Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo

BKKBN Ingatkan Soal 1.000 Hari Pertama Kelahiran Anak, Ternyata Jadi Kunci Turunkan Angka Stunting

1000 hari pertama kelahiran anak adalah hal yang penting diperhatikan para ibu. Asi eksklusif dan pola makan anak wajib diperhatikan.

TribunSolo.com/Andreas Chris Febrianto Nugroho
Acara edukasi pencegahan stunting, 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) Anak di Gedung Graha Saba, Solo, Kamis (7/9/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Seribu hari pertama kelahiran anak disebut menjadi momen penting dalam menekan masalah stunting.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah (Jateng) Eka Sulistya Ediningsih.

Ia menambahkan, seribu hari pertama kehidupan anak adalah waktu paling kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. 

Karena masa 1.000 HPK yang terdiri atas 270 hari selama kehamilan ibu dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan anak itu bisa menjadi kunci bagi keberlanjutan kehidupan seorang bayi.

Pihaknya pun juga mengedukasi masyarakat untuk bisa memperhatikan pola makan gizi seimbang yang harus diterapkan mulai dari masa kehamilan, dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) demi kesehatan bayi.

"Momen 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak adalah periode penting dalam pembentukan kesehatan anak-anak kita. Dengan edukasi yang tepat, kita dapat memberikan anak-anak dimasa depan yang lebih baik," saat ditemui di Gedung Graha Saba Solo, Kamis (7/9/2023) dalam acara edukasi pencegahan stunting 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) anak.

Oleh karena itu, BKKBN Jateng berupaya menggandeng semua pihak untuk bisa menekan angka stunting, salah satunya di Kota Solo.

"Pencegahan stunting adalah salah satu prioritas kami, dan kerja sama dengan GPFI dan Pemerintah Kota Surakarta adalah langkah yang sangat positif dalam mencapai tujuan ini," katanya.

Baca juga: BKKBN Minta Solo Turunkan Angka Stunting hingga 11 Persen Tahun Ini, Gibran Siap?

Senada dengan Eka, Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Andreas Bayu Aji berpendapat bahwa masalah stunting merupakan persoalan bersama.

"Kami percaya stunting menjadi tugas bersama untuk segera dapat diselesaikan," terang Andreas saat ditemui di lokasi yang sama.

Oleh karena itu, kerja sama semua pihak diakui Bayu bisa menjadi kunci menyukseskan program pemerintah terkait pengentasan stunting.

"Dengan bersatunya semua pihak, termasuk perusahaan farmasi, pemerintah, dan masyarakat, dapat menciptakan perubahan positif dalam upaya pencegahan stunting di 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak, merasa sangat bersemangat dalam memerangi stunting di Indonesia," tambahnya.

Sebagai informasi, berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi balita stunting di Indonesia masih mencapai 21,6 persen pada 2022, dimana angka ini masih di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan prevalensi stunting di bawah 20 persen. 

Oleh karena itu GPFI, Dinas Kesehatan (Dinkes) Solo, dan BKKBN Jateng diakui Andreas akan terus bekerja sama untuk mengentaskan stunting di Kota Solo khususnya salah satunya dengan mengedukasi banyak pihak terkait terkait pola gizi pada anak.

Pihaknya percaya bahwa melalui edukasi dan kolaborasi yang kuat, dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan cerah bagi anak-anak Indonesia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved