaskan, bahwa pihaknya tak mendengar petani mengeluhkan penurunan harga gabah.

Tak seperti biasanya, harga cenderung mengalami penurunan saat panen raya yang tejadi di awal tahun.

"Kalau kaitannya dengan fenomena harga gabah di tahun ini, ini kami tidak mendengar petani mengeluh harga anjlok, harga murah. Biasanya, di masa bulan Februari Maret, saat panen raya, pasti ada keluhan, harga jatuh dan sebagainya."

"Tahun ini, kami tidak mendengar suara seperti itu, sejak akhir tahun hingga Januari harganya stabil, sekarang hampir Rp 7 ribu," jelasnya.

Widiyanti tak menampik bahwa apa yang terjadi bak pisau bermata dua.

"Memang, di satu sisi, kami sebagai orang pertanian, yang mengawal petani, kami juga bangga, petani mendapatkan peningkatan pendapatan, kesejahteraan," tegasnya

"Sejak dulu, itu yang kami perjuangkan, meningkatkan produksi, provitas untuk meningkatkan pendapatan petani," tambahnya.

Namun di sisi lain, harga gabah itu memiliki turut berdampak pada sebagian pelaku penggilingan beras.

"Di sisi lain, ada konsumen, ada penggilingan itu jadi permasalahan sendiri."

"Tingginya harga ini, para penggiling padi kecil, alat berumur, mungkin alat dibanding perusahaan besar dan baru gak efisien, jadi kalah bersaing di pencarian gabah. Sementara, di satu sisi, pihak lainnya, punya modal besar, berani beli harga tinggi," terangnya.

Baca juga: Bupati Sri Mulyani Kukuhkan Ribuan Personel Relawan Kebencanaan, Diapresiasi Gubernur Ganjar Pranowo

Kini DKPP Kabupaten Klaten tengah menjalin komunikasikan dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dan pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk menyerap hasil produksi yang ada.

"Ini coba kami komunikasikan dengan bulog dan lainnya, mereka yang punya kewenangan di dalam untuk mengisi gudang dengan gabah sehingga bisa mengambil dalam daerah."

"Kami sampaikan juga fenomena yang ada di Kabupaten Klaten. Bulog siap membeli gabah dengan harga pasar tinggal minta dikomunikasikan," pungkasnya. (*/adv)